You Are Mine, Viona : The Revenge

Tak menyesal



Tak menyesal

0Ketiga wanita yang membully Elsa nampak sangat terkejut mendengar perkataan Aaric, mereka menatap Aaric dari ujung rambut sampai ujung kaki.      
0

"Semua pakaian pemuda ini harganya puluhan ribu dollar,"bisik seorang wanita berambut merah pada sang wanita berkepang dua.      

"Iya Misca, pemuda tampan ini bukan pemuda sembarang,"imbuh gadis lainnya pada gadis yang bernama Misca.      

Gadis berkepang dua yang bernama Misca itu pun kembali menatap Aaric tanpa berkedip, ia mendeteksi brand-brand pakaian yang dipakai oleh Aaric.     

"Jadi kau kekasih pelacur kecil ini?"tanya Misca dengan suara meninggi.      

"Elsa, nama kekasihku adalah Elsa. Dan satu lagi dia bukan pelacur seperti kalian, jadi jangan asal bicara atau kalian akan menyesal karena sudah menyebut kekasihku sebagai pelacur,"jawab Aaric dingin dengan penuh intimidasi.      

Jantung Elsa berdegup kencang mendengar perkataan Aaric, wajahnya pun terasa panas secara tiba-tiba. Dan bukan hanya Elsa saja yang salah tingkah, ketiga wanita yang sebelumnya membully Elsa pun juga terlihat memundurkan langkah kakinya tanpa sadar. Mendengar suara Aaric membuat mereka ketakutan tanpa sadar.      

"K-kalau kau memang kekasih dari perempuan ini, bayar kerugian yang sudah ia buat," ucap Mischa terbata memberanikan diri menjawab perkataan Aaric.     

Aaric terkekeh, ia melipat kedua tangannya di dada. "Memangnya apa yang sudah dilakukan oleh kekasihku ini?"     

Tanpa bicara si gadis berkepang dua itu langsung menunjukkan mobilnya yang mengalami sedikit goresan di body sebelah kanan, tempat dimana Elsa sebelumnya menjatuhkan barang bawaannya ke mobil itu.      

"Aku tak sengaja Aaric, aku tadi juga didorong oleh nona ini. Jadi aku menjatuhkan gelas kopi yang sedang ia bawa,"ucap Elsa mencoba membela diri sambil mencengkram lengan Aaric dengan keras, Elsa sangat sopan menyebut gadis bertato yang sebelumnya mendorongnya dengan sebutan nona.      

Jantung Aaric berdegup sangat kencang mendengar perkataan Elsa, ia merasa tak tenang melihat cara Elsa menatapnya. Perlahan Aaric menggerakkan tangannya ke arah tangan Elsa yang sedang berada ditangannya itu, lalu melepaskan tangan Elsa dari lengannya dan berjalan menuju mobil milik Misca yang sebelumnya ditabrak Elsa.     

"Sebagai seorang pria yang sangat mencintainya kekasihnya aku percaya dengan apa yang dikatakan oleh kekasihku ini, lagi pula yang dikatakan kekasihku ini adalah sebuah kejujuran. Aku yakin sekali goresan yang berada di body mobil ini bukan sebuah goresan baru, ini adalah sebuah goresan yang sudah cukup lama berada di mobilmu nona,"ucap Aaric pelan sambil menunjuk ke arah goresan yang berada di mobil Misca.     

Wajah Elsa dan kedua anak buahnya terlihat pucat mendengar perkataan Aaric, mereka sepertinya sudah salah sasaran kali ini. Karena pria yang berada di hadapannya saat ini adalah pria yang mengerti tentang mobil, tak seperti para korban-korbannya mereka yang sebelumnya.     

"Benar kan apa yang aku katakan ini,"imbuh Aaric kembali sambil melipat kedua tangannya di dada menantang ke tiga gadis yang berdiri tak jauh dari Elsa tanpa berkedip.      

"Kau bicara apa, jangan asal menuduh. Jelas-jelas gadis ini yang sudah membuat goresan pada mobilku ini,"sahut Misca kembali dengan suara meninggi.      

"Benarkah? Kalau begitu kita bawa mobil ini ke showroom dan tanya pada mereka, apalah goresan ini sudah ada dari lama atau goresan baru,"ucap Aaric pelan menantang Misca untuk memeriksakan mobilnya ke showroom.     

"I-itu…"     

"Aku bukan setahun atau dua tahun mengendarai sebuah mobil nona, jadi jangan asal bicara seperti itu atau aku akan membuat anda bertiga mendekam di penjara karena sudah mencoba memeras seorang gadis tak bersalah seperti kekasihku ini,"imbuh Aaric kembali memotong perkataan Misca.     

