You Are Mine, Viona : The Revenge

Kerinduan yang sama



Kerinduan yang sama

0Dalam perjalanan pulang menuju apartemen mahalnya Fernando hanya diam tanpa suara, tangannya menggengam erat daftar karyawan rumah sakit Global Bross yang masih menampilkan foto Viona sebagai dokter bedah utama di rumah sakit Global Bross.     
0

"Lucas berhentilah," ucap Fernando tiba-tiba.     

"Baik tuan," jawab Lucas dengan cepat, ia langsung menepi. Dua mobil yang mengawal Fernando dibelakang pun langsung ikut berhenti.     

 "Turunlah Lucas, aku ingin pergi kesuatu temoat sendiri," ucap Fernando kembali.     

Tanpa bicara Lucas langsung turun dari mobil bersamaan denagn Fernando yang juga keluar dari kursi belakang, ia lalu masuk kembali ke dalam mobil duduk ditempat Lucas dan memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi meninggalkan Lucas bersama para bodyguard. Fernando memacu mobilnya menuju ke sebuah tempat yang bersejarah baginya bersama Viona, setelah berkendara hampir satu jam Fernando akhirnya sampai di sebuah toko roti yang dulunya adalah tempat laundry. Tempat pertama kali ia melihat Viona yang masih remaja delapan tahun lalu, Fernando menatap toko roti itu dalam waktu yang cukup lama. Ia mengingat kembali pertemuannya waktu dengan Viona.     

"Sayang…maafkan keegoisanku, aku bersalah padamu sayang," ucap Fernando pelan, ia kembali teringat dengan foto Viona yang ada di dalam daftar karyawan yang ada atas dasboad mobilnya.     

"Aku sudah membatasi kebebasanmu, aku mengekangmu. Aku melakukan itu karena benar-benar sangat takut kehilanganmu sayang, tapi semakin aku mengekangmu justru kau semakin jauh dariku. Beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya sayang, maafkan aku sayang…kembalilah Vio, aku benar-benar bisa gila kalau lebih lama lagi tanpamu," isak Fernando tanpa suara, ia benar-benar merutuki kebodohannya dimasa lalu.     

Fernando kembali menangisi Viona untuk yang kesekian kalinya, ia menangis dalam kesendirian karena tak mau ada yang tau betapa hancurnya ia saat ini. Fernando tak mau terlihat lemah didepan siapapun, terutama oleh rival bisnisny. Karena jika mereka tau kalau saat ini ia sedang tak baik-baik saja maka mereka bisa menyerangnya secara bersamaan, Fernando tak mau hal itu terjadi. Oleh karena itu ia menyimpan sakitnya sendiri tanpa berniat membaginya dengan siapapun, ia bahkan juga tak memberikan keterangan apapun mengenai gossip yang beredar. Dimana ia disebut sudah berpisah dengan Viona sejak kepergiannya ke Perancis sembilan bulan yang lalu, pasalnya sejak saat itu Viona pun tak pernah muncul lagi dihadapan public. Sehingga orang-orang mengangga mereka sudah berpisah secara diam-diam, Fernando tak mengiyakan atau menyangkal berita itu. Ia hanya menutup mulutnya rapat ketika wartawan bertanya mengenai masalah itu.     

Setelah berhenti cukup lama di depan toko roti Fernando akhirnya kembali memacu mobilnya menuju ke apartement penthouse miliknya karena hari sudah semakin senja, matahai sebentar lagi terbenam. Ia tak mau masih ada dijalan ketika malam tiba, karena baginya malam hari adalah waktunya untuk memeluk semua foto-foto Viona diatas tempat tidur.     

DESA ELORA     

Viona yang baru saja selesai bekerja nampak membersihkan bekas adonan yang menempel ditangan dan wajahnya, sebagai asisten koki pembuat kue ia terlihat cukup sibik. Apalagi hari ini pengunjung yang datang cukup banyak, karena memang setiap memasuki libur sekolah desa Elora akan ramai pengunjung. Desa Elora sudah terkenal dengan berbagai tempat indahnya, baik itu pemandangan alam yang menakjubkan atau bangunan bersejarah peninggalan jaman dulu.     

"Nyonya Christy saya pulang dulu ya," pamit Viona pelan sambil meletakkan apronnya di tempat khusus.     

"Iya Anji silahkan, hati-hati dijalan sayang," jawab nyonya Christy sang pemilik toko kue tempat Viona bekerja dengan ramah.     

"Terima kasih nyonya, sampai jumpa besok," sahut Viona lembut sambil tersenyum.     

