You Are Mine, Viona : The Revenge

Ketulusan saudara tak sedarah



Ketulusan saudara tak sedarah

0Viona yang kaget saat mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir adik angkatnya terlihat menutup mulutnya menggunakan kedua telapak tangannya.     
0

"Pertanyaan macam apa ini?"tanya Viona pelan saat menurunkan kedua tangan dari wajahnya.     

"Jawab saja kak, aku ingin dengar secara langsung dari kakak." Amina menjawab singkat pertanyaan dari Viona.     

"Iya kak, jangan mengalihkan pembicaraan. Kami perlu jawaban kakak," imbuh Jenny dengan cepat menimpali perkataan Amina.     

Dengan senyum mengembang Viona melebarkan kedua tangannya, ia meminta kedua adiknya untuk naik ke ranjang. Pada awalnya Jenny dan Amina tak bergerak, mereka masih pada tempatnya berada saat ini, berlutut di pinggir ranjang Viona. Namun setelah hampir dua menit Viona masih merentangkan kedua tangannya akhirnya kedua gadis itupun tak tega, secara perlahan mereka berdua naik ke ranjang dan langsung berbaring di sebelah kanan dan kiri Viona.     

"Kalian berdua adalah orang yang tahu perjalan hidupku sejak awal aku kehilangan semuanya, kehilangan ibu, kehilangan keluarga dan kehilangan tempat tinggal. Kalian juga tentu tahu kan betapa takutnya aku dulu pada Fernando. Namun semakin aku mengenal Fernando akhirnya aku sadar bahwa dulu aku sebenarnya bukan takut padanya, melainkan karena sudah jatuh cinta padanya, Fernando adalah pria pertama yang datang dalam hidupku yang berhasil membuat jantungku berdetak cepat walau hanya melihatnya sekilas. Dan tahukah kalian dalam cinta itu segala hal yang aneh dimata orang lain akan tetap indah dimata sang pecinta itu sendiri, meskipun sikap Fernando sangat kasar dan tak pernah bisa ditebak akan tetapi aku tak marah padanya. Aku tetap mencintainya, meskipun dia sudah melakukan kesalahan yang sangat besar padaku tahun lalu aku tetap memaafkannya. Aku tetap menerimanya, aku tetap mau menghadapi sikap anehnya yang luar biasa itu. Aku sampai sejauh ini disampingnya itu karena aku mencintainya, kalau aku tak mencintainya untuk apa aku melakukan semua ini? Hidup dengan seorang pria yang sangat posesif seperti Fernano itu tidak mudah, kadang-kadang aku juga bertanya pada diriku sendiri jika sedang kesal padanya. Kenapa aku mau melakukan semua perintahnya, berhenti menjadi dokter, tetap diam dirumah dengan penjagaan super ketat, di asingkan di rumah mewah dari dunia luar seperti ini, hal itu tak lain dan tak bukan karena aku mencintainya,"jawab Viona panjang lebar sambil mengeratkan cengkraman tangan Jenny dan Amina yang sejak tadi menahan masing-masing tangannya. "Terdengar gila bukan? Itulah cinta sayang, kakak harap suatu saat kalian akan menemukan cinta yang luar biasa juga sepertiku. Supaya kita bisa seperti ini, tidur bersama diranjang saling berbagi cerita,"tambah Viona lagi sambil mendaratkan sebuah kecupan di kening kedua adiknya secara bergatian dengan penuh kasih, Viona tahu Jenny dan Amina sangat khawatir padanya saat ini.     

Jenny dan Amina hanya diam mendengar jawaban dari sang kakak, meskipun mereka akan tahu apa jawaban dari kakaknya. Namun tetap saja ketika mendengarnya secara langsung mereka masih kesal dan tak percaya kakaknya akan secinta itu pada Fernando yang mereka anggap terlalu freak itu.     

"Apa kau yakin kakak ipar juga memiliki cinta yang sama denganmu kak?"tanya Jenny tiba-tiba secara tak terduga.     

Viona kembali tersenyum mendengar pertanyaan dari adiknya yang tomboy itu. "Sebelum aku menjawab pertanyaanmu itu, bolehkah aku bertanya satu pertanyaan kecil padamu Jenny?"     

"Tanya saja,"jawab Jenny dengan cepat.     

"Seberapa besar rasa sayangmu padaku?" Viona bertanya pelan dengan pertanyaan yang sangat sederhana.     

"Pertanyaan macam apa ini!!"pekik Jenny kesal.     

 "Jawab saja sayang,"jawab Viona pelan dengan sebuah senyum hangat.     

Alih-alih menjawab pertanyaan dari sang kakak Jenny justru berkaca-kaca dan tak lama kemudian air matanya pun mengalir dengan deras membasahi wajahnya. "Kenapa kakak bertanya seperti itu? Kakak tahu kan kalau aku sangat menyayangi kakak, lalu kenapa kakak masih bertanya seperti itu padaku huhuhu..."     

"Iya, kenapa kakak begitu. Apa kakak meragukan kami berdua?" Amina yang sejak tadi diam pun ikut bicara dan menangis karena merasakan kesedihan yang sama seperti Jenny.     

