You Are Mine, Viona : The Revenge

Harapan masa depan



Harapan masa depan

0Fernando melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar besarnya yang tidak ditutup oleh Viona, kedua matanya langsung menatap tajam ke arah Viona yang duduk di sofa yang ada di dekat di jendela besar. Setiap langkah kaki Fernando membuat Viona takut sebenarnya, namun ia berusaha untuk tak menunjukkan ketakutannya pada Fernando. Dengan menarik kursi kerjanya Fernando akhirnya duduk dihadapan Viona, ia terlihat berusaha menahan emosinya agar tak meledak saat ini supaya tak menyakiti Viona. Fernando tak ingin membuat anaknya yang ada didalam perut Viona terluka.     
0

"Masih belum mau bicara?" tanya Fernando dingin dengan nada meninggi.     

"Tak ada yang ingin aku katakan," jawab Viona singkat.     

Prank     

Fernando melempar gelas yang ada diatas meja ke dinding yang ada di samping Viona. Viona yang tak siap tampak sangat kaget, air mukanya pun berubah dengan seketika.      

"Aku masih sabar menghadapimu Viona, jangan buat aku habis kesabaran!!" teriak Fernando penuh emosi sambil memukul sofa yang ada di samping Viona sehingga membuat Viona gemetaran karena tadi ia sempat merasakan angin dari gerakan tangan Fernando yang memukul sofa di belakangnya.     

"Instrospeksi dirimu Viona, jangan kira karena kau wanita aku tak bisa menyakitimu!! jangan pernah pancing amarahku...ingat itu!!" ucap Fernando kembali dengan keras ditelinga Viona, aroma mint dari cairan pencuci mulut yang dipakai Fernando dapat Viona cium karena dekatnya wajah mereka.     

Brak      

"Fuck Fuck Fuck….!!!"     

Fernando berteriak penuh emosi, ia bahkan sampai melempar kursi yang tadi ia duduki sebelumnya ke dinding sehingga membuat suara keras saat kursi itu mengenai dinding bahkan wallpaper mahal yang terpasang di dinding kamar mereka sampai terkelupas      

Setelah puas melampiaskan emosinya Fernando lalu keluar dari kamar dengan membanting pintu dengan kencang sehingga membuat Viona terkaget untuk kesekian kalinya, tak lama setelah Fernando pergi Viona berusaha bangun untuk mengambil air minum yang ada di kulkas. Akan tetapi saat ia baru berjalan beberapa langkah tiba-tiba kedua kakinya terasa lemas dengan cepat Viona bersandar pada dinding untuk menahan tubuhnya agar tidak jatuh, ini adalah kali pertama ia melihat Fernando semarah itu untuk alasan yang menurutnya tidak masuk akal.      

"Aku hanya pergi sebentar Fernando, aku hanya ingin menenangkan diri sebentar bukan pergi bersenang-senang," ucap Viona terbata, kedua matanya sudah tergenang air mata yang sudah siap tumpah.     

Viona kemudian duduk di lantai karena merasa kedua kakinya masih belum bisa diajak untuk berjalan, ia duduk tepat di samping kursi yang sudah hancur berserakan karena dilempar oleh Fernando ke dinding.      

Sementara itu Fernando yang masih menggunakan jubah mandinya langsung turun ke lantai satu, raut wajahnya terlihat sangat tidak bersahabat ketika para pelayan berusaha menyapanya mengucapkan selamat pagi namun tak ada satupun dari pelayan pelayan itu yang mendapat jawaban darinya. Saat akan keluar dari rumah tiba-tiba Fernando menghentikan langkahnya karena mengingat Amina dan Jenny yang masih ada di ruang keluarga, ia lalu berjalan masuk kembali ke dalam rumahnya dan berjalan ke ruang tamu di mana kedua adik sang istri sudah terbangun dan sedang menikmati teh hangat yang dibawakan oleh Teddy.      

