You Are Mine, Viona : The Revenge

Satu darah



Satu darah

0Perkataan Viona benar-benar membuat Fernando tak berkutik, lidahnya kelu tak bisa membalas perkataan Viona yang ada dihadapannya.      
0

"Bagaimana Fernando, apa kau sakit hati aku bicara seperti itu? coba kembalikan pada dirimu dan pikirkan lagi apa yang sudah kau lakukan padaku selama kita menikah dulu," ucap Viona kembali sambil memundurkan kakinya kebelakang.     

"Saat aku kesakitan karena pendarahan kau dengan tega menyuruhku untuk mati, belum puas sampai disitu kau juga memberikan aku surat cerai," imbuh Viona pelan dengan suara bergetar menahan tangis.     

"Lalu sekarang tanpa rasa bersalah kau datang padaku, melarangku dekat dengan orang yang sudah menolongku disaat aku hampir mati. Kau pikir kau siapa Fernando!!! aku punya hak atas hidupku, aku punya hak bebas untuk dekat dengan siapa saja...toh kita sudah bercerai bukan, kau sudah menceraikan aku disaat aku hampir mati Fernando!!" pekik Viona sekuat tenaga dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya, ingatannya tentang kejadian malam itu kembali berputar dalam memorinya.      

Viona laku berbalik lalu berlari menjauhi Fernando, ia lalu masuk ke dalam kamar perawatan ibu Debora sambil menangis. Sementara itu Fernando seperti dipaku, ia tak bergerak ataupun bicara. Indra pengecapnya langsung kaku mendengar semua perkataan Viona hanya kedua matanya saja yang berubah merah dan berair.     

Brukk     

Kedua kaki Fernando seperti kehilangan fungsinya tak mampu menahan beban berat tubuh Fernando lagi, sehingga membuat Fernando terduduk di lantai dingin rumah sakit. Pandangannya langsung kabur karena kedua matanya sudah basah dengan air mata, Fernando menangis tanpa suara. Perkataan Viona seperti sebuah pisau yang menusuk organ dalamnya, rasa sakit yang amat sangat ia rasakan benar-benar membuatnya tak bisa berkata-kata.     

Sementara itu di dalam kamar perawatan ibu Debora terlihat Viona masih duduk di lantai didepan pintu, begitu masuk ruangan sang ibu Viona langsung ambruk di depan pintu. Viona menangis tanpa suara, hanya air mata saja yang sudah membasahi wajahnya yang tak mau berhenti mengalir.      

"Kenapa aku sesakit ini mengatakan semua itu padanya, seharusnya aku lega karena sudah mengeluarkan isi hatiku padanya. Tapi kenapa aku justru seperti ini Tuhan...kenapa aku justru merasakan sakit seperti ini Tuhan… hikss hikss….     

Viona menangis sambil memegangi dadanya yang terasa sesak, cincin pernikahan yang masih melingkar di jari manisnya sudah basah terkena air matanya. Warna merah darah Fernando yang terdapat di dalam cincin menjadi berkilauan saat terkena air matanya, tanpa Viona sadari ibu Debora rupanya sudah sadar sejak tadi. Ia bisa mendengar semua perkataan Viona, namun ia memilih untuk diam dan tak bicara.     

"Kau mencintainya anakku, karena cintamu itu kau merasakan sakit. Kau sakit seperti itu karena melukainya anakku…semoga kalian berdua berhenti saling menyiksa diri kalian sendiri anakku, kak Maria bantulah anak-anak kita ini bersatu lagi. Waktuku sudah tak banyak kak," ucap ibu Debora dalam hati dibarengi dengan air mata yang sudah mengalir dari kedua sudut matanya yang masih tertutup.     

RUMAH SAKIT GLOBAL BROSS     

Profesor Frank yang tadi dipukul oleh Fernando terlihat sedang mengobati bibirnya dengan obat khusus, ia memilih tetap ada di rumah sakit dan menolak ajakan sang istri untuk pulang bersama. Ia bahkan menolak bertemu dengan dokter Louisa sang istri.      

"Fernando keparat, lihat saja kau akan kubuat menangis darah saat aku berhasil mendapatkan Viona," ucap profesor Frank dalam hati mengumpat sang kakak.     

Drrtttt     

Ponsel pintar yang ada diatas meja kerjanya bergetar sehingga memaksa profesor Frank untuk meraihnya, dengan malas ia mengangkat panggilan telepon tanpa nama itu.     

"Yes..     

"Tuan ini aku Bastian," ucap Bastian tangan kanan baru profesor Frank.     

