You Are Mine, Viona : The Revenge

Execution



Execution

0Pada awalnya Viona tak tahu kalau Fernando tak pulang tadi malam, ia bahkan sempat tertidur di balkon selama tiga puluh menit sebelum akhirnya pindah ke dalam kamar karena terbangun akibat haus. Ia akhirnya tahu bahwa sang suami tak pulang saat pagi hari dimana ia sedang dibantu berpakaian oleh beberapa pelayan wanita yang ia minta untuk membantunya memakai gaun pesta, karena ia agak kesulitan menggunakan pakaian pesta yang sudah dibuatkan oleh seorang designer khusus yang dipesan oleh Fernando itu.     
0

"Betul nyonya tuan diantar oleh Lucas ke kapal pesiar tuan muda kedua," ucap Teddy pelan saat datang ke kamar Viona untuk mengantarkan sarapan, rupanya ia mendengar percakapan antara Viona dan beberapa orang pelayan.     

"Oh jadi begitu, terima kasih infonya Teddy," sahut Viona pelan.     

"Sama-sama nyonya, kalau begitu saya permisi," pamit Teddy penuh hormat.     

Viona menganggukan kepalanya merespon perkataan Teddy, ia kemudian menatap makanan yang dibawakan Teddy sebelumnya. Perlahan ia meraih makanan itu, karena tiba-tiba perutnya terasa lapar. Padahal biasanya ia tak selapar pagi ini, akan tetapi saat melihat makanan yang dibawa Teddy adalah burrito yang berisi kalkun panggang dan sedikit mayonaise tiba-tiba nafsu makan Viona datang. Ia tak hanya memakan satu burrito akan tetapi dua burrito besar, melihat sang nyonya makan dengan lahap membuat para pelayan senang. Sudah lama sekali mereka tak melihat sang nyonya selahap pagi ini, karena Viona tak ingin menghias macam-macam rambutnya ia tak membutuhkan waktu lama untuk berdandan.      

"Tolong pakaikan jepitan rambut itu di rambutku," ucap Viona pelan saat seorang pelayan sudah menyisir rambut panjangnya dengan rapi.     

"Maaf, nyonya mau pakai yang mana ?" tanya seorang pelayan wanita pada Viona, ia terlihat bingung melihat banyaknya jepitan rambut cantik di kotak khusus penyimpanan jepitan rambut.     

"Yang bentuknya bulan sabit saja," jawab Viona pelan sambil menyeka bibirnya yang terkena lelehan mayonaise menggunakan tissue.     

Mendengar perkataan sang nyonya pelayan itu langsung meraih sebuah jepitan rambut berbentuk bulan sabit yang berwarna putih, jepitan rambut itu memang terlihat sederhana akan tetapi sebenarnya di sekitar bulan sabit itu dipasangi batu Swarovski yang indah dan mahal. Jepitan rambut itu dibuat secara limited edition khusus untuk Viona oleh toko perhiasan tempatnya memesan cincin pernikahannya, mereka memberikan jepitan rambut itu sebagai kado atas kehamilan Viona.     

Setelah jepitan rambut itu terpasang kecantikan Viona terlihat semakin memancar, ia tak menggunakan perhiasan berlian mahalnya di leher atau di telinga. Viona memilih membiarkan kedua telinganya memakai sebuah anting emas putih panjang yang harganya tak mahal dan hanya memakai cincin pernikahannya saja di jari manisnya. Tak lama kemudian Viona akhirnya selesai memakai baju pesta yang dibuat khusus untuknya itu, walaupun tema pernikahan profesor Frank dan dokter Louisa adalah white akan tetapi Viona memilih memakai gaun berwarna peach rose yang dikombinasikan dengan warna putih sehingga gaunnya terlihat sangat cantik.     

"Nyonya pegang tangan saya saat turun ke bawah ya," ucap Teddy pelan mengulurkan lengannya ke arah Viona saat mereka akan menuruni anak tangga menuju ke lantai satu.     

"Iya Teddy aku mengerti," jawab Viona pelan.     

"Ayo nyonya kita turun," ucap Teddy kembali sambil melangkahkan kakinya ke tangga.     

