You Are Mine, Viona : The Revenge

Kedatangan adik



Kedatangan adik

0Suasana hati Fernando sudah benar-benar berubah ketika ia bersama Viona, semua beban yang ada di dalam dirinya langsung hilang begitu saja.      
0

Tok     

Tok     

"Permisi Tuan, Nyonya. Makan malam sudah siap."      

Suara Teddy terdengar begitu nyaring dibalik pintu saat memberitahukan pada Fernando dan Viona yang baru saja selesai berendam dan bersama di bathtub.     

"Ok Teddy, sebentar lagi kami turun." Fernando menyahut dengan keras, merespon perkataan Fernando.     

"Baik Tuan."     

Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki Teddy pergi menjauh dari kamar Fernando dan Viona.     

Viona yang sedang memakai skincare didepan kaca riasnya tersenyum saat mengingat kembali apa yang Fernando lakukan di kamar mandi sebelumnya, meskipun mereka tak bercinta namun sentuhan-sentuhan seperti itu membuatnya cukup senang.     

Fernando yang sudah selesai memakai baju lalu mendekati Viona dan berdiri di belakang kursi roda tempat Viona duduk.     

"Sudah selesai?"tanya Fernando lembut.     

"Iya,"jawab Viona singkat     

"Baiklah, kita turun sekarang,"ucap Fernando kembali, ia pun memutar kursi roda Viona dan mendorongnya perlahan keluar dari kamar.      

Meskipun menggunakan kursi roda namun Fernando sangat hati-hati sekali saat membawa Viona, ia tak mau terjadi hal-hal yang tak diinginkan. begitu Fernando dan Viona keluar dari beberapa pelayan langsung menyambut kehadiran sang tuan dan nyonya. Mereka langsung siap pada posisinya masing-masing di meja makan untuk melayani sang majikan menikmati makan malam.      

Meskipun malam belum begitu larut namun dimeja makan saat ini sudah terpasang lilin yang membuat suasana menjadi semakin romantis, Fernando tersenyum saat melihat Viona tak pilih-pilih soal makan seperti beberapa bulan yang lalu. Padahal sebelumnya Fernando sangat khawatir sekali pada kondisi Viona yang tak mau menerima makanan apapun, namun kini ia tenang karena sejak memasuki usia kehamilan tujuh bulan nafsu makan Viona kembali lagi.      

"Kau suka salmonnya?"Fernando bertanya pelan pada Viona yang sedang mengiris daging salmonnya.      

"Iya, sudah lama sekali aku tak makan salmon mentega ini. Rasanya enak sekali." Viona menjawab jujur sambil menoleh kearah para pelayan yang sudah membuatkan salah satu makanan kesukaannya itu.     

Para pelayan yang tahu sedang dipuji sang nyonya hanya tersenyum tipis, mereka senang masakan yang mereka buat disukai sang nyonya.      

Fernando tersenyum mendengar pertanyaan Viona. "Syukurlah kalau begitu, tapi jangan hanya salmonnya saja yang dimakan babe. Kau harus makan sayur juga, ingat pesan profesor Erick kan?"ucapnya pelan mencoba mengingatkan kembali soal pesan sang dokter kandungan pribadi pada Viona.     

"I-iya aku ingat, kau tak usah memberitahuku berkali-kali." Dengan mulut penuh makanan Viona menjawab perkataan Fernando, kedua pipinya yang gembul terlihat semakin menggemaskan saat ia makan dengan lahap seperti itu.     

Fernando hanya menggelengkan kepalanya perlahan melihat tingkah sang istri, nafsu makannya pun hilang seketika saat melihat Viona makan selahap itu. Saat mereka berdua sedang makan tiba-tiba terdengar keributan di depan rumah, karena suaranya cukup keras Fernando dan Viona yang sedang berada di ruang makan pun bisa mendengar suara para bodyguard yang saling bersahutan. Merasa terganggu dengan keributan itu, Fernando lalu memerintahkan Teddy untuk memeriksa kondisi di halaman depan. Teddy pun langsung pergi menuju halaman depan untuk memeriksa apa yang terjadi sesuai perintah sang tuan.      

"Habiskan makananmu babe, jangan pedulikan orang-orang didepan. Teddy sedang memeriksanya,"ucap Fernando pelan dengan tersenyum hangat pada Viona yang terlihat sedang berhenti memasukkan makanan kedalam mulutnya.      

Viona melebarkan senyumnya sehingga deretan gigi putihnya terlihat jelas saat diperintahkan untuk makan kembali oleh Fernando, ia pun kembali mengalihkan fokusnya pada makanannya yang ada di atas piring yang belum habis. Namun saat Viona akan memasukkan potongan salmon kedalam mulutnya kembali ia secara tak sengaja menjatuhkan garpunya saat melihat ke arah belakang Fernando, dimana saat ini Teddy berjalan masuk dengan dua orang gadis yang sangat Viona kenal dan rindukan.     

"Jenny, Amina…"     

"Kak Viooo!!!"      

