You Are Mine, Viona : The Revenge

Pria paling egois



Pria paling egois

0Suara tarikan nafas Viona dapat didengar dengan jelas oleh Teddy yang berdiri disamping sang nyonya, ia sudah sangat khawatir kalau sang nyonya akan marah. Teddy terlihat memberikan aba-aba pada para pelayan untuk bersiap dibelakang sang nyonya untuk menghindari hal yang tak diinginkan, ia takut kalau wanita yang dibawa pulang sang tuan akan membuat masalah dengan nyonya mereka.     
0

"Apa kau tuli hah!!dari tadi aku minta air," jawab Laura sambil berkacak pinggang dihadapan Viona, sepasang mata khas timur tengah milik Laura nampak sedang memindai Viona dari atas rambut sampai ujung kaki.     

"Air apa?" tanya Viona pura-pura bodoh, ia tau kalau mentalnya saat ini sedang dipertaruhkan dihadapan wanita penghibur yang ada dihadapannya ini.     

"Menurutmu air apa!!tentu saja air minum, memangnya air apa lagi!!' jawab Laura jengkel, ia merasa sedikit tertekan oleh pandangan tajam dari mata Viona yang menatapnya tak berkedip.     

 "Ambil saja sendiri itu tempatnya," ucap Viona pelan sambil menunjuk ke arah dispenser yang ada didekat dapur dengan menggunakan jari telunjuknya tanpa rasa bersalah.     

Mendengar perkataan Viona membuat emosi Laura naik, ia merasa marah karena disepelekan Viona yang ia kira sebagai pelayan. Saat Laura akan membuka mulutnya kembali semua pelayan yang dibelakang Viona maju dan membuat barikade melindungi Viona dari Laura yang hanya berjarak beberapa jengkal saja dengan Viona.  Melihat para pelayan bersatu melawannya membuat mental seorang Laura ciut, karena tak mau mencari masalah Laura akhirnya berjalan menuju dapur untuk mengambil minum. Tenggorokannya sudah kering pasca bergadang dengan Fernando, setelah memuaskan dahaganya Laura kemudian berjalan kembali menuju ke tangga untuk naik kembali kekamar. Ia masih belum puas setelah semalaman bergelayut di tubuh Fernando, tanpa rasa malu Laura naik ke lantai dua. Saat tadi malam dibawa pulang Fernando ia tak sempat memperhatikan interior istana Fernando, kini setelah pagi ia barulah menyadari bahwa istana Fernando lebih indah dari museum-museum yang sering ia kunjungi di Quebec.     

Setelah Laura tak terihat dari pandangan mendadak kedua kaki Viona lemas, ia benar-benar hampir saja mencium lantai kalau tidak di tahan oleh Teddy yang langsung berjongkok untuk melindungi tubuh Viona agar tak bersentuhan langsung dengan lantai.  Melihat Viona yang hampir jatuh membuat para pelayan panik, beberapa pelayan wanita nampak langsung memapah sang nyonya berjalan menuju ke ruang keluarga yang tak jauh dari dapur.     

"Minum dulu nyonya," ucap Teddy pelan sambil memberikan segelas air hangat pada Viona.     

Tanpa bicara Viona langsung menerima air pemberian Teddy, ia lalu meminumnya dengan perlahan.  Viona kemudia menyerahkan gelasnya pada pelayan, ia lalu menarik nafas panjang untuk meredakan dadanya yang terasa sangat sesak sambil memejamkan kedua matanya. Teddy dan para pelayan yang ada diruang keluarga nampak sangat iba melihat kondisi sang nyonya yang terlihat sangat terpukul.     

"Aku mau ke taman cari udara segar," ucap Viona pelan sambil menatap Teddy yang berdiri disampingnya.         

"Tapi diiuar sangat berangin nyonya," jawab Teddy cepat.     

"Aku butuh oksigen baru untuk meredakan sesak didadaku Teddy," sahut Viona lirih.     