Viona mengikuti langkah Teddy perlahan, ia tak mau melepas sepatu pestanya sehingga membuat Teddy dan beberapa pelayan khawatir. Sehingga Teddy akhirnya memutuskan untuk membimbing Viona menuruni anak tangga, beberapa pelayan wanita lainnya berdiri di belakang Viona untuk berjaga. Setelah sampai di lantai satu Viona segera berjalan menuju halaman karena sebuah mobil sudah menunggunya dan siap mengantarkan dirinya pergi ke tempat acara pernikahan Profesor Frank dan dokter Louisa.      

"Tak ada yang tertinggal bukan nyonya?" tanya Thomas sang sopir pribadi pada Viona pelan ketika Viona sudah masuk ke dalam mobil.      

"Semua yang aku butuhkan sudah ada di dalam tas kecil ini, kalau begitu ayo kita segera berangkat. Aku tak mau terlambat hadir di acara pernikahan temanku itu," jawab Viona pelan sambil mengangkat tas pesta nya ke arah Thomas.      

"Baik nyonya," sahut Thomas pelan, dia Lalu menginjak gas mobilnya dan tak lama kemudian mobil mahal itu akhirnya pergi meninggalkan halaman rumah Fernando.     

Viona menghela nafas panjang ketika melihat ada dua mobil lainnya yang mengawal pergi mobil yang sedang ia naiki tersebut, kedua mobil itu berjalan didepan dan dibelakang mobil Viona. Sehingga sangat sulit bagi Viona untuk kabut jika dalam kondisi seperti saat ini, Thomas yang sedang membawa mobil nampak tersenyum ketika menyadari bahwa Viona nampak kecewa saat melihat dua mobil lainnya mengawal mereka.     

Saat hampir sampai ke dermaga Viona meminta Thomas untuk sebuah apotek, ia lupa membawa permen rasa jeruk sebagai penangkal rasa mualnya.     

"Aku hanya mau membeli permen saja Thomas," ucap Viona pelan mencoba untuk menyakinkan Thomas.     

"Saya ada permen nyonya, apakah anda mau…     

"Aku punya permen khusus Thomas, itu sangat ampuh melawan rasa mualku. Kalau kau khawatir aku kabur perintahkan beberapa bodyguard untuk mengawal ku turun ke apotek, agar kau yakin kalau aku hanya ingin membeli sebungkus permen saja." ucap Viona kembali menyakinkan Thomas dengan nada meninggi.     

Mendengar perkataan Viona membuat Thomas terdiam, ia lalu terlihat menghubungi beberapa orang melalui earpiece yang terpasang di telinganya. Ia terlihat beberapa kali mengangguk merespon perkataan seseorang yang sedang ia hubungi, Viona tak mengerti dengan pembicara Thomas karena Thomas berbicara dengan bahasa Perancis. Viona tak bisa sama sekali bicara bahasa Perancis.     

Tak begitu lama kemudian Thomas terlihat menghentikan laju mobilnya di sebuah apotek yang tak jauh dari dermaga, ia kemudian keluar dari mobil dan membantu membukakan pintu untuk Viona. Saat Viona akan turun ia hanya tersenyum ketika melihat empat orang pria berbadan besar sudah berdiri di samping Thomas, ternyata apa yang ia katakan sebelumnya benar-benar terjadi. Thomas rupanya tadi menghubungi para bodyguard yang sedang ada di dalam mobil yang mengawalnya pergi, mereka langsung turun dari mobilnya begitu mobil Thomas berhenti untuk mengawal Viona pergi ke dalam apotek.      

"Dasar menyebalkan, ayo bantu aku turun gaunku agak susah dipakai untuk berjalan," ucap Viona pelan pada Thomas sambil mengulurkan tangannya.     

"Baik nyonya, hati-hati kepala anda," jawab Thomas pelan sambil menerima tangan Viona.     

Bukan hanya Thomas yang membantu Viona keluar dari mobil akan tetapi dua bodyguard yang berada di sebelah kiri mobil pun langsung turun tangan, mereka terlihat mengangkat ekor gaun Viona supaya gaun sang nyonya tidak kotor. Viona hanya bisa tersenyum saja melihat tingkah anak buah suaminya itu, ia kini tau bahwa bukan hanya suaminya yang aneh tapi semua anak buahnya juga.     

