You Are Mine, Viona : The Revenge

Dendam membara



Dendam membara

0Aaric berangkat ke kampus dengan mata yang masih memerah karena kurang tidur, setelah bekerja cukup keras Aaric baru bisa tertidur setelah pukul 3 pagi pasca melihat Diego Perry benar-benar meninggalkan apartemen.      
0

"Aku lelah sekali,"ucap Aaric pelan saat akan membuka sabuk pengaman yang mengikat tubuhnya.      

"Kalau begitu lebih baik anda libur saja hari ini tuan, lagipula anda kuliah atau tidak. Anda tetap kaya,"sahut Loren dengan cepat tanpa merasa bersalah.     

Aaric tertawa mendengar perkataan Loren. "Iya nanti Daddy akan menyeretku pulang ke Ottawa kalau aku tak kuliah dengan baik, ya sudah aku turun."     

"Ini kopinya Tuan." Dave langsung mengulurkan segelas caffe latte pada Aaric.     

Aaric pun menyambut caffe latte kesukaannya dengan cepat dan langsung menenggaknya sedikit saat turun dari mobil, karena kedua matanya tak bisa diajak kompromi tanpa pikir panjang Aaric pun langsung menenggak habis kopi favoritnya itu dan bergegas menuju ruang kelas karena jam perkuliahan akan dimulai. Saat Aaric tiba dikelas sudah cukup ramai, Elsa pun juga sudah duduk di kursinya. Ia terlihat seperti gadis normal lainnya meskipun sebenarnya ia adalah sebuah mesin pembunuh yang dibuat oleh Adam Collins, saat Elsa melapor pada sang paman bahwa ia gagal menjalankan tugas pamannya itu tak marah sama sekali. Ia justru memberikan semangat pada Elsa untuk terus berlatih, karena itulah Elsa tak sedih. Padahal sebelumnya ia sudah takut akan dimarahi sang paman, namun nyatanya ia tak mendapatkan amarah dari sang paman.     

Tak begitu lama kemudian datanglah seorang profesor wanita, sebelum memulai pelajaran ia memberikan pengumuman bahwa anak-anak yang kemarin membully Elsa mendapatkan skors sebagai tindakan tegas dari pihak kampus. Ia juga berpesan kepada para mahasiswa yang lain untuk tak berbuat hal serupa, karena kampus akan langsung memberikan hukuman tak perduli mahasiswa itu anak siapa atau berasal dari keluarga mana. Setelah memberikan pengumuman, akhirnya pelajaran dimulai. Dua jam belajar teori membuat rasa kantuk Aaric kembali datang, hanya tidur selama tiga jam membuat Aaric tak bisa membuka kedua matanya dengan baik. Sampai akhirnya saat pergantian pelajaran tiba-tiba Aaric bangun dari kursi dan membuat semua orang kaget, termasuk profesor yang baru masuk kedalam kelas.     

"Ada apa Aaric?"tanya sang profesor.     

"Saya ingin meminta izin ke rest room prof,"jawab Aaric jujur.     

"Pergilah, ingat kau tak boleh pergi lebih dari sepuluh menit. Karena jika itu terjadi maka kau akan saya anggap tidak masuk kelas ini,"ucap sang profesor memberikan ultimatum pada Aaric.     

Aaric menganggukkan kepalanya dengan cepat, ia kemudian berjalan pergi menuju rest room untuk mencuci wajahnya. Namun saat akan sampai di rest room tiba-tiba langkah Aaric terhenti saat mendengar percakapan beberapa mahasiswa yang membicarakan soal Elsa yang membuat anggota mereka di skors pihak kampus.     

"Aku yakin pelacur kecil itu pasti sudah berbicara yang tidak-tidak pada para profesor, jadi Michael dan yang lain di skors."     

"Iya kau benar, aku yakin pelacur itu pasti sudah membuat laporan palsu."     

"Kalau memang benar begitu maka aku tak akan membiarkannya lolos, dia harus mendapatkan balasan yang setimpal."     

"Iya kau benar, demi kehormatan kelompok kita."      

Prok      

Prok     

Prok     

Aaric yang sejak tadi menguping tiba-tiba bertepuk tangan dengan keras, sehingga ketiga mahasiswa senior itu terkejut saat menyadari ada yang menguping pembicaraan mereka.     

"Siapa kau!!!"hardik seorang mahasiswa berambut panjang sepundak dengan keras pada Aaric.      

"Aku? Aku hanya seorang mahasiswa semester satu yang tak sengaja mendengar percakapan kalian yang ingin menyakiti seorang mahasiswi semester satu, hanya gara-gara teman kalian mendapat tindakan tegas dari pihak kampus,"jawab Aaric panjang lebar sambil memberikan sindiran tajam.      

