You Are Mine, Viona : The Revenge

Merayu Tuhan



Merayu Tuhan

0Dokter Louisa menjadi lebih pendiam sejak kepulangannya dari rumah sakit menemui istri Orlando teman barunya yang masih koma selama hampir empat tahun, padahal niatnya keluar rumah adalah ingin menenangkan pikirannya dengan berjalan-jalan di mall. Namun takdir berkata lain, ia justru diperlihatkan salah satu wanita korban preeklampsia yang sudah koma bertahun-tahun karena keegoisannya yang bersikeras melahirkan anak-anak dalam kondisinya yang tak memungkinkan. Meskipun dokter yang merawat wanita malang itu mengatakan bahwa bukan hanya preeklampsia saja penyebab ia koma namun keracunan kehamilan itulah yang memicunya menjadi seperti ini.      
0

"Kalau aku boleh memilih aku ingin istriku menggugurkan anak-anak kami dulu mengikuti anjuran dokter, toh kami masih bisa punya anak dengan banyak cara. Kalau memang ia tak bisa mengandung lagi selamanya kami bisa menggunakan jasa ibu pengganti untuk melahirkan anak-anak kami, masih banyak jalan lain yang bisa diambil. Aku bukannya tak bersyukur karena memiliki Nathan dan Ethan, hanya saja menjadi ayah sekaligus ibu bagi anak-anak kami itu adalah pekerjaan yang sangat sulit. Apalagi aku masih harus bekerja juga untuk menghidupi anak-anakku dan membiayai perawatan istriku yang tak sedikit, belum lagi aku harus memberikan penjelasan kepada anak-anakku tentang kondisi ibunya yang tidak biasa. Jujur ini semua sangat melelahkan, benar-benar sangat melelahkan. Melihat Karen berbaring di ranjang pesakitan membuatku ikut sakit, aku benar-benar lelah melewati semua ini. Kadang kala aku ingin menyerah, namun saat melihat anak-anak kami rasa lelah itu langsung hilang dan semangatku untuk berjuang datang lagi. Hanya saja aku tak mau munafik, aku membutuhkan istriku. Aku membutuhkan dirinya, satu hal yang masih aku sesali sampai saat ini adalah tak dapat melarang keinginannya waktu itu untuk tetap meneruskan kehamilannya. Aku lebih memilih tak memiliki anak darinya daripada harus melihatnya seperti ini sekarang, aku benar-benar sangat menyesal sudah tak bisa menjadi suami yang baik bagi istriku."      

Perkataan Orlando masih teringat dengan jelas dalam ingatan dokter Louisa, mendengar perkataan Orlando yang sangat menyedihkan itu membuat dirinya langsung teringat pertengkaran besar antara suaminya dengan dirinya beberapa hari yang lalu. Pertengahan itu selalu karena masalah yang sama, dimana ia masih tak terima keputusan profesor Frank yang menyetujui usulan dokter Rea untuk mengangkat janinnya yang masih hidup waktu itu.      

Dokter Louisa kini menjadi bimbang dan serba salah, selama dua minggu ini ia benar-benar memperlakukan suaminya dengan sangat buruk dan hal itu kini membuatnya sangat menyesal. Ia benar-benar sudah menjadi seorang manusia yang sangat egois dan tak mau mendengarkan penjelasan dari suaminya, padahal suaminya sudah mengatakan kalau apa yang ia lakukan adalah semata-mata untuk keselamatan dokter Louisa sendiri. Namun karena dokter Louisa masih tak terima akan keputusan itu ia masih terus menerus menyalahkan suaminya dan menganggap suaminya sebagai pembunuh bayi mereka.     

"Sepertinya aku harus minta maaf pada Frank, aku tak boleh seperti ini terus,"ucap dokter Louisa pelan ketika akan beranjak bangun dari lantai tempat ia duduk selama hampir satu jam pasca kembali dari rumah sakit.      

Langkah dokter Louisa terhenti saat mendengar pintu apartemennya dibuka dari luar, jantungnya berdegup sangat cepat saat mengetahui suaminya pulang.      

Profesor Frank yang hari ini sangat lelah cukup terkejut ketika melihat istrinya berdiri tepat di hadapannya. "Kalau kau ingin bertengkar lagi aku tak mau mendengarkannya Lou, hari ini aku sangat lelah. Aku tak mau bertengkar lagi denganmu,"ucapnya pelan sambil terus melangkahkan kakinya menuju kamar.     

Dokter Louisa menggigit bibir bawahnya dengan cukup kuat mendengar perkataan suaminya. "Maaf, maafkan aku Frank. Maafkan atas semua kebodohan dan keegoisanku."     

Deg     

Profesor Frank langsung menghentikan langkah kakinya saat mendengar perkataan sang istri, perlahan ia memutar tubuhnya dan menatap istrinya yang kini melihatnya dengan mata berkaca-kaca.     

"Maafkan aku Frank, aku memang bodoh, aku egois, aku mau menang sendiri hiks...aku menyesal sudah berkata kasar padamu selama beberapa hari terakhir ini. Aku benar-benar menyesal Frank, huhuhuhu…" Dokter Louisa tak dapat menyelesaikan perkataannya karena tangisnya pecah.      

Melihat istrinya menangis seperti itu membuat Profesor Frank panik, tanpa bicara apa-apa ia langsung menghampiri istrinya dan memeluknya erat. Dengan penuh kasih profesor Frank menyeka air mata yang mengalir bebas dari kedua mata bengkak sang istri.      

"Jangan menangis, aku tak bisa melihatmu seperti ini. Ayolah, kau bukan Louisa yang aku kenal jika menangis seperti ini,"ucap profesor Frank lembut mencoba untuk menenangkan sang istri.     

