You Are Mine, Viona : The Revenge

Kunjungan profesor William



Kunjungan profesor William

0Adam mengantarkan segelas coklat hangat untuk Viona yang sedang duduk di ruang tamu, ia sudah mandi dan berganti pakaian hangat. Adam yang sebenarnya sudah mandi pun terpaksa mandi lagi karena bajunya basah karena dipeluk Viona yang basah kuyup.     
0

"Minum ini kau akan lebih baik Anji," ucap Adam pelan sambil memberikan segelas coklat hangat pada Viona.     

"Terima kasih kakak," jawab Viona singkat sambil meraih gelas yang diberikan oleh Adam.     

"Sama-sama Anji, habiskan selagi hangat supaya tubuhmu nyaman Anji," ucap Adam kembali sambil menyentuh pundak Viona, ia lalu duduk kursi yang ada disebrang Viona sambil memangku laptopnya.     

Viona pun kemudian mulai minum coklat hangat yang diberikan Adam, tanpa sungkan ia meminumnya dengan cepat rasa manis dari coklat yang ia minum berhasil membuat suasana hatinya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tanpa Anda sadari saat ia meminum coklat hangatnya Adam berkali-kali mencuri pandang ke arahnya, ia tersenyum melihat cara Viona minum.      

"Kakak berapa berapa hari ini sibuk sekali," ucap Viona membuka percakapan sambil meletakkan gelas coklat hangat nya yang tinggal setengah ke atas meja.      

"Iya aku lumayan sibuk beberapa hari ini Anji, tiap memasuki musim liburan banyak penduduk yang berdatangan ke klinik. Mereka mengaku kelelahan menghadapi turis-turis yang datang dalam masa liburan seperti ini," jawab Adam sambil tersenyum.      

"kelelahan memangnya setiap libur selalu seperti ini kak?"tanya Viona penasaran.     

"Biasanya turis-turis itu akan datang ke desa Elora saat memasuki libur sekolah, mereka akan datang bersama keluarga ataupun pasangannya ke tempat ini. Dan kali ini bukan hanya turis lokal saja yang datang Anji akan tetapi turis dari mancanegara pun mulai berdatangan ke desa Elora saat mengetahui keindahan desa ini di situs resmi yang diunggah oleh pemerintah pusat," jawab Adam pelan sambil menunjukkan situs pariwisata buatan pemerintah pusat pada Viona.     

Viona yang tertarik langsung berpindah tempat duduk, ia pun langsung duduk disebelah Adam dan meraih laptop milik Adam lalu membaca situs yang Adam bicarakan.     

"Pantas saja musim liburan kali ini desa Elora sangat penuh, rupanya pengunjung di situs ini setiap harinya hampir 2000 orang kak," seru Viona takjub sambil menunjuk angka pengunjung situs harian di website yang Adam tunjukkan.      

"Ya begitulah makanya aku tak heran jika banyak orang yang datang ke klinik, untung saja kemarin aku sudah mengambil stok obat-obatan di pusat coba kalau aku terlambat mungkin aku tak bisa melayani dengan baik pasien-pasien itu," ucap Adam penuh syukur.     

"Semua ini sudah menjadi rencana Tuhan kak," celetuk Viona dengan cepat.     

"Begitu juga dengan pertemuan kita Anji," sahut Adam singkat.     

Deg      

Viona membatu mendengar perkataan Adam, ia lalu menoleh pelan ke arah Adam dengan jantung yang berdetak dengan cepat.     

"Maksudmu apa kak?" tanya Viona tergagap.     

"Bukankah tadi kau bilang semuanya sudah diatur Tuhan? jadi pertemuan kita sepuluh bulan yang lalu juga sudah diatur olehNYA Anji, apa kau percaya dengan takdir Anji?" tanya balik Adam dengan tatapan penuh arti pada Viona.     

"Yang aku percaya adalah takdir kejam padaku kak, takdir tak pernah membuatku bahagia. Takdir selalu menempatkanku di posisi yang tak menguntungkan," jawab Viona pelan dengan suara parau.     

Melihat perubahan ekspresi Viona membuat Adam salah tingkah, ia langsung menyadari kesalahannya yang tak sengaja ia lakukan itu.     

"Anji aku…     

"Kak aku sudah lelah, aku tidur dulu ya. Dan terima kasih atas coklat hangatnya, permisi kak," ucap Viona pelan memotong perkataan Adam, ia lalu meraih gelas berisi coklat yang ada dihadapannya dan berjalan pelan menuju ke kamarnya yang ada di lantai dua.     

Melihat Viona naik ke kamarnya yang ada di lantai dua Adam hanya terdiam, ia merutuki kebodohannya yang sudah menyinggung tentang takdir pada Viona. Ia lupa bahwa Viona mempunyai takdir yang buruk yang membuatnya masih merasa sedih sampai sekarang.     

"Maafkan aku Anji, aku tak bermaksud mengungkit masa lalumu. Aku hanya ingin mencoba masuk ke dalam hidupmu Anji, tapi kenapa disaat aku mencoba mendekat kau selalu memasang tameng dan menjauh dariku Anji. Biarkan aku obati luka di hatimu Anji," ucap Adam dalam hati, ia benar-benar sudah jatuh cinta pada Viona. Bahkan di hari pertama ia melihat Viona di pemakaman waktu itu hatinya sudah merasakan getaran aneh yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.     