Teddy terdiam mendengat perkataan sang nyonya, ia benar-benar dilema saat ini. Antara menuruti kemauan sang nyonya atau tetap melakukan pekerjaannya, ia tak mau membuat Fernando marah karena mencampuri urusannya.  Melihat Teddy berpikir lama membuat Viona tersenyum tipis, ia akhirnya menyadari bahwa semua orang yang ada dihadapannya adalah orang Fernando.     

"Ya sudah Teddy lebih baik kau teruskan saja pekerjaanmu, aku bisa jala sendiri ke taman," ucap Viona singkat dengan senyum yang dipaksakan.     

"Tapi nyonya...     

"Tak apa aku bisa berjalan, lebih baik kalian selesaikan pekerjaan kalian. Aku tak mau membuat kalian mendapatkan masalah karena membantuku," sahut Viona memotong perkataan Rita sang pelayan wanita paling senior.     

Dengan perlahan Viona bangun dari sofa ia lalu berjalan dengan langkah perlahan menuju taman tanpa bantuan siapapun, Teddy dan para pelayan wanita hanya diam melihat nyonya mereka pergi ketaman.     

"Aku merasa sangat bersalah pak," ucap Rita pelan pada Teddy yang berdiri disampingnya.     

"Aku juga Rita tapi kita tak bisa berbuat apa-apa, ini adalah masalah pribadi antara tuan dan nyonya. Kita tak berhak ikut campur, kalian tentu masih ingat bukan kejadian waktu itu dimana tuan marah besar saat kita ikut campur urusannya," sahut Teddy lirih mengingatkan kejadian dua tahun lalu dimana Fernando menghajar seorang pelayan yang dianggap sudah lancang karena berani ikut campur dalam masalahnya.     

Mendengar perkataan teddy membuat para pelayan wanita itu langsung diam, mereka masih sangat mengingat peristiwa itu dimana Fernando menggila dan membuat seorang pelayan cacat permanen karena di pukul kakinya dengan stick glof berkali-kali. Mengingat kejadian itu membuat para pelayan akhirnya mengabaikan rasa ibanya pada sang nyonya yang sangat membutuhkan dukungan moral saat ini, mereka lebih memikirkan keselamatan dirinya masing-masing. Begitu pula dengan Teddy yang hanya bisa melihat sang nyonya duduk sendirian ditaman.     

"Maafkan kami nyonya, kami adalah orang miskin yang butuh pekerjaan ini. Kami tak mungkin  bisa macam-macam pada tuan," ucap Teddy pelan, ia kemudian masuk kembali kedalam rumah untuk melanjutkan pekerjaanya.  Semua sarapan harus sudah siap sebelum Fernando bangun.     

Sesampainya ditaman Viona tak membendung lagi air matanya, ia menangis tanpa suara seorang diri ditaman menghadap danau. Mengingat kejadian yang baru saja terjadi membuatnya benar-benar tak bisa berkata-kata, melihat wanita lain yang memakai suami sendiri benar-benar membuatnya hancur. Semua janji-janji manis yang terucap dari mulut Fernando selama ini langsung kembali berputar dalam ingatannya seperti sebuah film yang di rewind.     

"Aku lah yang salah karena sudah percaya padamu," ucap Viona pelan sambil meraba perutnya dengan perlahan.     

Perlahan Viona menyeka air mata yang membasahi wajah cantiknya menggunakan tangan, ia lalu berjalan pelan menuju ke pinggir danau yang dipenuhi ikan hias aneka jenis dan beberapa burung merpati yang memang sengaja dipelihara di taman itu. Viona meraih pakan ikan yang ada ditempat penyimpanan yang jaraknya tak jauh dari bangku tempatnya ia duduk tadi, setelah memegang sekantung pakan ikan ia lalu menebarnya di danau untuk memberi makan ikan-ikan yang ada didanau. Sesekali Viona melempar ke arah burung merpati yang bertebrangan seolah sedang meminta bagian dari Viona, melihat hewan-hewan yang dihadapannya makan dengan lahap membuat Viona tersenyum dan melupakan sejenak kesedihannya.     