"Kakak ipar…" ucap Jenny pelan saat menyadari keberadaan Fernando.     

"Kakak …" sapa Amina pelan sambil meletakkan cangkir tehnya diatas meja.     

"Kapan kalian datang?" tanya Fernando pura-pura  tidak tahu.      

"Kami datang tadi pagi kak, karena khawatir dengan keadaan kak Vio jadi kami kemari pagi-pagi. Maaf jika kedatangan kami mengganggu kakak ipar," jawab Jenny dengan jujur.      

"Its ok, im fine. Istriku juga baik-baik saja, dia pulang ke rumah sekitar jam sembilan malam dan saat ingin belum bangun," ucap Fernando berbohong.     

"Oh jadi kakak belum bangun kalau begitu biarkan saja kak jangan di ganggu, kami sudah lega begitu mengetahui kalau kakak sudah ada di rumah. Karena hari sudah mulai siang kami mohon izin kak karena harus membuka toko," sahut Amina dengan cepat sambil berpamitan pulang.     

"Baiklah kalau begitu, biarkan salah satu supir ku mengantar kalian pulang aku yakin jam segini belum ada kendaraan umum yang lewat,"  jawab Fernando sambil tersenyum.      

"Apa tidak merepotkan kalau supir kakak harus mengantarkan kami pulang ke toko?" tanya Jenny tak enak hati karena takut merepotkan.     

"Aku punya banyak sopir di rumah Jenny jadi kau jangan khawatir," jawab Fernando sambil tertawa.     

Amina dan Jenny akhirnya mau diantar pulang oleh sopir Fernando, mereka berdua menitip salam untuk Viona pada Fernando tanpa mengetahui kalau sebenarnya Fernando dan Viona sedang bertengkar. Setelah mobil yang mengantar Amina dan Jenny tak terlihat lagi Fernando terlihat berjalan menuruni anak tangga menuju sebuah mobil yang sudah siap mengantarnya pergi.      

"Kita mau ke mana tuan?" tanya Lukas pada Fernando yang baru saja masuk ke dalam mobil.     

"Antarkan aku ke apartemen William," jawab Fernando dengan cepat.      

"Baik tuan," sahut Lukas singkat, ia lalu menyalakan mobil dan segera pergi ke tempat tujuan yang dikatakan oleh Fernando sebelumnya tanpa bertanya atau berbicara ataupun. Ia bahkan hanya diam saja ketika melihat Fernando hanya menggunakan jubah mandinya dan hanya menggunakan sandal yang biasa dipakai di dalam rumah.     

Setelah berkendara selama hampir 20 menit mobil yang dikendarai Lukas akhirnya sampai di apartemen mewah milik dokter William, ia lalu membukakan pintu untuk Fernando ketika mobil sudah berhenti di parkir bawah tanah. Fernando langsung turun dan berjalan menuju lift yang ada di parkir bawah tanah tersebut Ia lalu memencet tombol di mana kamar dokter William berada. Karena sudah hafal dengan password apartemen dokter William dia tak kesulitan untuk membuka pintu, saat ia terakhir kali menerobos apartemen sahabatnya itu Fernando secara tidak sengaja memergoki dokter William yang sedang bercinta dengan kekasihnya. Oleh karena itu saat ini ia lebih memilih untuk diam dan hanya menunggu di ruang tamu.      

Setelah menunggu hampir sepuluh menit pintu kamar dokter William akhirnya terbuka dan ia langsung menoleh ke arah pintu tersebut tanpa rasa bersalah.      

"Fernando….     

"Hi," ucap Fernando memotong perkataan dokter William tanpa rasa bersalah.     

Dokter William yang masih tidak percaya karena melihat kehadiran Fernando di apartemennya nampak menggelengkan kepalanya perlahan karena lagi-lagi ia melihat sahabatnya sudah datang ke apartemennya pagi-pagi dan kali ini dengan kondisi yang sangat kacau, karena hanya memakai jubah tidur saja tidak seperti terakhir kali waktu Ia datang ke apartemennya.      

