You Are Mine, Viona : The Revenge

Firasat seorang ibu



Firasat seorang ibu

0Elsa Wesley yang tinggal di pedesaan yang damai bersama sang nenek tiba-tiba mendapatkan sebuah pesan dari salah satu orang yang mengaku sebagai teman mendiang ayahnya, ketika ia melihat video yang dibawa oleh orang asing yang berisi pembicaraan sang ayah kandung yang hanya ia kenal dari foto itu amarahnya pun tersulut. Sebagai seorang anak yang masih polos Elsa tak menelan mentah-mentah informasi itu, ia mencoba mengkonfirmasi langsung kepada sang nenek tentang berita yang baru ia tahu dari orang misterius yang baru datang dari kota itu. Setelah nenek berkata jujur bahwa ayah kandungnya meninggal karena gagal menjalankan sebuah tugas yang diberikan seorang pengusaha kaya dari Ottawa yang sangat berkuasa 15 tahun yang lalu itu, akhirnya Elsa sadar bahwa video yang baru ia lihat itu adalah benar. Karenanya ia pun langsung pergi meninggalkan sang nenek dan memilih pergi bersama orang asing yang mengaku sebagai teman ayahnya itu, Elsa Wesley pun dididik oleh pria itu dengan berbagai keahlian yang cukup banyak. Mulai dari bela diri, berburu dan diberikan pengetahuan tambahan lainnya, setelah ikut pria asing yang akhirnya ia kenal dengan nama paman Collins.      
0

Di tangan paman Collins sosok polos Elsa digembleng menjadi seorang gadis yang hebat, ia menjadi gadis dengan skill yang mematikan. Selama 2 tahun Elsa ikut dengan paman Collins ia mendapatkan pendidikan lanjutan setingkat sma, bahkan Elsa mendapatkan pelatihan berbagai bahasa asing oleh guru-guru khusus yang dipanggil oleh sang paman. Sehingga dalam waktu 2 tahun itu Elsa sudah mahir berbagai bahasa asing, yang yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya akan bisa ia kuasai.      

"Paris, kenapa aku harus ke Paris paman?"tanya Elsa bingung.      

"Di tempat itulah kau akan menjalankan misimu nak,"jawab paman Collins dengan cepat.      

"Misi? Maksud paman apa?"tanya Elsa kembali.      

Pria yang dipanggil paman Collins oleh Elsa itu lalu menghela nafas panjang, dengan perlahan pria itu bangun dari kursinya dan berjalan tertatih menuju meja kerjanya. Tak lama kemudian ia kembali ke hadapan Elsa dan memberikan beberapa foto padanya.      

"Namanya Alarick Alexander Willan, putra kedua Fernando Grey Willan Pria yang membunuh ayahmu, sahabat baikku. Anak ini akan berkuliah di Paris dan tugas pertamamu adalah untuk menyingkirkan anak ini terlebih dahulu, sebelum kau singkirkan kakak kembarnya Abraham Alexander Willan,"ucap paman Collins dengan suara bergetar.      

Kedua mata Elsa nanar menatap foto yang diberikan sang paman, dalam foto itu terlihat sosok Fernando bersama kedua anaknya dan sang istri yang tertawa bahagia.      

"Pria ini adalah iblis, dia yang membuat pakan cacat seumur hidup seperti ini setelah ia membunuh ayahmu Elsa. Karena itulah paman berharap kau mau membalaskan dendam kami, dulu paman bersumpah ingin membalaskan dendam ayahmu. Tapi karena dia punya anak buah akhirnya paman kalah dan berakhir dengan patahnya beberapa tulang kaki paman, sehingga paman seperti ini,"imbuh paman Collins kembali.     

"Ja-jadi orang ini adalah pembunuh ayahku paman?"tanya Elsa dengan tergagap.     