"Harus berapa lama lagi aku hidup dengan beban ini Tuhan, aku lelah Tuhan," ucap Viona tanpa sadar.     

Diwajahnya memang tersungging sebuah senyuman karena melihat hewan-hewan yang ada dihadapannya makan dengan lahap akan tetapi sepasang mata cantiknya nampak sudah siap menjatuhkan krital beningnya kembali, Viona berusaha menahan dirinya agar tak menangis lagi.     

"Morning...." sapa seorang pria yang suaranya sudah Viona kenal menyapa Viona.     

"Dokter William," sahut Viona tergagap ketika melihat dokter pribadi Fernando datang.     

"Boleh saya duduk disini?" tanya dokter William pelan.     

"Silahkan dokter," jawab Viona dengan senyum palsu yang ia paksakan.     

Dokter William lalu duduk disebelah Viona dengan perlahan.     

"Anda baik-baik saja dok?" tanya dokter William membuka percakapan.     

"Tentu dok, seperti yang ada lihat aku baik-baik saja...maksudnya kami baik-baik saja," jawab Viona datar tanpa mengalihkan pandangannya dari danau.     

"Kalau anda butuh teman untuk bicara saya siap mendengarnya dokter Viona," ucap dokter William pelan.     

Mendengar perkataan dokter Wiliam membuat Viona tersenyum  tanpa bersuara, ia lalu menoleh pelan ke arah dokter William yang sejak tadi menatapnya.     

"Saya baik-baik saja dok, anda tak perlu khawatir," sahut Viona singkat dengan tersenyum.     

Melihat senyum Viona membuat dokter William semakin yakin bahwa sebenarnya Viona sedang tidak baik-baik saja, ia tau kalau dokter cantik yang ada dihadapannya itu sedang menyembunyikan luka besar didalam dirinya.     

Drrttttt...Drttttt....     

Ponsel yang ada didalam saku dokter William tiba-tiba saja bergetar, dengan cepat ia meraih ponsel pintarnya itu dan tersenyum tipis ketika melihat nama Fernando muncul di layar ponselnya.     

"Saya harus masuk kedalam rumah, si brengsek itu sudah menelfonku dok," ucap dokter William pelan berpamitan pada Viona .     

"Silahkan dokter," jawab Viona cepat.     

Setelah memasukkan ponselnya kedalam bajunya kembali dokter William lalu berjalan pelan menuju ke istana Fernando meninggalkan Viona ditaman. Saat dokter William sampai di halaman depan ia sempat heran saat melihat seorang wanita yang tak ia kenal nampak baru saja keluar dari dala istana Fernando masuk kedalam mobil mewah milik Fernando dan Fernando sendiri nampak mengantar wanita itu pergi dengan senyum mengembang.     

"Si bodoh ini selalu cari masalah," ucap dokter William dalam hati mengutuk Fernando.     

"Hei...bodoh kenapa masih berdiri diluar, cepat masuk!!" teriak Fernando tiba-tiba ketika menyadari keberadaan dokter William.     

"Will...     

"Iya aku jalan brengsek!!" jawab dokter William dengan berteriak sambil berjalan menuju Fernando yang masih berdiri di pintu dengan hanya memakai jubah mandi saja.     

"Buang saja semua pakaian mahalmu itu kalau kau suka memakai jubah mandi saja brengsek," ucap dokter William pelan setelah sampai disamping Fernando.     

Alih-alih marah mendengar perkataan sang sahabat Fernando justru tertawa terbahak-bahak, ia lalu mengalungkan tangannya ke leher dokter William dengan cepat.     

"Aku bisa melakukan apapun dirumahku Will...     

"Termasuk menyakiti istrimu dengan membawa wanita jalang pulang kerumah maksudmu," ucap dokter William memotong perkataan Fernando.     

Fernando terdiam beberapa detik mendengar perkataan dokter William, disinggung tentang Viona membuatnya marah kembali.     

"Aku sedang memberikan dia pelajaran Will," sahut Fernando ketus.     

