You Are Mine, Viona : The Revenge

Lose the same



Lose the same

0Prank     
0

Gelas yang berisi ocha ditangan Louisa tiba-tiba jatuh ke lantai dan langsung pecah seketika sehingga membuat Anastasia dan Aurelie terkejut.      

"Arghhh perutku."     

"Dokter anda kenapa?"tanya Aurelie khawatir sambil mendekati Louisa yang menunduk dan memegangi perutnya.      

"Iya anda kenapa dok arrgggghhh."     

Anastasia tak dapat menyelesaikan perkataannya saat tiba-tiba ia juga merasakan sakit perut yang dahsyat, Aurelie yang bingung melihat kondisi kedua temannya lalu meraih ponselnya dan menghubungi profesor William sang suami. Namun saat baru menekan angka satu yang merupakan panggilan cepat sang suami tiba-tiba ponselnya pun terjatuh ketika ia juga merasakan sakit perut yang begitu menyakitkan.     

"Hallo sayang, ada apa?"      

Terdengar suara profesor William dari ponsel Aurelie yang tergeletak di lantai, namun karena Aurelie juga kesakitan akhirnya tak ada yang menjawab sapaan dari profesor William.     

"Hallo... sayang kau dimana? Kenapa aku tak bisa mendengar suaramu dengan jelas?" Profesor William kembali bertanya pada ada Aurelie namun tak kunjung mendapat jawaban karena Aurelie meringkuk sambil memegangi perutnya di sofa, karena Louisa berada paling dekat dengan ponsel Aurelie yang tergeletak di lantai ia masih bisa mendengar samar-samar suara profesor William.     

"Prof... William...tolong aarrgghh, sakit tolong William!!!!" Louisa menjerit keras menggunakan sisa tenaga terakhirnya untuk meminta bantuan profesor William.     

"Darahhhhh arrggghhh bayikuuuuu"     

Suara jerit Anastasia yang keras membuat suasana di ruang kerja Louisa semakin mencekam, mendengar Anastasia menyebut darah membuat Louisa sontak melihat ke arah pahanya dan wajahnya langsung memucat seketika saat melihat ada cairan berwarna merah segar mengalir di kedua paha bagian dalamnya.     

"Nooo...anakku boo huhuhuhuhu...tolong, hikss siapapun tolong kami." Louisa menjerit histeris saat menyadari bahwa ia sudah mengalami perdarahan.     

Sementara Aurelie yang masih meringkuk di sofa hanya bisa mengerang kesakitan sambil sesekali memanggil profesor William suaminya, ketiga wanita yang sepuluh menit yang lalu menikmati sushi dengan penuh canda itu kini semuanya menangis mengerang kesakitan sambil memegangi perut masing-masing dengan darah yang semakin banyak mengalir di paha masing-masing.     

"Frank tolong anakku huhuhu." Louisa merintih dengan suara parau karena sakit di perut yang luar biasa.     

"Dexter...anakku Dexter…"     

"Will William…"     

Karena pintu ruangan praktek Louisa tertutup tak ada satupun orang di luar yang bisa mendengar rintih tangis kesakitan dari ketiga wanita malang yang ada didalam ruangan itu, apalagi saat ini suara mereka semakin lirih sehingga diluar benar-benar tak terdengar apapun. Padahal banyak orang yang berlalu lalang di depan ruangan praktek yang tercantum nama dokter Louisa Willan, suster Chloe yang biasa menemani sang dokter pun saat ini sedang ada di ruang laboratorium atas perintah Louisa.     

Sementara itu di ruang pribadinya Profesor William nampak bingung ketika mendengar suara teriakan Louisa berkali-kali, ia masih belum mengerti kenapa bisa mendengar suara Louisa padahal yang yang menghubunginya saat ini adalah nomor sang istri.     

"Konsentrasi Will, kita sedang meeting serius," ucap profesor Frank ketus.     

"Aku tau Frank, aku hanya sedang bingung saat ini,"jawab profesor William singkat.     

"Bingung? Bingung kenapa lagi? Bukankah baru saja aku selesai menjelaskan semuanya, kenapa mau masih bingung?"tanya profesor Frank dingin dengan suara meninggi.     

"Aku bukan bingung dengan penjelasanmu Frank, aku sedang bingung kenapa aku bisa mendengar suara istrimu di ponsel istriku," jawab profesor William pelan.     

"Maksudmu apa Will?"tanya profesor Dexter ikut kesal.     

"Jadi tadi baru saja aku menerima panggilan masuk dari nomor Aurelie istriku, namun saat aku terima tiba-tiba aku mendengar suara dokter Louisa dengan samar. Dan saat aku mulai berbicara lagi aku justru mendengar jerit kesakitan dari dokter Louisa," jawab profesor William dengan penuh keyakinan.      