"Kau sudah gila Fernando,!!!" ucap dokter William dengan kesal.      

"Kenapa aku harus gila?" tanya Fernando dengan cepat.      

"Coba lihat dirimu, sepagi ini kau sudah datang ke apartemenku dengan hanya menggunakan jubah mandimu saja. Ini apa namanya kalau bukan gila," jawab dokter William dengan cepat sambil berjalan menuju tempat Fernando duduk.      

Alih-alih menjawab perkataan dokter William sang sahabat baik Fernando justru tertawa lebar sambil memejamkan kedua matanya dan bersandar di sofa yang sedang ia duduki, melihat tingkah Fernando yang aneh membuat dokter William memutar otaknya. Ia merasa ada yang salah dengan sahabatnya itu, karena Fernando yang selama 15 tahun ia kenal itu bukanlah seorang pria yang mau keluar rumah hanya dengan menggunakan jubah mandi saja.      

"Kalian bertengkar lagi?" tanya dokter William dengan cepat menebak penyebab kekacauan Fernando kali ini.      

"Kami tidak bertengkar William aku yang marah besar kepadanya," jawab Fernando dengan cepat tanpa membuka kedua matanya.      

"Ada apa lagi? Bukankah kemarin kalian baik-baik saja saat datang ke rumah sakit?" tanya Dokter William bingung.      

Fernando menghela nafas panjang, ia lalu membuka kedua matanya dengan perlahan setelah berhasil menguasai dirinya Fernando lalu menceritakan apa yang terjadi setelah acara makan siang dikantin dimana ia terlibat pertengkaran kecil dengan Viona di depan ruang kantornya gara-gara perkataan Viona yang ingin bekerja kembali setelah melahirkan. Sampai akhirnya Viona pergi tanpa izin darinya dan pulang ke rumah jam 9 malam tanpa memberikan alasan apapun sampai tadi pagi sehingga membuatnya amarahnya tak terkendali. Dokter William yang mendengar cerita Fernando nampak tak percaya ketika mendengar bahwa Viona bisa bersikap seperti itu, padahal Viona yang ia tahu adalah seorang wanita yang tidak mungkin bertindak gegabah apalagi sampai pergi tanpa alasan dan tidak memberikan kabar apapun pada suaminya apalagi kondisinya sedang hamil.     

"Kau yakin hanya gara-gara ia ingin bekerja lagi akhirnya pertengahan ini terjadi?" tanya dokter William berkali-kali mencoba menyakinkan dirinya.     

"Harus berapa kali lagi aku menjawab pertanyaanmu yang sama itu Will," jawab Fernando sambil menatap tajam ke arah dokter William.      

"Santai santai jangan menatapku seperti itu, aku bukan musuhmu Fernando," sahut dokter William pelan sambil mengangkat kedua tangannya ke udara.     

"Aku tak tahu kenapa Viona menjadi seegois ini,  Viona yang aku kenal bukanlah Viona yang seperti ini. Viona yang aku kenal adalah seorang wanita yang menurut dan tidak pembangkang Will," ucap Fernando pelan sambil mengacak-acak rambutnya.      

Dokter William yang kehabisan kata-kata nampak tak bisa memberikan masukan pada Fernando,ia benar-benar tak percaya kalau Viona akan melakukan hal seperti ini.      

"Tapi kau tak melakukan kontak fisik dengannya bukan?" tanya dokter William tiba-tiba teringat kondisi Viona.     

"Aku masih waras Will, aku tak mungkin menyakiti anakku," jawab Fernando dengan cepat.     

"Syukurlah kalau kau bisa menahan emosimu," ucap dokter William lega.     

Senyum Fernando tersungging mendengar perkataan dokter William, ia lalu bangun dan berjalan menuju kamar dokter William tanpa permisi pada si empunya kamar.     

