You Are Mine, Viona : The Revenge

Aroma mawar



Aroma mawar

Profesor Frank pulang ke rumahnya saat waktu sudah menunjukkan pukul dua malam, ketika ia masuk ke kamar sang istri sudah tertidur pulas sambil memeluk boneka. Karena tak mau menggangu waktu tidur sang istri profesor Frank langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sebelum tidur. Setelah mengetahui dalang dibalik peristiwa berdarah yang menimpa Viona adalah dokter Ammy ia menjadi tak tenang, selama ini padahal ia sudah mencoba untuk mengabaikan mantan budak seksnya itu. Padahal selama ini ia banyak  bertingkah dan cari masalah di rumah sakit termasuk pada sang istri dokter Louisa, ia menutup mata dari semua tingkahnya itu. Namun saat tau ia adalah otak dari terbunuhnya anak dari wanita yang ia cintai darahnya langsung mendidih.     

Di bawah guyuran air hangat profesor Frank berdiri tanpa suara, pikirannya melayang-layang memikirkan cara untuk memberikan pelajaran pada dokter Ammy. Selama dirumah sakit tadi ia belum memutuskan hukuman apa yang tepat untuknya, ia masih menimbang-nimbang hukuman yang paling pantas untuk wanita tak berhati itu.     

"Kau wanita gila Ammy, bayi tak berdosa sampai tega kau bunuh. Kalau kau ada masalah dengan orangtuanya seharusnya kau mealwan mereka bukan bayi yang tak berdosa itu, bahkan dia masih memerlukan ibunya untuk hidup," ucap profesor Frank penuh emosi saat mengingat kejadian Viona yang mengalami keguguran.     

Awalnya ia merasa bingung saat mengetahui Fernando pergi begitu saja dari pesta resepsinya malam itu, ia sudah bertanya pada semua orang namun tak ada satupun yang memberitahukan alasan Fernando pulang. Karena tak merasa curiga ia tetap meneruskan pestanya itu sampai usai, ia bahkan sampai melanjutkan acaranya dengan pergi berlayar untuk honeymoon bersama sang istri dokter Louisa selama satu minggu di kapal pesiarnya. Sampai akhirnya ia tau kalau Viona mengalami keguguran setelah ia pulang bulan madu, seolah belum puas dengan keterkejutannya profesor Frank kembali mendapatkan kabar buruk bahwasanya Viona diceraikan Fernando di malam setelah ia mengalami keguguran.     

"Harusnya kau menikah denganku Vio, aku tak mungkin melakukan hal itu padamu. Aku sangat mencintaimu Vio," batin profesor Frank lirih, ia sampai saat ini masih menyimpan perasaan yang sama untuk satu-satunya wanita yang menolak memberikan nomor ponsel padanya.     

"Kau tenanglah Vio wanita iblis itu akan mendapatkan balasan yang setimpal dariku, kau akan tau nanti siapa yang benar-benar mencintaimu. Aku atau si brengsek Fernando itu," ucap profesor Frank kembali sambil mematikan keran air yang ada dihadapannya karena ia sudah mandi hampir tiga puluh menit.     

Dengan perlahan profesor Frank keluar dari kamar mandi, saat akan mengambil pakaian tidurnya ekor matanya menatap sebuah benda yang sedang dipeluk oleh sang istri dalam tidurnya. Karena penasaran profesor Frank mendekati ranjang untuk melihat benda apa yang sedang dipeluk oleh sang istri, nafasnya tersentak saat melihat benda yang dipeluk oleh dokter Louisa sampai ia tertidur. Ternyata dokter Louisa sedang memeluk foto pernikahan mereka sepuluh bulan yang lalu.     

"Maafkan aku Lou, aku kira aku sudah bisa mencintaimu tapi aku salah. Aku tak bisa melupakan Viona, di dalam hatiku masih ada Viona. Posisinya sama sekali tak bisa kau gantikan Lou, setelah aku menemukan Viona dan menikahinya aku harap kau juga akan menemukan pria lain yang mau membahagiakanmu Lou," ucap profesor Frank dalam hati, niatnya untuk menikahi Viona sudah bulat.     

Saat mengetahui Viona sudah diceraikan oleh Fernando ia langsung berniat untuk menemukan dan menikahi Viona dengan atau tanpa restu Fernando, ia tak perduli Viona adalah mantan istri Fernando. Baginya bisa menikahi Viona adalah mimpinya yang paling besar, tak ada hal lain lagi yang ia inginkan saat ini selain bisa menjadikan Viona istri.     

"Sedikit lagi…sedikit lagi kau akan jadi milikku Vio, akan kubawa pembunuh anakmu kehadapanmu setelah aku puas menghukumnya. Aku yakin Fernando si brengsek itu pun tak tau kalau pembunuh anaknya ada disekitarnya, " batin profesor Frank, niatnya untuk membalas dendam pada dokter Ammy sudah bulat.     