Mendengar Amina menangis membuat tangis Jenny semakin kecang, kedua gadis itu menangis sambil menambah pelukannya pada Viona yang berada ditengah-tengah mereka. Viona tersenyum lebar melihat kedua adiknya itu menangis, ia bahagia sekali bisa satu ranjang lagi dengan kedua adiknya yang tak sedarah itu. Viona membiarkan kedua adiknya menangis sampai puas, setelah hampir dua menit akhirnya tangis kedua gadis itu pun mulai berhenti.     

"Sudah kan, ya sudah kalau begitu aku teruskan lagi ya,"ucap Viona lembut sambil meraba pipi kedua adiknya yang masih basah karena air mata dengan perlaham.     

"Kak Vio jahat, kenapa harus ragukan kami? Kakak itu bukan hanya penyelamatku saja, kakak adalah segalanya untukku,"sahut Jenny dengan cepat, suaranya masih belum jelas karena belum sepenuhnya bisa menguasai diri setelah menangis.     

"Lho jahatnya dimana?"tanya Viona pura-pura bodoh.     

"Kakak!!" Jenny dan Amina berteriak keras secara kompak dan membuat Viona kaget sampai menutup kedua telinganya sambil tertawa lebar, ia senang bisa menggoda kedua adiknya seperti itu.     

Perlahan Viona kembali menggengam tangan kedua adiknya dengan erat, tangan dari dua gadis paling tulus yang ia kenal.     

"Kalau kalian saja sampai menangis seperti itu karena mendengar pertanyaan dariku tadi lalu bagaimana dengan Fernando? Dia rela membeli rumah semahal ini tanpa berpikir dua kali, rumah yang tak semua orang bisa beli dengan mudah karena di komplek ini ada rumah peristirahatan milik perdana mentri Kanada. Dan hal yang paling tak masuk dalam pikiranku adalah dia membeli rumah sakit Global Bross tempatku bekerja dulu, padahal ia sudah memiliki sebuah perusahaan besar. Kalau dia tak mencintaiku lalu semua yang sudah ia lakukan ini apa namanya? Coba bayangkan bagaiamana perasaannya saat semua yang sudah ia lakukan ini masih diragukan? Dia pasti akan sangat sedih, sama seperti kalian berdua tadi yang langsung menangis. Padahal aku tadi hanya bertanya sebuah pertanyaan kecil saja dan..."     

"Itu bukan pertanyaan kecil kak!!"Dengan cepat Amina memotong perkataan Viona.     

"Iya iya, tapi bukan poinnya sayang. Coba pikirkan perkataanku tadi, bagaimana perasaan Fernando jika kalian berikan pertanyaan semacam tadi. Kira-kira apa yang akan dia lakukan?"tanya Viona lembut.     

Jenny dan Amina yang tahu kesalahannya langsung diam, mereka berdua merasa bersalah sekarang. Walaupun masih sedikit kesal pada Fernando yang dinilai terlalu kejam pada Viona, tapi mereka tak bisa menyangkal bahwa apa yang dilakukan untuk Viona benar-benar diluar batas nalar mereka. Karena hanya orang gila saja yang sampai membeli rumah sakit tempat wanita incarannya bekerja supaya bisa lebih dekat dan hanya Fernando saja satu-satunya orang gila yang mampu melakukan itu.     

"Mungkin terdengar berlebihan tapi dengan penuh keyakinan aku mengatakan bahwa Fernando sangat mencintaiku Jenn, dari luar dia memang menyebalkan dan arogan tapi percayalah dia hanya seorang pria lemah yang butuh cinta. Meskipun dia memiliki uang dan kekuasaan tapi hatinya kosong, kering dan hampa. Ia bersikap arogan adalah sebagai bentuk perlindungan dirinya sendiri pada dunia luar yang kejam, apalagi dia adalah seorang pengusaha yang notabene memiliki banyak musuh yang tak segan berbuat jahat untuk menghancurkannya. Kalian berdua tak usah khawatir, aku baik-baik saja. Justru aku bersyukur pada Tuhan bisa menjadi istrinya,"ucap Viona lagi sambil tersenyum menatap ke arah Jenny dan Amina secara bergantian.     

Mata Jenny dan Amina pun kembali berkaca-kaca mendengar pengakuan Viona, mereka berdua kembali menangis namun tangis mereka kali ini adalah tangis bahagia dari adik yang bersyukur atas kebahagiaan yang didapat sang kakak yang sangat mereka sayangi.     

Dengan suara parau Jenny berkata. "Kalau kakak sudah bilang bahagia maka kami percaya, kami selalu berdoa untuk kebahagianmu kak. Karena kebahagiaan kakak adalah harapan dan doa terbesar kami."     

Viona tersenyum mendengar perkataan Jenny, hatinya terasa hangat saat ini. Dan rasa mual yang tadi menderanya pun mendadak hilang, bahkan kedua anaknya yang biasanya memberikan tendangan serta pukulan saat ini menjadi tenang. Sepertinya kedua anaknya ikut senang mendengar doa dari dua tante yang belum ditemuinya itu, karena sudah terlalu lelah akhirnya Viona pun memejamkan kedua matanya bersamaan dengan Jenny dan Amina yang sudah pulas dalam pelukan Viona.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.