"Kau menguping kami hah!!"hardik seorang mahasiswa lainnya yang berbadan lebih kecil dengan keras.     

Aaric menggelengkan kepalanya. "Aku tidak menguping, bukankah aku sudah bilang aku tak sengaja mendengar percakapan kalian. Lagipula aku ingin ke toilet, lalu kenapa kalian bercengkerama ditempat seperti ini? Apa kalian tak memiliki tempat yang lebih baik dari ini?"     

Brak     

Seorang pemuda yang paling tinggi langsung memukul pintu yang ada disampingnya dengan keras dan bergegas menghampiri Aaric.     

"Apa maumu, apa kau sudah bosan hidup hah?!"ucap pemuda itu tepat didepan wajah Aaric dengan suara berat tak bersahabat.     

"Aku masih ingin menikmati dunia, mana mungkin aku bosan hidup dan seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu. Tubuhmu dan kedua temanmu ini beraroma alkohol, kalian tahu kan peraturan di kampus ini apa? Jadi sebelum kalian ketahuan pihak kedisiplinan mahasiswa lebih baik kalian cari cara untuk menyelamatkan diri kalian, sebelum kalian memikirkan soal Michael dan teman-temannya yang kena skorsing pihak kampus,"jawab Aaric dengan cepat.     

Deg     

Mendengar perkataan Aaric membuat ketiga pemuda itu langsung mencium pakaiannya masing-masing, mereka bahkan mencium aroma yang keluar dari mulutnya sendiri-sendiri yang beraroma alkohol.      

"Fuck...kenapa kita tak menyadari ini, ayo pergi. Kita ganti baju dan kau tunggu pembalasan kami,"ucap seorang pemuda yang tadi berbicara tepat didepan wajah Aaric dengan penuh amarah, setelah berkata seperti itu ia lalu pergi menuju ke arah belakang kampus disusul kedua temannya yang terlihat panik. Karena memang di area kampus sangat dilarang sekali untuk meminum alkohol, jika hal itu dilanggar maka sang peminum harus rela di keluarkan secara tidak hormat dari kampus.      

Aaric yang awalnya ingin mencuci wajahnya pun membatalkan niatnya karena waktu 10 menit yang diberikan oleh sang profesor hampir berakhir, tanpa pikir panjang ia pun langsung kembali ke kelasnya sambil berlari karena takut kalau akan kehabisan waktu. Dan benar saja saat Aaric masuk sang profesor yang sedang memberikan pelajaran akan berjalan menuju pintu untuk menutup pintu dari dalam, namun karena Aaric sudah datang ia membatalkan niatnya dan meminta Aaric untuk duduk.     

"Terima kasih Prof,"ucap Aaric pelan dengan penuh hormat.     

"Cepatlah duduk, pelajaran akan dimulai lagi dan tutup pintu dibelakangmu itu,"jawab sang profesor dengan tegas.      

Tanpa diperintah dua kali Aaric lalu menutup pintu yang ada dibelakangnya dengan hati-hati supaya tak mengganggu yang lain, ketika Aaric berjalan menuju kursinya ia sengaja melewati kursi dimana Elsa duduk.     

"Berhati-hatilah banyak anak buah Michael yang akan menuntut balas padamu,"bisik Aaric lirih saat tepat berada didepan kursi Elsa.     

Elsa yang sedang menunduk karena membaca buku lalu mengangkat wajahnya dan menatap Aaric yang sudah duduk dibangkunya. "Urus saja dirimu, jangan perdulikan aku."     

Kedua Aaric terbuka lebar saat mendengar perkataan Elsa, ia tak menyangka Elsa akan bicara sekasar itu. Padahal dirinya sudah memberikan sebuah informasi penting, dengan kedua alis yang masih terangkat Aaric lalu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecut. Ia benar-benar tak menyangka akan mendapatkan sambutan yang sangat kasar seperti itu oleh seorang gadis, padahal selama ini ia selalu menjadi primadona bersama saudara kembarnya.      

Aaric pun akhirnya memutuskan untuk fokus pada pelajaran dan mencoba mengabaikan Elsa yang tak ramah padanya, sementara itu dari kursinya Elsa mengepalkan kedua tangannya penuh emosi.     

"Jangan pura-pura baik kau Willan brengsek, kau akan mati ditanganku cepat atau lambat. Kau harus membayar lunas hutang yang dibuat oleh ayahmu,"ucap Elsa dalam hati sambil terus menatap Aaric penuh dendam.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.