Deg     

Profesor Frank yang sedang berdiri di dekat proyektor karena sedang memandu meeting langsung menjatuhkan laser pointer yang ia pakai untuk memandu jalannya meeting.      

"A-apa maksudmu Will!!"hardik profesor Frank dengan suara meninggi.     

"Aku juga tak tau Frank, maka dari itu aku bingung. Aku masih berusaha mencerna apa yang sedang aku dengar tadi," jawab profesor William pelan.     

"Dimana istrimu saat ini?"tanya profesor Frank kembali.     

"Tadi dia mengatakan ingin makan bersama Anastasia di ruang…"     

Deg      

Profesor William tak dapat menyelesaikan perkataannya ketika otak cerdasnya mulai membaca sesuatu yang aneh.      

"Will!!!"     

"Istrimu dokter Louisa, sepertinya dia dalam bahaya Frank," ucap profesor William dengan keras.     

Tanpa bicara profesor Frank lalu berlari keluar meninggalkan ruang kerja profesor William diikuti profesor Dexer dan profesor William sendiri, mereka bertiga berlari menuju arah yang sama yaitu ruang praktek dokter Louisa. Para staf medis lainnya nampak kebingungan saat melihat tiga pimpinan rumah sakit berlarian di lorong, karena tak mau mencari masalah mereka akhirnya menyingkir dari lorong utama dan memberikan jalan pada ketiga pria tampan itu berlarian.     

Mendengar Louisa dalam bahaya membuat Profesor Frank merasa sangat khawatir, ia benar-benar tak bisa tenang sebelum melihat sendiri bagaimana keadaan sang istri yang saat ini belum diketahui bagaimana keadaannya. Begitu pula dengan profesor William dan profesor Dexter, mereka berdua pun terlihat sama khawatirnya dengan profesor Frank.     

Brakkkk     

Pintu ruang praktek dokter Louisa terbuka paksa dengan keras dari luar oleh profesor Frank yang sudah tak tenang, begitu ia masuk kedalam ruangan itu bau amis darah langsung menyeruak ke indra penciumannya yang sudah familiar dengan baru darah.      

"Louisa!!!!" jerit profesor Frank dengan keras saat melihat sang istri berbaring di lantai dekat sofa dengan darah yang mengalir di antara kedua kakinya.     

"Aurelie!!!"     

"Anastasia!!"     

Profesor William dan profesor Dexter yang baru sampai di ruang itu langsung terkejut ketika melihat pemandangan mengerikan didepan mereka, dimana saat ini istri mereka tengah tak sadarkan diri seperti Louisa yang sudah coba untuk didasarkan oleh profesor Frank yang berlutut di sebelahnya.      

"Lou, bangun Lou,"panggil profesor Frank berkali-kali pada Louisa sambil menepuk-nepuk pipi Louisa dengan perlahan.     

"Sayang kau kenapa," ucap profesor Dexter panik sambil meraih Anastasia yang jatuh lunglai diatas sofa.     

"Frank... istriku pendarahan Frank." Profesor William menjerit keras saat melihat darah diantara dua paha Aurelie yang merembes mengotori sofa warna cream yang ada di ruangan praktek dokter Louisa itu.     

Deg     

Profesor Frank yang tak menyadari kalau Louisa juga pendarahan langsung mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah kaki sang istri, kedua matanya langsung membelalak lebar ketika melihat darah sudah merembes keluar membasahi celana panjang warna putih yang dipakai oleh dokter Louisa.      

"Anastasia juga pendarahan," jerit profesor Dexter panik.      

Tanpa bicara lagi ketiga dokter itu langsung mengangkat istri masing-masing dan membawanya ke ruang gawat darurat yang masih tersisa beberapa ranjang kosong, para suster yang berjaga nampak menjerit kaget bersamaan saat melihat ketiga profesor itu membawa istrinya masing-masing yang mengalami pendarahan.     

"Panggil tiga dokter kandungan cepat!!!!" Pekik profesor Frank dengan keras sambil mengambil gunting untuk membuka celana yang dipakai Louisa.     

"Para perawat pria keluar dari ruangan ini." Profesor William  berteriak dengan keras.     

"Cepat!!" hardik profesor Dexter menimpali perkataan dua profesor lainnya dengan cepat.     

Beberapa suster terlihat berlarian memasang jarum infus di tangan ketiga istri para profesor itu, sementara dua orang suster nampak sudah langsung pergi ke divisi obgyn untuk meminta bantuan. Suasana di ruang gawat darurat itu menjadi tegang ketika ketiga wanita yang mengalami perdarahan itu mengerang kesakitan dengan mata tertutup bersamaan dengan keluarnya banyak darah dari area vital mereka.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.