Karena hari sudah malam profesor Frank akhirnya meraih piyama tidurnya dan memilih tidur di sofa bed yang ada dikamarnya, tempat yang selalu ia tiduri selama dua bulan terakhir ini. Tak lama kemudian profesor Frank pun akhirnya tertidur pulas, sebuah senyuman tersungging diwajahnya ketika ia tidur.     

Fernando yang masih shock dengan perkataan Viona masih terlihat bingung, ia tak merespon perkataan siapapun termasuk para asisten terbaiknya. Hanya sebuah anggukan kecil saja yang menunjukkan kalau ia masih bisa diajak berkomunikasi, Justin dan Harry memilih membawa sang tuan pulang ke panti asuhan kasih atas ajakan ibu Agnes yang memintanya untuk menginap di panti asuhan.     

"Sebaiknya tuan Fernando tidur saja dikamar Anji, kamar Anji lebih tenang karena jauh dari kamar anak-anak yang lain. Jadi tuan bisa istirahat dengan maksimal," ucap ibu Agnes pelan saat mobil yang disewa Justin sampai di depan panti asuhan.     

"Apakah tidak apa-apa nyonya?" tanya Justin pelan.     

"Taka apa-apa tuan, lagipula Anji malam ini tak pulang. Dia menjaga ibu Debora jadi kamarnya kosong, tuan Fernando sepertinya hanya bisa tidur dikamar itu lagipula semua barang-barang dipanti kami baru semua jadi tuan Fernando bisa tidur dengan nyaman malam ini tuan," jawab ibu Agnes lembut.     

"Baiklah kalau begitu, yang penting tuan kami bisa tidur saja di kamar nyonya. Kami berdua bisa tidur di sofa," ucap Harry pelan.     

"Kalian benar-benar anak muda yang sangat bertanggung jawab, ya sudah ayo masuk. Bawa tuan Fernando masuk, sepertinya tuan Fernando sangat lelah kasian," bisik ibu Agnes pelan sambil melirik ke arah Fernando yang sudah memejamkan kedua matanya.     

Justin dan Harry hanya bisa tersenyum mendengar pujian ibu Agnes, mereka berdua lalu membimbing Fernando keluar dari mobil dan membawanya masuk ke dalam panti. Sesuai arah ibu Agnes sebelumnya Justin dan Harry membawa sang tuan ke lantai dua menuju kamar Viona sang nyonya, saat masuk ke kamar itu senyum keduanya tersungging saat mencium aroma mawar yang berasal dari air diffuser yang ada diatas nakas. Meraka tau kalau dari dulu sang nyonya sangat menyukai mawar jadi mereka tak heran kalau dikamar sang nyonya sekarang beraroma mawar.     

Dengan perlahan Harry membantu Justin untuk menurunkan Fernando dari gendongan Justin dan membaringkan tubuh sang tuan diatas ranjang berseprai pink bunga-bunga milik sang nyonya, karena tau Fernando tak bisa tidur menggunakan kemeja dan celana panjang kedua asisten itu membuka pakaian sang tuan dan menggantinya dengan pakaian tidur milik dokter Adam yang berikan ibu Agnes sebelumnya.     

"Ya sudah ayo tinggalkan tuan, aku juga sudah lelah," ajak Justin pelan pada Harry ketika suah selesai mengganti pakaian Fernando.     

"Me too, mengurus sepasang suami istri yang sedang perang dingin ini benar-benar membuatku hampir gila," ucap Harry dengan cepat sambil memijat tengkuknya perlahan.     

Justin hanya terkekeh mendengar pekataan rekan kerja yang sudah seperti saudaranya itu, mereka lalu meninggalkan Fernando dikamar Viona lalu menuju ke lantai satu dimana di sofa sudah tersedia dua bantal dan dua selimut untuk mereka.  Setelah  berterima kasih pada ibu Agnes kedua lalu berganti pakaian dengan baju dokter Adam lainnya yang jarang dipakai karena sudah kekecilan, karena tubuh Justin dan Harry lebih kecil dari dokter Adam alhasil pakaian yang diberikan ibu Agnes pas di tubuh mereka.  Keduanya lalu tidur di sofa di ruang tamu itu setelah jarum menunjukkan pukul dua pagi.     

Fernando yang sangat hafal denagn bau tubuh Viona merasa nyaman ada diatas ranjang sang istri, ia memeluk bantal yang dipakai Viona dengan erat sambil menciuminya berkali-kali seolah sedang mencium sang istri.     

"Maafkan aku sayang, aku bersalah padamu…maafkan aku Vionaa," ucap Fernando lirih mengigau.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.