Dengan perlahan Viona masuk ke dalam apotek, ia terlihat membeli sebuah permen yang ada di dalam botol karena ukuran kecilnya sedang habis. Botol permen itu berwarna putih susu yang memiliki tutup orange, saat Viona melepas tutupnya kertas merk permen itu ikut terlepas sehingga hanya menyisakan sebuah botol polos berwarna putih yang memiliki tutup orange saja. Tanpa menunggu lama Viona langsung memakan dua permen rasa jeruk yang sangat asam itu di hadapan para bodyguard.     

"Ya sudah ayo kita ke dermaga, acara sudah hampir dimulai," ucap Viona pelan sambil memasukkan botol permennya ke dalam tas pesta.     

"Baik nyonya," sahut empat orang pria berbadan besar itu mengawal Viona kembali menuju mobil, mereka terlihat telaten membimbing Viona masuk ke dalam mobil.     

Setelah membantu Viona masuk ke dalam mobil keempat bodyguard yang tadi mengawal Viona ke apotek langsung pergi kembali ke mobilnya masing-masing, mereka lalu pergi bersama-sama menuju ke dermaga berbarengan dengan Thomas yang membawa Viona.     

"Memang tak ada kesempatan untuk pergi sekarang aku rasa," ucap Viona dalam hati sambil mengunyah permen penghilang rasa mualnya.     

Thomas hanya tersenyum melihat Viona kembali memakan permen yang baru ia beli, Thomas merasa senang karena tugasnya untuk membawa Viona dengan selamat dan aman menuju kapal pesiar tempat acara pernikahan Profesor Frank dan dokter Louisa berjalan lancar tanpa halangan.     

Tak begitu lama kemudian mereka akhirnya tiba di dermaga, para bodyguard yang berjaga di sekitar demaga langsung berlarian menuju ke arah rombongan Viona yang baru saja datang. Mereka yang sudah diberitahu oleh para bodyguard yang ada di mobil pertama langsung bersiap saat mengetahui Viona akan sampai di dermaga, di dalam mobil Viona hanya menggelengkan kepalanya perlahan ketika melihat para pria berbadan besar itu sudah siap siaga di pintu masuk dermaga. Bahkan ketika ia dan rombongan mulai masuk ke dalam area dermaga, melihat penjagaan yang cukup ketat semakin meyakinkannya bahwa ia tak mungkin bisa kabur dari Fernando saat ini.      

Viona akhirnya pasrah dan mengubur keinginannya dalam-dalam untuk melarikan diri,ia kemudian merapikan riasannya sebentar sebelum naik ke dalam kapal pesiar yang sudah menunggu di pinggir dermaga sebelum berlayar menuju ke tengah lautan untuk melakukan prosesi pernikahan Profesor Frank dan dokter Louisa. Saat Viona membuka pintu para pria berbadan besar itu langsung sigap, mereka mengulurkan tangannya untuk membantu Viona keluar dari dalam mobil. Mengingat Viona yang sedang hamil mereka tak mau berbuat kesalahan sedikit pun, apalagi Viona sedang menggunakan pakaian yang cukup menyulitkan nya untuk berjalan.     

Dengan dibantu para pria itu berjalan menuju kapal pesiar Viona tak mengalami kesulitan sama sekali, ia bahkan tak perlu memegangi atau khawatir gaunnya terinjak karena ada dua orang pria yang berjaga di belakang. Mereka pun sudah meminta izin terlebih dahulu kepadanya untuk mengangkat ekor gaun nya yang sedikit panjang itu, saat sampai di kapal pesiar yang cukup waktu barulah para pria yang membantu Viona naik ke dalam kapal pesiar melepaskan sang nyonya dan membiarkan Viona berjalan menuju ke kursinya yang sudah disiapkan.      

Saat Viona berjalan memasuki tempat acara semua orang nampak melihat ke arahnya, begitu juga dengan Profesor Frank sang calon pengantin pria yang sedang berdiri di depan altar bersama Fernando untuk melakukan persiapan terakhir sebelum dokter Louisa masuk ke tempat acara untuk melakukan pengucapan janji suci. Viona berjalan melewati jalan di sebelah pinggir untuk menuju kursinya yang ada di barisan depan, saat hampir sampai ke kursinya Viona dikagetkan ketika melihat Fernando menghampirinya.     