Nyonya Christy menganggukan kepalanya perlahan sambil melempar senyum yang sama saat Viona melambaikan tangan kerahnya, ia sangat menyukai kepribadian Viona yang ramah dan cepat sekali belajar. Sejak Viona bekerja di tokonya pelanggannya makin ramai, mereka mengatakan variasi kue di tokonya makin banyak dan rasanya pun enak. Kolaborasi koki kuenya yang bernama Pricil dengan Viona berhasil membuatnya makin bertambah kaya, ia merasa kedatangan Viona di tokonya adalah sebuah berkah dari Tuhan untuknya.     

Viona pulang ke panti asuhan dengan berjalan kaki, ia menikmati udara sore yang sejuk. Senyumnya mengembang saat melihat banyak turis local yang mulai memenuhi desa Elora, mereka biasanya datang secara berkelompok atau hanya berdua saja bersama pasangannya.     

"Aku belum pernah berlibur seperti mereka, Fernando selalu saja sibuk…     

Langkah Viona langsung terhenti saat menyadari bahwa ia baru saja membicarakan Fernando tanpa sadar, jantungnya pun langsung berdegup dengan sangat cepat. Entah apa yang terjadi akhir-akhir ini ia selalu mengingat Fernando, padahal selama sembilan bulan terakhir ia tak terlalu sering mengingatnya.     

"Semakin aku berusaha melupakanmu kenapa semakin kuat pula kau bermain-main di ingatanku Fernando," ucap Viona lirih sambil menyentuh dadanya.     

Viona behenti cukup lama dipinggir jalan sebuah motel, saat akan melangkahkan kakinya lagi mata Viona tiba-tiba menangkap sebuah acara gossip yang sedang membahas Fernando. Jantungnya hampir saja keluar dari rongga dadanya saat melihat sosok Fernando di televisi, ia pun langsung membatu melihat ke arah televisi. Kedua mata Viona tiba-tiba terasa panas dan tanpa bisa bendung buliran air hangat mulai mengalir dari kedua matanya membasahi pipinya, melihat Fernando kembali untuk pertama kali setelah sepuluh bulan benar-benar membuatnya tak bisa menahan diri. Kedua kaki jenjangnya akhirnya tak bisa menahan beban tubuhnya, Viona terduduk didepan motel sambil menangis.     

"Kenapa kau kurus sekali Fernando," ucap Viona lirih tanpa sadar.     

"Apa kau tak pernah makan Fernando…kenapa kau hiksss…..     

Tangis Viona akhirnya pecah, ia tak tau penyebab pastinya kenapa ia menangis kali ini. Selama ini menganggap bahwa ia akan baik-baik saja ketika suatu saat bertemu atau berpapasan dengan pria yang ia anggap sudah menjadi mantan suaminya itu, namun nyatanya ia justru merasa sakit tanpa ia tau kenapa. Melihat raut mata Fernando membuatnya merasa sedih.     

"Kau harusnya hidup bahagia dengan jalang-jalangmu itu brengsek!!! Kenapa kau harus seperti ituuuu…kau harusnya bahagia Fernando hikss…aku membencimu Fernando aku sangat membencimuuu…." jerit Viona dengan suara keras, beruntung saat ia sedang menjerit hujan turun dengan deras membasahi bumi secara tiba-tiba. Sehingga tak ada satupun yang menyadari kalau ia sedang berteriak dan menyebut nama Fernando.     

Setelah cukup lama duduk didepan motel dalam keadaan basah kuyup Viona akhirnya bangun, ia berjalan pelan menuju panti asuhan yang sudah tak jauh lagi. Air matanya yang belum mau berhenti mengalir itu tersamarkan dengan air hujan, entah apa yang membuatnya merasa sangat sedih kali ini. Benteng pertahanan dirinya hancur saat melihat Fernando di televisi, ia memang terlihat baik-baik saja dimata orang-orang. Akan tetapi Viona tau bahawa Fernando sedang tak baik-baik saja, sebagai istri ia tau betul ekspresi wajah Fernando. Ia hampir hafal semua gesture tubuh Fernando diluar kepala.     

Viona menyeka wajahnya dengan perlahan, ia tak mau ada yang tau kalau ia baru saja menangis. Setelah menarik nafas panjang Viona lalu melangkah masuk kehalaman panti, Adam yang sedang berdiri diteras nampak sangat kaget saat melihat Viona sudah basah kuyup. Dengan cepat ia meraih paying yang ada disampingnya , ia lalu berlari menuju Viona yang masih berjalan dengan perlahan menuju rumah.     

"Kenapa hujan-hujanan Anji, kau bisa meminjam payung ibu Christy…     

"Biakan aku memelukmu sebentar kak," ucap Viona lirih sambil memeluk Adam secara tiba-tiba sehingga membuat Adam tak dapat menyelesaikan perkataanya.     

"Kau kenapa Anji?" tanya Adam pelan.     

"Aku tak apa-apa kak, aku hanya mau bersandar sebentar saja…aku hanya lelah sangat lelah kak…     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.