You Are Mine, Viona : The Revenge

Naluri kakak



Naluri kakak

0Mendengar perintah sang Tuan membuat Lucas mempercepat laju mobilnya menuju ke apartemen Franklin yang berada di sebuah kompleks apartemen mewah yang tak jauh dari rumah sakit Global Bros, Viona pun langsung tersenyum lebar ketika sang suami memerintahkan driver mereka menuju ke apartemen sang adik ipar.     
0

"Kau senang?" tanya Fernando pelan.     

"Yes," jawab Viona tanpa ragu.     

"Tapi ingat ada harga yang harus kau bayar atas kebaikan hati ku kali ini," bisik Fernando lirih di telinga Viona.     

Blush     

Wajah Viona memerah mendengar perkataan sang suami, ia hanya bisa diam mendengar perkataan suaminya itu karena sudah mengerti dan tau kemana arah pembicaraan sang suami akan tertuju.      

Fernando hanya tersenyum melihat perubahan wajah sang istri, ia kemudian kembali meraih tabletnya dan membaca baca beberapa berkas penting yang harus ia proses hari ini. Fernando sudah mengerahkan Justin dan Harry untuk mengurus Andy Kwan beserta Natasya istri barunya dan Nessie adik sepupu Natasya, ia yakin kedua asisten terbaiknya itu bisa menyelesaikan masalah Andy Kwan bersama dua orang wanita gila itu untuk sementara waktu. Selama mereka tidak menyentuh makam Zevanya kembali Fernando tak akan mengganggu mereka, karena bagi Fernando Natasya sudah diluar jangkauannya.     

Setelah berkendara selama hampir 20 menit mobil yang membawa Fernando dan Viona Akhirnya sampai di komplek apartemen yang mereka tuju, ketika memasuki gerbang utama security yang berjaga nampak memberikan hormat kepada Fernando karena ia sudah mengenali dan hafal sosok Fernando. Viona merasa jika pergi ke mana saja bila bersama Fernando terasa sangat nyaman dan aman tanpa kendala apapun, berbeda sekali ketika ia bepergian seorang diri yang harus mendapatkan pemeriksaan beberapa kali.      

"Kau tunggu di sini saja Lucas, kami tak akan lama," pesan Fernando pelan kepada Lucas saat ia dan Viona baru saja turun dari mobil.      

"Baik Tuan saya mengerti," jawab Lucas dengan cepat sambil menundukkan kepalanya.      

Setelah berkata seperti itu pada sang driver Fernando kemudian menggandeng Viona berjalan menuju lift yang ada di lobby, seperti yang terjadi di gerbang utama sebelumnya dua orang security yang berjaga di lobby pun langsung memberikan hormat kepada Fernando dan Viona yang baru saja berhenti di depan lift. Dengan sigap salah seorang security membantu memencetkan tombol agar Fernando dan Viona bisa masuk ke dalam lift, ia pun kembali menganggukan kepalanya pada Fernando ketika sang penguasa kota itu masuk ke dalam lift bersama istrinya.      

Viona yang belum terbiasa mendapatkan penghormatan seperti itu kepada dari orang lain hanya bisa tersenyum datar tanpa bicara, ia benar-benar tak bisa berkata apapun saat ada orang yang menghormatinya.     

"Biasakanlah menerima penghormatan dari orang-orang seperti itu nyonya Willan, nanti saat aku sudah duduk di kursi parlemen maka kau akan terbiasa," ucap Fernando pelan sambil tersenyum.     

"Kursi parlemen what?!" pekik Viona dengan kaget sambil menatap Fernando tanpa berkedip.      

"Ha ha ha...just kidding," jawab Fernando sambil tertawa lebar.     

"Aku serius, apa kau ingin masuk ke dunia politik lagi ?"tanya Viona dengan suara meninggi.     

"Bukankah sudah aku jelaskan tahun lalu, jika aku mau terjun ke dunia politik sudah aku lakukan hal itu sejak lama. Lagi pula pada pemilihan tahun lalu saja aku sudah menang di atas kertas namun aku memilih untuk meninggalkan semua itu bukan, dan kau juga tau alasannya kenapa bukan? kalau kau tak tak tau maka akan kuberitahu, aku meninggalkan kesempatan emas itu karena aku mencintaimu. Aku tak ingin membuatmu merasa sedih dan kesepian kalau aku terlalu sibuk mengurusi negara ini,"jawab Fernando pelan sambil mendorong Viona ke dinding lift.      

"Babe...ada CCTV," ucap Viona pelan sambil menahan tangan Fernando yang ingin masuk ke dalam kini dress yang sedang ia pakai.     

"CCTV fuck!!" desis Fernando kesal sambil mengernyitkan niatnya untuk bersenang-senang.      

Viona hanya tersenyum simpul melihat sang suami marah, ia tak mau banyak bicara lagi karena tak mau semakin membuat suaminya tak terkontrol. Fernando adalah tipikal pria yang tak suka keinginannya dilarang, oleh karena itu Viona memilih diam dan tak banyak bicara demi keamanannya sendiri saat ini. Ia tak mau memancing Fernando berbuat nakal lagi kepadanya seperti yang terjadi di museum Louvre yang ada di Paris saat mereka sedang menonton lukisan Monalisa.      

