You Are Mine, Viona : The Revenge

Gadis misterius



Gadis misterius

0Popularitas keluarga Willan makin tak terbendung saat si kembar lulus sma dengan peringkat paling tinggi di sekolahnya masing-masing, meskipun mereka berdua adalah anak orang paling berpengaruh di Ottawa namun keduanya tidak mau bersekolah di sekolah khusus orang-orang kaya. Mereka berdua justru memilih untuk bersekolah di sekolah biasa di tempat dimana banyak anak-anak dari orang kelas menengah kebawah bersekolah, itu pun mereka mengambil sekolah yang berbeda tidak dalam satu sekolah yang sama supaya menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.      
0

Sebenarnya sejak awal Fernando menentang keras permintaan kedua anaknya yang ingin bersekolah di sekolah umum itu, namun karena Viona mendukung keinginan kedua anaknya itu akhirnya Fernando tak bisa berbuat apa-apa selain menyetujui permintaan kedua anaknya. Dan ternyata pilihan yang diambil oleh si kembar sangatlah benar, karena setelah mereka bersekolah di sekolah umum jiwa sosial mereka bertambah tinggi dan hal ini membuat Viona senang. Ia memang berharap kedua anaknya bisa lebih banyak bersosialisasi dengan berbagai macam orang, dari tingkat ekonomi yang berbeda. Karena hal itu akan membuat mereka semakin banyak belajar, sebelum akhirnya harus benar-benar terjun ke dunia bisnis yang nantinya akan lebih banyak menghadapi banyak karakter.     

Abby dan Aaric memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di kampus berbeda, Abby tetap berada di Ottawa sementara Aaric memilih kuliah di luar negeri. Ia memilih Perancis sebagai tempat dimana ia akan belajar dan keputusannya itu langsung disetujui oleh Fernando yang memang bermimpi menaklukkan Eropa, sementara Viona yang sedikit keberatan akhirnya menyetujui permintaan anaknya bungsunya itu untuk bisa hidup mandiri di negara tempat dimana ia dan Fernando memproduksi kedua anaknya itu.      

"Sesampainya di Paris langsung hubungi mommy, jangan lupa,"ucap Viona pelan untuk yang kesekian kalinya saat Aaric akan naik pesawat komersial menuju Paris tempat dimana ia akan menghabiskan hari-harinya.      

"Iya Mommy aku tahu, Mommy sudah mengucapkan kalimat itu lebih dari sepuluh kali. Aku ingat Mommy, tenang saja. Orang pertama yang akan aku hubungi adalah Mommy,"jawab Aaric dengan cepat.     

"Akh kau ini dasar anak nakal."     

Viona langsung memeluk putra bungsunya itu dengan erat, 18 tahun yang lalu anaknya itu masih sangatlah kecil saat dikeluarkan dari rahimnya. Dan kini bayi kecilnya itu kini siap menjalani dunianya sendiri di negara asing. Viona masih memeluk erat Aaric bahkan ketika namanya diucapkan berkali-kali oleh petugas bandara, karena pesawat akan take off.      

"Babe, ayo lepaskan. Anakmu akan berangkat, kalau Aaric tak naik maka penerbangan itu akan dibatalkan dan jika hal itu terjadi maka akan banyak orang yang marah padanya nanti,"ucap Fernando pelan sambil menepuk pundak sang istri agar mau melepaskan pelukannya dari putra keduanya itu.      

"Iya Mom, kasihan orang lain jika sampai tak jadi terbang Mom,"imbuh Abby lembut ikut merayu sang ibu.      

Viona akhirnya melepaskan pelukannya dari tubuh Aaric dengan berat hati, segera setelah terbebas dari pelukan sang ibu Aaric lalu memeluk ayahnya dan kakak kembarnya dengan erat. Setelah itu ia berlari menuju ke pesawat yang sudah menunggu dirinya, sebenarnya pilot bisa saja meninggalkan penumpang yang terlambat. Namun karena yang terlambat naik adalah anak dari seorang Fernando Grey Willan, akhirnya para petugas bandara termasuk sang pilot hanya bisa bersabar dan menunggu naiknya sang putra kedua pengusaha paling berpengaruh itu naik ke pesawat. Tak lama setelah Aaric naik, pesawat pun langsung mengudara meninggalkan tanah Kanada menuju ke Paris.     