Paman Collins mengangkat wajahnya dan menatap Elsa dengan tatapan sayu. "Iya, dia adalah penyebab ayahmu meninggal dengan mengenaskan dan membuatmu harus tinggal di desa karena ibumu bunuh diri pasca melihat ayahmu dibunuh secara brutal oleh Fernando Grey Willan ini. Dan paman adalah orang yang membawamu ke desa itu untuk dirawat nenekmu, maafkan paman harus meninggalkanmu di desa waktu itu karena kondisi taman yang sedang tidak stabil untuk membesarkanmu Elsa. Hidup dengan kaki yang tidak sempurna seperti ini, membuat paman harus bekerja keras memulai semuanya dari nol kembali dan kini setelah paman berhasil paman datang kepadamu untuk mengatakan semua kenyataan pahit ini. Karena itulah Paman selama 2 tahun ini mendidikmu dengan sangat keras supaya kau bisa membalaskan dendam kedua orang tuamu dan paman, tapi itu pun kalau kau mau. Kalau kau tak mau paman tak akan memaksa, mungkin taman memang harus ditakdirkan menerima kenyataan pahit ini dengan lapang dada dan harus mengubur niat paman dalam-dalam untuk membalaskan dendam ayahmu, sahabat baik paman."     

"Aku mau paman, aku mau. Aku akan membalaskan dendam kalian, katakan padaku kapan aku harus berangkat paman. Akan kubuat keluarga itu hancur, akan kubunuh anak Fernando Grey Willan ini satu persatu. Sehingga ia akan menangis darah saat keturunannya terputus, ia harus merasakan kesakitanku paman,"sahut Elsa dengan penuh emosi, foto yang ada di tangannya pun kini sudah tak berwujud karena ia remas dengan kuat.      

Mendengar perkataan Elsa membuat pria yang bernama paman Collins itu meneteskan air matanya, ia terharu karena Elsa mau membalaskan dendam yang ia pendam selama hampir 17 tahun terakhir ini.      

Elsa yang sedang tertidur pulas terbangun karena goncangan yang cukup keras saat pesawat akan mencoba mendarat, tanpa bicara ia pun langsung mengencangkan sabuk pengamannya dan mencoba tenang mengikuti instruksi yang diberikan pramugari. Kedua matanya pun mencoba mencari sosok yang baru saja masuk dalam mimpinya.      

"Alarick Alexander Willan, kau harus mati ditanganku. Kau harus membayar perbuatan ayahmu yang membuat ayahku meninggal,"ucap Elsa dalam hati tanpa mengalihkan pandangannya dari sosok Aaric yang sedang duduk dengan tenang.      

Prank     

"Babe!!! Kau kenapa?"pekik Fernando kaget saat melihat Viona menjatuhkan piring yang sedang ia pegang.      

Viona yang akan mengambil cake kesukaan Abby dari meja makan secara tak sengaja menjatuhkan piringnya karena hatinya tiba-tiba merasa tak enak.      

Karena tak mendapat jawaban dari sang istri Fernando kemudian berlari menghampiri Viona yang masih berdiri di dekat meja makan, sementara itu para pelayan langsung membersihkan pecahan piring yang berada disekitar kaki sang nyonya.      

"Kau kenapa sayang?"tanya Fernando kembali saat sudah berada di samping sang istri.      

"Aaric...perasaanku tak enak Fernando. Entah mengapa tiba-tiba aku merasa firasat jelek tentang Aaric,"jawab Viona tergagap.     

Fernando langsung memeluk tubuh Viona dengan erat. "Jangan bicara yang tidak-tidak, Aaric baik-baik saja. Pesawatnya akan mendarat satu jam lagi, kau tenang saja. Aku sudah meminta orang-orangku disana menjemput anak kita, kau tenang saja."     

"Ayo Fernando, kita pastikan lagi. Kita lihat apakah pesawat yang dinaiki Aaric sudah mendarat atau belum,"ucap Viona panik dengan keras.      

"Iya iya, tapi kau harus tenang. Kita pastikan lagi bersama-sama,"sahut Fernando lembut mencoba untuk menenangkan sang istri.      

Viona menganggukan kepalanya perlahan sambil menyeka air mata yang sudah membasahi wajahnya, tak lama kemudian mereka lalu berjalan menuju ruang kerja Fernando untuk melihat lagi apakah pesawat yang dinaiki Aaric sudah mendarat atau belum. Saat melihat kedua orang tuanya berjalan menuju ruang kerja, Abby yang baru saja selesai merapikan berkas-berkas yang ia kerjakan lalu ikut masuk ke ruang kerja sang ayah. Mereka bertiga pun bersama-sama menunggu laporan apakah pesawat yang dinaiki Aaric sudah mendarat atau belum di Paris.      

"Perasaan apa ini Tuhan, jaga anak-anakku Tuhan. Jaga mereka saat jauh dariku,"ucap Viona lirih sambil memejamkan matanya, mendoakan Aaric dengan khusuk.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.