"Pegang tanganku sayang," ucap Fernando pelan pada Viona.     

Tanpa diperintah dua kali Viona langsung mencengkram tangan Fernando, ia harus mengikuti permainan Fernando yang sedang berakting di depan banyak orang. Tak lama kemudian ia pun akhirnya duduk di kursinya yang ada di barisan terdepan, Fernando kemudian mencium kening Viona dan meraba perut buncitnya dengan perlahan. Ia lalu kembali lagi berdiri disamping Profesor Frank karena acara akan dimulai.      

Saat Fernando mencium kening Viona banyak orang yang terpesona melihat kemesraan pasangan suami istri itu, begitu juga dengan Andrew yang duduk di deretan kursi seberang. Dimana ia tak mengalihkan pandangannya dari Viona dari saat ia masuk ke tempat acara sampai Viona duduk.     

Tak lama kemudian terdengar piano berdenting berbarengan dengan masuknya dokter Louisa menuju altar, senyumnya merekah saat berjalan menuju tempat calon suaminya berdiri saat ini. Dimana mereka akan melakukan sumpah janji setia selamanya sampai maut memisahkan, nampak di depan dokter Louisa ada dua orang gadis kecil yang mengiringi langkahnya menuju altar. Karena dokter Louisa sebatang kara ia tak didampingi siapapun ketika menuju ke altar, di belakang dokter Louisa dokter Cecilia dengan suster Chloe berjalan mengiringi langkah dokter Louisa sebagai pendamping mempelai wanita. Mereka berdua juga terlihat cantik menggunakan gaun putih yang senada dengan warna gaun pernikahan dokter Louisa.      

Prok     

Prok     

Prok     

Suara tepuk tangan terdengar keras saat dokter Louisa dan Profesor Frank sudah resmi dinyatakan sebagai suami istri oleh pendeta, ciuman pertama Profesor Frank pada dokter Louisa pun dibarengi suara teriakan keras dari para tamu yang hadir. Viona ikut terharu atas pernikahan ini, ia bahagia akhirnya dokter Louisa bisa menikah dengan lelaki pujaan hatinya.     

"Semoga kau bahagia dokter, aku yakin Frank akan membahagiakanmu," ucap Viona dalam hati mendoakan dokter Louisa dengan tulus.     

Setelah acara pengucapan janji suci sesi foto pun dimulai, Viona yang duduk dihampiri Fernando. Ia mengajaknya untuk foto bersama dengan pengantin sebelum acara resepsi dimulai, berbagai pose pun ditunjukkan oleh kedua pasangan Willan itu bersama istrinya masing-masing. Viona pun menutup rapat masalahnya dengan Fernando dari banyak orang, ia berusaha tersenyum saat ada di pesta pernikahan.     

"Hei mau kemana?" tanya Fernando pada Viona saat sesi foto selesai.     

"Aku mau ke toilet sebentar, sudah tak tahan," jawab Viona pelan menahan buang air kecil.     

"Perlu aku antar?" tanya Fernando pelan.     

"Aku bisa sendiri, lagipula toiletnya itu ada dibelakang," jawab Viona pelan sambil menunjuk toilet yang ada di dekat gerbang bunga tempat masuknya dokter Louisa tadi menuju altar.     

"Baiklah, hati-hati dan segeralah kembali," ucap Fernando datar sambil menatap tajam ke mata Viona.     

"Aku tau tenang saja," sahut Viona singkat, ia sepertinya paham dengan maksud tatapan maut Fernando.     

Viona akhirnya berjalan pelan menuju ke toilet yang ada di dekat pintu masuk, ia sudah tak tahan ingin buang air kecil.     

Dokter Ammy dan suster Lucia tersenyum tipis saat melihat Viona berjalan menuju toilet, mereka berdua saling pandang beberapa saat. Lalu bangun dari kursinya berbarengan.     

"It's show time…" ucap dokter Ammy lirih sambil memegangi tas pestanya dengan erat, langkahnya untuk membalaskan dendam akan segera terwujud.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.