Viona yang sebenarnya belum mengantuk memilih untuk pergi ke kamarnya meninggalkan Adam, ia merasa tak nyaman ada di dekat Adam saat mendengar Adam membahas tentang takdir. Bagi Viona takdir tak pernah berpihak baik padanya, takdir selalu membawanya ke dalam jurang penderitaan. Bahkan sejak ia dilahirkan ke dunia pun takdir sudah membawanya ke dalam jurang kesengsaraan, ditolak dan dibuang oleh kedua orangtua kandung cukup membuatnya merasa tak percaya takdir tak pernah menginginkan dirinya hadir di dunia sejak awal. Belum lagi dengan masalah yang silih berganti menghampirinya sejak ibu Maria meninggal di usianya yang masih sangat muda, ia sudah dipaksa untuk berjalan seorang diri mengikuti takdir buruk yang selalu menghampirinya sampai ia bertemu dengan Fernando.     

"Akan lebih baik seandainya malam itu ibu tidak menemukanku di keranjang yang ada di depan rumahnya, mungkin aku tidak akan pernah merasakan penderitaan sepanjang hidupku seperti ini," ucap Viona dalam hati sambil memejamkan kedua matanya, tiba-tiba saja bayangan masa kecilnya yang bahagia bersama ibu Maria kembali berkelibat dalam ingatannya.      

Viona pun langsung membuka matanya ketika melihat ibu Maria terlihat murung dalam ingatannya, air matanya langsung menetes dengan deras membasahi pipinya yang tirus.      

"Maaf ibu, bukan maksudku untuk berkata seperti itu ibu. Aku hanya sudah terlalu lelah menghadapi dunia ini bu, aku terlalu kecil untuk bertahan di dunia yang kejam seperti ini Bu," isak Viona penuh sesal sambil menyentuh dadanya yang terasa sakit, ia menyesali perkataannya yang sebelumnya.      

"Maafkan aku ibu, Anji minta maaf ibu….     

Tangis Viona kembali pecah saat ia teringat dengan pesan yang pernah ibu Maria ucapkan dulu kepadanya, ibu Maria pernah berpesan kepadanya untuk selalu bersyukur atas apa yang ia miliki saat ini. Ibu Maria selalu mengajarkan dirinya untuk bersyukur walau dalam keadaan sulit sekalipun.     

"Ingat Anji, kehidupan yang sedang kau jalani saat ini adalah impian orang banyak diluar sana. Lihatlah banyak orang yang kurang beruntung karena terlahir tak sempurna, kita yang terlahir sempurna harus yakin dan tetap optimis untuk menjalani hidup dalam keadaan apapun. Jadi jangan pernah menyesali apa yang kau miliki saat ini Anji,"      

Perkataan ibu Maria itu kembali berputar dalam ingatan Viona, sebuah nasehat bijak dari ibu Maria yang ia sering dengar berkali-kali sejak ia kecil dulu. Viona menangis sejadi-jadinya saat menyadari bahwa ia sudah terlalu sombong dan arogan, ia selalu merasa dirinya lah yang paling menderita di dunia ini. Viona menyesali semuanya itu, menyesali perbuatannya yang sudah melukai dirinya sendiri karena menyimpan dendam dan menganggap dunia tak adil padanya.     

"Baik bu, Anji janji mulai detik ini Anji akan menjadi Anji yang dulu lagi. Anji akan semangat menjalani hidup, Anji sudah pernah melewati pahit dan getirnya berjuang di negara orang delapan tahun lalu kaos sekarang Anji akan berjuang lagi. Anji akan berjuang menjalani hidup yang baru dan melupakan mereka yang sudah membuat Anji bersedih,"ucap Viona pelan pada dirinya sendiri, ia lalu menyeka air mata yang mengalir di wajahnya menggunakan tangan dengan perlahan.     

Sementara itu di apartemen penthouse milik Fernando sedang ramai pasalnya profesor William datang berkunjung, ia datang ke apartemen baru milik Fernando bersama kedua asistennya Justin dan Harry yang memang sebagai ia panggil untuk menemaninya datang ketempat Fernando.     

"Kau benar-benar brengsek Fernando, istanamu saja sudah sangat mewah beraninya kau tinggal di apartemen semewah ini," ucap profesor William jengkel, ia sangat iri melihat apartemen super mewah milik sahabatnya itu.     

"Kalau kau ingin yang seperti ini juga kerja yang rajin dan kumpulkan uangmu Will, jangan kau berikan pada jalang-jalangmu itu ha ha ha," ejek Fernando dengan tawa yang cukup keras, ini adalah kali pertama ia terlihat tertawa dalam sepuluh bulan terakhir.      

Justin dan Harry yang tak pernah dari sisi Fernando sampai takjub saat menyadari Fernando tertawa, mereka berdua langsung diliputi rasa haru sehingga tanpa sadar meneteskan air mata. Profesor William yang tak sengaja melihat ekspresi kedua asisten pribadi Fernando tersenyum, ia tau kalau kedua pemuda itu sedang bahagia.     

"Seumur hidupku kerja sebagai dokter juga aku tak akan mampu membeli apartemen semewah ini brengsek," sengit profesor William membalas ejekan Fernando.     

Fernando kembali tertawa mendengar perkataan profesor William, ia lalu duduk di sofa dimana tas kerja profesor William berada. Ekor matanya langsung menangkap sebuah brosur yang menyempil dari balik tas kerja profesor William.     

"Apa ini Will?" tanya Fernando pelan sambil mengangkat sebuah brosur pemandangan indah ke arah profesor William.     

"Nama tempat itu desa Elora….     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.