Lift pun akhirnya berhenti, dengan cepat Viona keluar sambil menarik tangan Fernando untuk segera menuju ke unit apartemen Franklin yang berada di lorong paling ujung. Saat berjalan menuju unit apartemen sang adik ipar Viona nampak sedikit gelisah, tangannya pun mulai dingin karena ia merasa gugup.     

"Tenanglah kau datang bersamaku," ucap Fernando pelan sambil menggenggam tangan sang istri yang sudah terasa dingin.     

"Huum, oh ya apa kau yakin kalau dia ada di rumah saat ini?"tanya Viona lirih sambil mencengkram tangan Fernando menggunakan tangan kirinya, seraya menempelkan tubuhnya di lengan kekar sang suami.      

"Tentu saja memangnya mau dimana lagi," jawab Fernando dengan cepat.      

"Benarkah, tau dari mana?" tanya Viona kembali tak percaya dengan perkataan sang suami yang terkesan seperti berguna itu.      

"Kau harus ingat satu hal babe, suamimu adalah Fernando Grey Willan. Tak ada yang Fernando tak ketahui di kota ini, jadi jangan ragukan aku. Atau kalau kau memang tidak percaya dengan perkataanku kita bertaruh saja bagaimana," jawab Fernando dengan cepat sambil tersenyum tipis menggoda sang istri seraya menghentikan langkah kakinya mengajak Viona bertaruh.     

"Bertaruh bagaimana?" tanya Viona bingung.     

"Kalau memang Franklin tidak ada di apartemennya saat ini maka kau boleh meminta apapun padaku atau memintaku untuk melakukan apapun, namun jika Franklin ada di apartemennya saat ini maka kau harus siap melayaniku selama tujuh hari tujuh malam di atas tempat tidur seperti yang kita lakukan dulu saat bulan madu di kapal pesiarku," jawab Fernando tanpa rasa bersalah.     

"No!!!! itu sangat tidak seimbang dan aku tidak mau masuk ke dalam jebakananmu," pekik Viona dengan keras sambil meneruskan langkahnya menuju unit apartemen Franklin yang sudah ada didepan mata.     

Fernando tertawa terbahak-bahak melihat tingkah sang istri, ia kemudian menyusul langkah sang istri yang sudah sampai terlebih dahulu dan sedang menunggu dirinya di depan pintu kamar apartemen Franklin yang masih tertutup.     

"Bagaimana kita bisa masuk kalau pintunya masih tertutup seperti ini," ucap Viona bingung.      

"You have me ma'am, so don't worry," sahut Fernando dengan cepat sambil memasukkan kombinasi angka yang ada di gagang pintu apartemen Franklin dengan cepat.      

Tak begitu lama kemudian pintu akhirnya terbuka pada percobaan pertama yang dilakukan oleh Fernando, melihat sang suami bisa membuka apartemen sang adik ipar membuat Viona kaget dia tak menyangka kalau suaminya itu ternyata mengetahui password apartemen Franklin.     

"Tanggal lahirnya dibalik dari belakang ke depan," ucap Fernando tanpa rasa bersalah.     

"Dari mana kau tau?" tanya Viona bingung.     

"Aku kakak kandungnya, aku tau semua tentang dirinya dan kebiasaannya. Frank adalah orang yang sangat narsis dan selalu menganggap dirinya sebagai lelaki yang paling tampan di dunia, jadi tak heran kalau ia selalu menggunakan paspor yang berhubungan dengan dirinya termasuk tanggal lahirnya ini," jawab Fernando enteng.     

Viona hanya menggelengkan kepalanya mendengar perkataan sang suami, ia benar-benar semakin takjub kepada dua Willan bersaudara yang sama-sama aneh itu. Karena Fernando sudah masuk terlebih dahulu ke dalam apartemen Franklin yang sudah berhasil dibuka, Viona akhirnya mengikuti langkah sang suami masuk kedalam. Namun saat baru dua langkah, ia langsung menutup hidungnya karena mencium aroma alkohol yang sangat kuat.     

"Kenapa kekuat ini aromanya, berapa botol yang sudah ia minum," ucap Viona pelan sambil terus menutup hidungnya.     

"Aku rasa si brengsek ini sudah menghabiskan seluruh stok minuman kerasnya," sahut Fernando dengan cepat sambil melihat beberapa botol minuman keras yang berserakan di lantai.       

"Lalu dimana dia, kenapa kita tak melihatnya disini babe?" tanya Viona lirih sambil mencoba memindai seluruh ruangan apartemen Franklin yang sudah beraroma alkohol.     

Tanpa menjawab pertanyaan sang istri Fernando melangkahkan kakinya ke arah sebuah ruangan yang pintunya tidak tertutup secara sempurna, langkah kakinya langsung terhenti saat ia sudah membuka lebar-lebar pintu ruangan itu. Karena Viona penasaran akhirnya ia menyusul sang suami namun saat sudah berada di belakang Fernando ia langsung menutup mulutnya, di hadapan mereka terlihat Franklin sedang berada di pojok ruangan sambil memeluk sebuah figura foto di tangan kirinya dan menggenggam sebotol whisky di tangan kanan yang isinya masih ada setengah.      

"Franklin Justin Willan brengsek!!!" teriak Fernando tiba-tiba mengagetkan Viona.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.