"Kau akan menyesal Fernando menyakiti wanita sebaik istrimu," jawab dokter William penuh arti.     

"Ha ha ha...wanita baik kau bilang, tak ada wanita baik yang pergi dari rumah tanpa ijin suaminya!!" ucap Fernando sambil tertawa lebar.     

Dokter William tak bisa menjawab perkataan Fernando yang terakhir kali, ia tau kalau Fernando masih sangat marah pada Viona karena pergi dari rumah tanpa ijin darinya.  Melihat dokter William diam Fernando merasa menang, ia lalu berjalan menuju keruang kerjanya dengan langkah tegap.     

"Siapa wanita tadi?" tanya dokter William dingin.     

"Wanita baruku...     

"Kau benar-benar pria paling brengsek yang aku kenal Fernando," ucap dokter William memotong perkataan Fernando.     

"Para wanita itu dengan senang hati melayaniku Will, lalu salahku dimana?" tanya Fernando tanpa rasa bersalah.     

"Luka yang kau buat pada istrimu ini pasti sangat melukai hatinya Fernando, ingatlah ia sedang hamil jadi kau...     

"Seharusnya kau beri masukan ini padanya Will, bukan padaku. Dia yang seharusnya memikirkan kondisi anakku, bukannya malah pergi tanpa kabar seperti itu. Memang kau fikir saat itu aku tak cemas, tak khawatir ...dia saat dia pulang bukannya memberikan penjelasan padaku tapi hanya diam saja. Coba kau fikir tak pantaskah aku marah saat ini Will, dia sudah tak menghargai aku sebagai suami."ucap Fernando memotong perkataan dokter William dengan penuh amarah.     

"Aku tau kau marah, tapi tak seharusnya kau malah membuat masalah baru dengan membawa wanita jalang pulang...     

Brak     

Fernando memukul meja yang ada dihadapannya dengan keras saat mendengar perkataan terakhir dokter William.     

"Namanya Laura, jangan sebut dia wanita jalang Will,!!" ucap Fernando dengan nada meninggi sambil menatap tajam ke arah dokter William.     

"Aku tak bisa memberikan masukan padamu saat ini Fernando, kau sedang tak mampu menguasai diri. Lebih baik aku pulang saja, kau tak membutuhkan aku Fernando, " sahut dokter William pelan sambil bangun dari kursinya dan berjalan pelan menuju ke pintu keluar ruang kerja Fernando.     

"Ingat perkataanku ini Fernando, wanita yang kau buat menangis hari ini membutuhkan waktu puluhan tahun untuk menyembukan luka dihatinya. Jangan sampai apa yang kau lakukan ini justru membuatmu menyesal  dikemudian hari...dan jangan lupa diluar sana masih ada beberapa pria yang masih menunggu cinta dokter Viona," ucap dokter William pelan menambahkan perkataannya yang sebelumnya sambil tersenyum, setelah berkata seperti itu dokter William keluar dari ruang kerja Fernando.     

Prank     

Prank     

"arrgghhhh....fuck fuck...."     

Fernando membuang barang-barang yang ada diatas meja kejanya dalam satu kali gerakan, ia kesal karena merasa kalau dokter William membela Viona bukan membela dirinya.     

"Teddy!!!!" teriak Fernando memanggil kepala pelayan dirumahnya.     

Teddy yang berdiri didepan pintu langsung masuk ketika namanya dipanggil oleh Fernando.     

"Iya tuan," Jawab Teddy dengan cepat.     

"Mulai saat ini larang Viona pergi, tak ada orang yang bisa menemuinya tanpa seijin dariku meskipun itu adalah kedua adiknya sekalipun. Pastikan Viona tak keluar dri rumah," ucap Fernando dengan suara meninggi.     

"Baik tuan saya mengerti," sahut Teddy dengan patuh, ia kemudian pamit undur diri dari hadapan Fernando.     

"Kau tak akan kulepaskan Viona, kau adalah milikku. Tak akan ada yang bisa merebutmu dariku," ucap Fernando penuh emosi.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.