Tiba-tiba Jenny dan Amina menjerit dengan keras saat melihat keberadaan Viona di meja makan bersama Fernando, kedua gadis itu pun langsung berlari ke arah Viona dan langsung memeluk Viona dengan erat. Amina bahkan sampai menangis sesenggukan saat berada dalam pelukan Viona yang masih duduk di kursi roda, meskipun sedang berlutut namun Jenny dan Amina sama sekali tak merasakan sakit pada kedua lututnya. Mereka masih saja memeluk Viona dengan erat dihadapan Fernando yang terlihat hampir meledak, kedua mata Fernando bahkan sampai memerah melihat dua adik angkat sang istri kini sudah ada dihadapannya. Padahal selama ini ia berusaha sekuat tenaga menyimpan kehamilan Viona dari semua orang, semua orang yang ada diruang tamu bisa merasakan hawa kemarahan dari Fernando. Hanya Viona saja dan kedua adiknya yang tak menyadari kalau Fernando sedang marah.      

Viona sendiri yang sibuk dengan Jenny dan Amina tak memperdulikan Fernando, ia sibuk menyeka air mata Jenny dan Amina secara bergantian. Pasalnya kedua gadis itu tak henti menangis sejak sepuluh menit yang lalu mereka datang.      

"Jangan menangis, nanti cantiknya hilang sayang." Rayu Viona lembut pada Jenny dan Amina, ia pun terkejut saat melihat Jenny justru tak henti menangis sejak tadi. Padahal ia tahu Jenny adalah seorang gadis tomboy dan kuat, ia tak selemah Amina yang mudah menangis.      

"Kami rindu kakak huhu."Amina menjawab cepat perkataan Viona dengan masih menangis. "Iya kak, aku rindu sekali padamu. Tolong jangan pergi lagi, aku mohon. Kalau pergi tolong ajak kami,"imbuhnya lagi.      

"Siapa yang mau pergi? Aku tak pergi kemana-mana, lihatlah perutku sebesar ini sekarang. Aku tak mungkin pergi dengan kondisi seperti ini Amina,"jawab Viona lembut.     

Jenny langsung menghentikan tangisnya saat mendengar ucapan Viona, perlahan ia menyeka air matanya dan bangun dari lantai. Tanpa rasa takut Jenny membalikan tubuhnya menatap Fernando yang sejak tadi tak mengalihkan pandangan dari mereka bertiga.      

"Kalau kakak ipar jahat lagi pada kak Vio maka kami akan membawa kak Vio pergi dari rumah ini, kau tak usah takut kak. Kami berdua akan mengurus anak-anak kakak dengan baik,"ucap Jenny pelan sambil meraih tangan Viona dan mencengkramnya erat, Jenny masih kesal pada Fernando atas apa yang menimpa Viona tahun lalu.      

"A-apa? Apa kau bilang Jenny? Kau bilang ingin membawa istriku pergi?"tanya Fernando kaget dengan terbata, ia tak menyangka salah satu adik angkat sang istri akan bicara seperti itu pada dirinya tanpa rasa takut.     

Amina yang masih tertunduk di pangkuan Viona langsung bangun dan berdiri dibelakang Jenny. "Iya, kami akan membawa kakak kami pergi darimu kakak ipar. Kalau kau berbuat jahat padanya seperti tahun lalu,"imbuh Amina menimpali perkataan Jenny.      

Amina dan Jenny lebih lama tak bertemu dengan Viona, mereka terakhir bertemu dengan Viona saat masih hamil muda tahun lalu. Bahkan sampai saat Viona kembali lagi ke Ottawa pasca berbaikan dan dijemput Fernando dari desa Elora tempat tinggalnya selama hampir 10 bulan, mereka belum pernah bertemu dengan kakak angkatnya itu. Baru kemarin lah saat Viona menghubungi Amina mereka bisa berkomunikasi lagi meskipun belum bertatap muka secara langsung, dan karena Jenny memaksa meminta alamat tempat tinggal pada Viona akhirnya mereka saat ini sudah berada di depan Fernando dan Viona dengan penuh amarah. Jenny dan Amina marah pada Fernando yang sudah membuat Viona menderita selama satu tahun terakhir yang lalu dan membuat mereka berdua berpisah, padahal alasan mereka pindah dari London adalah ingin tinggal bersama Viona.      

"Kalian berani membawa istriku pergi dariku?"hardik Fernando dengan suara meninggi, ia terpancing akan kemarahan Jenny dan Amina.      

"Berani, kenapa tidak." Jenny dan Amina menjawab dengan cepat pertanyaan dari Fernando.      

"Kalian…"     

"Babe." Viona langsung memanggil Fernando, ia sengaja memotong perkataan sang suami karena menyadari kalau suaminya itu sedang marah.     

Fernando yang kesal pada Jenny dan Amina mengacuhkan panggilan Viona, ia justru berkacak pinggang dengan menatap tajam ke arah Jenny dan Amina yang dianggap sebagai ancaman itu.     

"Fernando!! Apa kau tak mendengar panggilanku?" hardik Viona dengan suara keras, semua orang yang ada di tempat itu bahkan sampai terkejut saat mendengar suara teriakannya. Termasuk Fernando yang langsung meredup dan mengalihkan pandangannya ke arah Viona.     

"Babe.."     

"Kemari,"pinta Viona dingin tanpa merendahkan intonasi perkataannya.      

Kalau sebelumnya Fernando terlibat seperti macan yang siap bertempur dengan Jenny dan Amina, ia kini berubah seperti anak kucing yang menurut pada Viona. Tanpa membantah ia langsung mendekati sang istri yang berada dibelakang Jenny dan Amina.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.