"Maafkan aku yang sudah egois Frank, aku benar-benar bodoh. Seharusnya aku tak menyalahkanmu atas apa yang sudah kau lakukan kemarin, aku menyesal Frank...maafkan aku yang…"     

Dokter Louisa tak dapat menyelesaikan perkataannya karena bibirnya sudah dilumat oleh sang suami, profesor Frank tak menghiraukan air mata istrinya yang kini ikut tertelan olehnya. Dengan mengeratkan pelukannya profesor Frank menambah intensitas ciumannya, ia yang sudah mahir berciuman membuat dokter Louisa harus menyerah. Dokter Louisa menepuk-nepuk tubuh suaminya, ia memberikan isyarat pada suaminya agar menghentikan ciumannya karena ia kesulitan bernafas.      

Setelah profesor Frank melepaskan ciuman mautnya dokter Louisa sempat terbatuk-batuk beberapa kali, sehingga wajahnya memerah.     

"Kita sudah sering berciuman Lou, jangan berlebihan,"ucap profesor Frank pelan menggoda istrinya.     

"Kau membuatku tak bisa bernafas Frank, menyebalkan,"sahut dokter Louisa membela diri.      

"Jangan alasan, bilang saja kau sudah tak mampu mengimbangi aku Lou." Profesor Frank berbisik lirih di telinga sang istri.     

"Jangan mesum, aku belum bisa bercinta. Jangan macam-macam Frank!!"pekik dokter Louisa keras dengan wajah memerah, ia tahu ke arah mana perkataan suaminya ini akan berakhir.     

Profesor Frank tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan istrinya, perlahan ia meraih tubuh sang istri lalu berkata," Ayo duduk, aku lelah sekali. Sepertinya aku harus meminta Dexter untuk merekrut dokter bedah lagi, aku kewalahan kalau setiap hari harus terjun mengurus pasien,"bisik profesor Frank lirih saat memeluk tubuh sintal dokter Louisa.     

"Apa perlu aku besok masuk kerja?"     

"Jangan macam-macam, kau diberi cuti dua bulan dari rumah sakit. Dan aku ingin kau memanfaatkan cuti yang diberikan itu untuk beristirahat dengan baik supaya kesehatanmu cepat pulih," sahut Profesor dengan cepat menjawab perkataan sang istri yang masih ia peluk.     

Dalam pelukan sang suami dokter Louisa tersenyum, ia lalu melepaskan diri dari pelukan suaminya. "Ada hal yang ingin aku bicarakan secara serius padamu, aku ingin minta tolong padamu Frank."     

"Minta tolong? Memangnya ada masalah apa?"     

Alih-alih menjawab pertanyaan dari sang suami, dokter Louisa justru menarik suaminya menuju sofa untuk duduk. Ia ingin membicarakan masalah Karen, istri Orlando. Wanita malang yang baru ia temui beberapa jam yang lalu di rumah sakit.     

Setelah duduk bersama dokter Louisa kemudian menceritakan apa yang terjadi, ia menceritakan mulai dari mall dimana ia bertemu dengan si kembar Nathan dan Ethan sampai di rumah sakit tempat Karen dirawat. Selama dokter Louisa bercerita Profesor Frank sama sekali tak melihat ke arah lain, ia terus menatap istrinya yang berbicara panjang lebar menceritakan apa yang sudah ia lalui hari ini.      

"Aku ingin kau menolongnya Frank, kasihan sekali kedua anak lucu itu harus tumbuh tanpa merasakan kasih sayang ibunya selama hampir empat tahun ini. Aku benar-benar tak tega melihat dua anak lucu itu tadi di rumah sakit, melambai-lambaikan tangannya kepada sang ibu dan meminta ibunya untuk segera bangun. Anak sekecil itu harus sering bolak-balik ke rumah sakit untuk melihat kondisi ibunya yang tak kunjung sadar, aku benar-benar merasa hancur melihat kondisi mereka Frank,"ucap dokter Louisa pelan mengakhiri ceritanya.     

"Dan aku ingin meminta maaf juga padamu, maafkan atas keegoisanku kemarin. Melihat kondisi Karen seperti itu membuatku sadar, bahwa apa yang kau lakukan adalah untuk kebaikanku. Aku menyesal sudah marah-marah seperti itu padamu Frank,"imbuhnya kembali dengan suara parau menahan tangis.      

Profesor Frank yang sejak tadi diam lalu tersenyum, ia kemudian menatap istrinya dan memberikan sebuah ciuman kecil di bibir dokter Louisa yang sedikit pucat. "Aku tahu kau pasti akan mengerti dengan apa yang aku lakukan cepat atau lambat dan untuk ibu dari dua anak kembar yang tadi kau temui aku akan membantunya, aku akan memindahkannya ke rumah sakit khusus di Jepang yang memiliki dokter ahli dalam bidang ini. Aku akan segera mengurusnya,"ucap profesor Frank lembut.     

"Benarkah!!"pekik dokter Louisa kegirangan.     

"Huum, aku harap dengan apa yang kita lakukan ini Tuhan akan segera mempercayakan kita malaikat kecil lagi,"jawab profesor Frank pelan dengan mata berkaca-kaca.     

Dokter Louisa langsung memeluk suaminya dan menangis haru, ia tak percaya suaminya akan sebaik ini pada orang yang baru ia kenal. Mendengar istrinya menangis profesor Frank pun ikut meneteskan air mata, ia berdoa dalam hati semoga Tuhan mau memaafkan atas semua kesalahan-kesalahan yang sudah ia perbuat di masa lalu dan memberikannya anak kembali.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.