"Kenapa...kenapa Aaric harus naik pesawat komersil seperti itu? Seharusnya kan dia naik pesawat jet milik kita saja, jadi aku bisa memuaskan diri memeluknya terlebih dahulu. Tak seperti tadi, aku belum puas memeluknya babe,"ucap Viona lirih dengan air mata yang sudah menganak sungai.      

Fernando menghela nafas panjang, ia berusaha sabar menghadapi istrinya. Dengan lembut ia meraih tubuh langsing Viona dan memeluknya erat.      

"Bukankah kau tahu sendiri kalau Aaric yang bersikeras naik pesawat komersial itu dan menolak naik pesawat jet, tapi kalau kau masih rindu padanya kita bisa menyusulnya sekarang juga dengan pesawat jet dan memaksanya kembali lagi ke Kanada untuk tinggal lagi bersama kita. Jadi kau tak perlu bersedih seperti ini lagi,"ucap Fernando pelan.      

"Akh jangan begitu, Aaric kan mau kuliah. Mana bisa kita memaksanya pulang seperti itu, lagi pula dia kan laki-laki. Dia pasti akan sangat malu jika kita minta pulang ke Kanada,"sahut Viona ketus.      

"Ya itu kau tahu sayang, makanya jangan ditangisi lagi. Aaric pasti bisa menjaga diri, kau harus yakin itu. Anak Fernando Grey Willan tak mungkin lemah,"imbuh Fernando kembali.      

Mendengar perkataan Fernando membuat Viona kesal, ia kemudian melepaskan pelukan sama suami dan menatapnya dengan penuh amarah.     

"Kau tak tahu bagaimana perasaan seorang ibu Fernando, aku benci padamu,"ucapnya kesal, setelah berkata seperti itu Viona lalu meraih tangan Abby dan mengajaknya berjalan dengan cepat meninggalkan Fernando seorang diri.      

Melihat Viona pergi begitu saja membuat Fernando bingung, ia tak mengerti dimana kesalahannya sampai membuat Viona marah seperti itu. Tak lama kemudian ia pun bergegas menyusul anak dan istrinya yang sudah hampir sampai di pintu keluar.      

"Mom, kita tunggu Daddy…"     

"Tak usah, biarkan dia naik mobil lainnya. Kita naik mobil ini saja berdua,"sahut Viona dengan cepat memotong perkataan Abby dengan cepat sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil.     

Abby yang tak mau membuat sang ibu marah pun akhirnya menurut, ia tak banyak bicara dan duduk disamping ibunya meninggalkan sang ayah yang baru keluar dari pintu keluar.      

"Jalan Lucas,"titah Viona singkat.     

"Ba-baik Nyonya,"sahut Lucas terbata, tanpa berani membantah Lucas kemudian menginjak gas mobilnya dan meninggalkan Fernando. Meskipun Lucas lebih takut pada Fernando tapi disaat seperti ini ia lebih memilih menurut pada sang nyonya demi mencari aman.      

Para bodyguard yang lain hanya bisa menunduk saat melihat sang tuan berkacak pinggang menatap mobil Lucas pergi, tak ada satupun diantara mereka yang berani membuka mulut karena tahu kalau sang tuan dan nyonya sedang perang. Setelah berdiam diri cukup lama Fernando lalu masuk kedalam mobil lainnya seorang diri, begitu Fernando masuk sang driver pun memacu mobilnya dengan cepat meninggalkan bandara menuju istana sang tuan.      

"Meskipun aku sudah menikah lama dengan Viona sepertinya aku belum benar-benar memahaminya,"ucap Fernando dalam hati.      

Sementara itu di dalam pesawat yang membawa Aaric menuju Paris terlihat seorang gadis berkaca mata hitam menatap Aaric tanpa berkedip, tangannya terkepal kuat diatas pahanya. Bahkan tangannya sampai bergetar, menahan amarah yang cukup besar pada putra kedua Fernando Grey Willan itu.      

"Hutang nyawa dibalas nyawa,"ucap gadis berkacamata itu lirih penuh dengan.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.