Misca dan kedua temannya semakin takut saat Aaric menyinggung soal penjara, tanpa bicara apa-apa ketiga gadis itu lalu bergegas masuk ke dalam mobil melewati Elsa dan Aaric. Tak lama kemudian mobil chevrolet yang cukup antik itu pun pergi dengan kecepatan tinggi, Aaric pun tersenyum melihat ketiga wanita penipu itu pergi. Akan tetapi senyumnya perlahan memudar saat melihat Elsa tertunduk, rasa iba pun datang dalam dirinya ketika melihat pipi Elsa yang memerah.      

Tanpa bicara Aaric berjalan mendekati Elsa dan meraih pipi Elsa yang memerah. "Kau baik-baik saja kan?"     

Elsa menatap Aaric dengan mata berkaca-kaca. "Te-terima kasih Aaric, aku tak tahu kalau tak ada kau tadi mungkin aku sudah…"     

"Sudah, jangan bicara lagi. Ayo ikut aku,"ucap Aaric dengan cepat memotong perkataan Elsa, dengan perlahan Aaric menyeka air mata Elsa yang masih tersisa di wajah cantiknya.      

Elsa hanya diam saat Aaric menyentuh wajahnya, setelah dimaki-maki sang paman pasca gagal melaksanakan tugasnya suasana hati Elsa kini sangat kacau. Karena itu ia hanya diam saat disentuh oleh Aaric seperti itu, Elsa berjalan sambil tertunduk mengikuti langkah Aaric menuju mobil Range Rover kesayangannya.      

"Pasang sabuk pengamanmu Elsa,"ucap Aaric pelan sambil melirik ke arah Elsa yang duduk masih tertunduk.      

Elsa mengangkat wajahnya dan menatap Elsa dengan mata yang masih basah.      

"Akhh..kau ini,"gerutu Aaric lirih sambil memakaikan sabuk pengaman ke tubuh Elsa.      

Setelah berhasil memakaikan sabuk pengaman di tubuh Elsa, Aaric lalu menginjak gas mobilnya meninggalkan tempat itu tanpa berbicara apapun.      

"Dimana tempat tinggalmu Elsa?"tanya Aaric pelan saat sudah mengemudi mobil selama hampir lima belas menit.      

"A-aku tak mau pulang ke apartemen,"jawab Elsa terbata.     

"Lalu kau mau kemana?"tanya Aaric bingung.     

"Kemanapun asal bukan ke apartemenku, aku tak mau berbicara dengan pamanku Aaric,"jawab Elsa lirih.     

"Paman, kau sedang bertengkar dengan pamanmu?"tanya Aaric kembali.     

Elsa mengalihkan pandangannya ke arah jendela, ia diam tak menjawab pertanyaan Aaric. Melihat sikap Elsa yang mengalihkan pandangannya seperti itu Aaric menghela nafas panjang, ia pun langsung membanting setir mobilnya ke arah kiri menuju ke sebuah jalan menuju hotel. Menyadari dirinya dibawa ke hotel Elsa hanya diam, ia tak memberikan respon apapun. Elsa masih mengunci rapat bibirnya saat Aaric sedang berbicara dengan seorang manager hotel dan resepsionis saat ia memesan sebuah kamar, yang Elsa lakukan justru melihat kearah sekeliling lobby tempatnya berada saat ini. Mengagumi interior hotel bintang lima tempat di mana Aaric membawanya pergi.      

"Kamar president suit lantai 30, silahkan ini kuncinya tuan,"ucap seorang resepsionis dengan lembut pada Aaric saat ia menyerahkan kunci kamar milik Aaric.     

"Terima kasih,"jawab Aaric singkat.     

"Kalau anda butuh sesuatu jangan sungkan untuk langsung menghubungi saya Tuan,"ucap sang manager hotel pada Aaric sambil menoleh ke arah Elsa, Aaric yang paham dengan arah pembicaraan sang manager yang berada di hadapannya itu hanya tersenyum tipis.      

Aaric kemudian melangkahkan kakinya mendekati Elsa. "Kalau kau mau pergi aku tak melarangmu sebelum kau…"     

"Aku tak mau pulang, aku mau bersamamu malam ini,"sahut Elsa dengan cepat memotong perkataan Aaric.     

"Kau serius? Kau tak menyesal?"     

Elsa menatap Aaric dengan mata sendunya, kesedihan nampak tergambar jelas di dalam sana. "Aku tak akan menyesal."      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.