"Ya Bastian ada apa?" tanya Profesor Frank pelan sambil meletakkan ponselnya diatas meja setelah mengaktifkan loud speaker.     

"Aku berhasil menemukan orang yang membuat dokter Viona keguguran," jawab Bastian dengan cepat.     

Prank      

Botol obat yang dipakai oleh profesor Frank untuk mengobati bibirnya terjatuh ke meja kaca sehingga membuat suara yang sangat keras. Profesor Frank dengan cepat meraih ponselnya dan langsung meletakkan di telinganya setelah ia matikan loudspeaker nya.     

"Katakan lebih detail," pinta Profesor Frank dingin.     

Bastian adalah mata-mata terbaiknya yang ia tugaskan untuk menyelidiki kasus keguguran Viona, ia merasa janggal dengan apa yang menimpa Viona. Oleh karena itu Profesor Frank memanggil Bastian yang merupakan mantan anggota FBI yang dipecat karena membunuh istrinya sendiri akibat selingkuh, setelah dipecat dari FBI hidup Bastian kacau. Ia menjual kemampuannya pada orang-orang hebat, dengan kemampuan yang ia miliki mudah baginya mendapatkan bos baru dan berlimpah harta.      

Profesor Frank bertemu Bastian secara tak sengaja, Bastian waktu itu mencoba mendekati mendiang Jessica budak sex Profesor Frank yang sudah meninggal. Sejak itu ia menjadi tertarik pada Bastian dan berniat menjadikannya anak buah, karena hanya Bastian satu-satunya orang yang berani menggoda wanita miliknya dulu.     

"Dari mana kau tau kalau dia pelakunya?" tanya profesor Frank penuh emosi.     

"Aku menemukan bukti pembayaran atas namanya di sebuah situs perdagangan obat-obatan terlarang, pada awalnya aku hanya menemukan obat perangsang paling hebat saja yang ada di histori pembelajaannya. Namun setelah aku lihat lagi ternyata ia memesan dua macam obat penggugur kandungan, karena penasaran aku mengeceknya dan obat yang ia pesan sama persis dengan obat yang ada dalam kandungan darah dokter Viona saat ia keguguran. Ia membeli obat itu satu bulan sebelum kejadian, yang artinya ia sudah merencanakan itu jauh-jauh hari," jawab Bastian dengan perlahan.     

"Wanita iblis…     

"Bukan hanya itu tuan, ada satu hal lagi yang harus anda tau," ucap Bastian memotong perkataan Profesor Frank.     

"Apa lagi?" tanya Professor Frank dengan cepat.     

"Obat perangsang itu pernah ia pakai sekali untuk menjebak tuan Fernando beberapa hari yang lalu saat penghargaan pada dokter berprestasi tuan, dia sudah mencampur minuman tuan Fernando dengan obat perangsang dosis tinggi itu. Namun sayangnya tuan Fernando tak datang hari itu, alhasil ia tak berhasil dengan rencananya," jawab Bastian melaporkan hasil pengintaiannya pada dokter Ammy selama satu bulan terakhir ini.     

"Rupanya nasib baik masih melindungi si brengsek Fernando, kalau dia meninggalkan Viona untuk wanita lain aku rela tapi kali ia harus jatuh ke pelukan wanita iblis itu aku juga tidak rela," sahut profesor Frank lirih.     

Bastian diujung telepon terdiam mendengar perkataan sang tuan, ia tau kalau tuannya itu sangat membenci sang kakak. Namun setelah mendengar perkataannya yang baru saja ia yakin kalau sebenarnya tuannya itu sangat menyayangi kakaknya, namun karena mencintai wanita yang sama alhasil mereka jadi bermusuhan sampai saat ini.     

"Lalu apa rencana anda selanjutnya apa tuan?" tanya Bastian lirih.     

"Biar aku yang mengurus wanita iblis itu, Ammy adalah budak seksku setahun lalu maka akan kubuat dia menyesal karena berani membunuh keturunan Willan...dia belum tau berhadapan dengan siapa saat ini," jawab Profesor Frank sambil tersenyum, ia tiba-tiba terpikirkan sebuah rencana pembalasan yang pantas untuk dokter Ammy.     

"Baik tuan, saya akan melanjutkan perjalanan saya yang lainnya. Kalau begitu saya permisi, selamat malam," ucap Bastian berpamitan menutup teleponnya.     

Profesor Frank tersenyum saat meletakkan ponselnya kembali di atas meja, kedua matanya menatap tajam ke arah pintu yang ada di hadapannya.     

"Let's start this game Ammy…     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.