"Hei brengsek apa yang kau lakukan kenapa membuka lemari bajuku!!" teriak dokter William panik sambil berjalan cepat menuju kamarnya dimana Fernando berada.     

"Aku harus ke kantor, tak mungkin aku memakai jubah mandi kekantor. Jadi aku pinjam pakaianmu," ucap Fernando tanpa rasa bersalah sambil mengacak-acak lemari pakaian dokter William mencari pakaian yang ia suka.     

"Sialan kau memang Fernando selalu saja menyusahkan aku," sengit dokter William pasrah ketika melihat isi lemarinya di acak-acak Fernando.     

Fernando hanya tersenyum tipis melihat sahabatnya merajuk, ia lalu menemukan kemeja putih slim fit yang merk Burberry yang ia suka. Tanpa pikir panjang Fernando langsung memakai kemeja putih itu dengan cepat, Fernando beruntung karena ukuran pakaiannya tak jauh beda dengan dokter William. Tak lama kemudian Fernando sudah kembali rapi dengan memakai satu setelan pakaian milik dokter William yang ternyata belum dipakai oleh sahabatnya itu.     

"Ayo berangkat," ajak Fernando pada dokter William.     

"Kemana?" tanya dokter William bingung, pasalnya hari ini adalah hari liburnya.     

"Pergi sarapan, aku lapar," jawab Fernando singkat.     

Dokter William akhirnya menuruti kemauan sahabatnya itu, setelah mengunci apartemennya dokter William segera berjalan menyusul Fernando yang sudah menunggunya di lift.      

Fernando mengajak dokter William untuk makan di sebuah restoran paling mewah untuk sarapan, walau ia tak membawa dompet akan tetapi Lukas sang supir pribadi yang sudah siap sedia nampak menyerahkan ATM card miliknya yang diberikan oleh Fernando untuk berjaga kalau ia tak membawa uang seperti saat ini.     

"Kau memang menakjubkan Fernando," ucap dokter William pelan memuji Fernando dengan tulus.     

"Ini bukan apa-apa Will," jawab Fernando menyombongkan diri.     

"Akh sial, menyesal aku memujimu brengsek," sahut dokter William dengan cepat.     

"Ha ha ha dasar bodoh," ejek Fernando sambil tertawa lebar.     

Dokter William hanya diam saja di ejek oleh Fernando, ia tau sahabatnya itu gak pernah sungguh-sungguh menghinanya. Saling ejek seperti ini sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka sejak mereka bersahabat selama 15 tahun.     

"Bolehkah aku bertanya sesuatu Fernando," tanya dokter William meminta ijin pada Fernando.     

"Tanyalah, sejak kapan kau sopan padaku," jawab Fernando pelan sambil menikmati red wine miliknya.     

"Saat dalam kondisi genting siapa yang akan kau pilih, anakmu atau istrimu?" tanya dokter William pelan.     

Deg      

Fernando langsung membatu mendengar pertanyaan dokter William yang tak pernah duga akan ia dengar dari mulut sahabatnya.     

"Jawab aku Fernando," ucap dokter William kembali menyadarkan Fernando dari lamunannya.     

"Tentu saja aku memilih anakku, ia masih bayi belum bisa apa-apa dan butuh perhatian extra sedangkan Viona ia sudah bisa mengurus dirinya. Lihat saja ia bisa kan pergi tanpa ijin dariku seperti kemarin," jawab Fernando spontan.     

"Benarkah…     

"Aku sangat menginginkan anak ini Will, dia adalah harapanku. Masa depanku, aku berharap banyak pada anak ini jadi aku tak bisa kehilangannya, aku tak bisa membayangkan apa yang akan aku lakukan jika terjadi sesuatu pada anakku," ucap Fernando dengan cepat memotong perkataan dokter William.     

"Tak ada siapapun yang bisa menyakiti anakku, bahkan ibunya sekalipun," imbuh Fernando pelan.     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.