You Are Mine, Viona : The Revenge

Darah Willan



Darah Willan

0Viona tersenyum saat menatap ponselnya, ia terharu kedua putranya langsung mengabari dirinya begitu mereka tiba di negara tujuan masing-masing.      
0

"Anda kenapa dokter?" tanya suster Tina kepada Viona yang sedang berkaca-kaca menatap ponselnya.      

"Tidak aku tidak apa-apa, aku hanya sedang membaca pesan yang dikirimkan oleh anak-anakku,"jawab Viona jujur, kedua mata indahnya terlihat penuh dengan airmata.      

"Kedua pangeran tampan itu kah, wah pasti menyenangkan kalau seandainya aku punya anak perempuan. Aku pasti sudah menjodohkan kepada salah satu anak anda hehe,"kelakar suster Tina mencoba melucu.     

Senyum Viona mengembang mendengar perkataan suster Tina. "Ya sudah kalau begitu buat anak lagi sus."     

"No dok, aku dan suamiku tak mungkin punya anak lagi. Kami sudah berkomitmen dari awal untuk hanya punya anak satu saja,"sahut suster Tina dengan cepat.      

Viona terkekeh mendengar perkataan sang asisten yang menemaninya sejak masih gadis itu, sebenarnya sejak suster Tina menikah dengan dokter Robert ia diminta oleh suaminya itu untuk berhenti bekerja dan fokus dirumah mengurus anak. Akan tetapi karena ia sangat menyukai Viona dan pekerjaannya akhirnya suster Tina merayu suaminya itu untuk tetap memperbolehkan dirinya bekerja, alhasil dokter Robert pun tak bisa melarang istrinya lagi. Karena itulah setelah masa cutinya selesai pasca melahirkan anak ketiganya dengan selamat, akhirnya ia langsung kembali bekerja mendampingi Viona menjadi asisten pribadinya sampai saat ini.      

"Seharusnya dua anakmu itu…"     

"Kedua anak pertama saya dulu laki-laki semua kalau mereka lahir dengan selamat dok, mungkin saja saat ini saya sudah memiliki tiga anak laki-laki kalau seandainya mereka bisa aku lahirkan dengan selamat,"ucap suster Tina dengan cepat memotong perkataan Viona.     

Viona tersenyum, ia kemudian menepuk tangan asistennya itu dengan lembut. "Semua sudah ditakdirkan Tuhan dengan sangat indah, percayalah."     

Suster Tina yang ingin menangis karena mengingat lagi peristiwa mengenaskan itu kini kembali tersenyum, ia senang karena di saat ia terpuruk pasca dua kali mengalami keguguran Viona selalu ada disampingnya. Karena itulah setelah melahirkan anak ketiganya dengan selamat suster Tina meminta izin pada suaminya untuk kembali bekerja, awalnya dokter Robert melarang istrinya itu untuk kembali bekerja. Namun karena melihat sang istri terlihat sangat kesepian di rumah seorang diri mengurus anak akhirnya dokter Robert pun memperbolehkan istrinya itu untuk kembali bekerja, dengan catatan apabila ia lelah dengan semua pekerjaannya di rumah sakit maka ia harus berhenti saat itu juga. Dan suster Tina menyanggupi syarat yang diberikan oleh suaminya itu sampai akhirnya ketika anaknya sudah berumur 15 tahun saat ini, ia masih saja mendampingi Viona menjadi asisten pribadinya dan saling berbagi pengalaman ketika membesarkan anak laki-laki yang sudah beranjak dewasa.      

"Ya sudah ayo kita kerja lagi, jangan sedih sus. Semuanya sudah berlalu, sekarang anakmu juga sudah dewasa. Kita tinggal melihat mereka tumbuh bersama, mencapai mimpi-mimpi mereka dan kita akan terus bersahabat seperti ini sampai kita tua nanti. Seperti janji kita dulu,"ucap Viona lembut mencoba mengingatkan soal perjanjian lamanya dengan suster Tina saat mereka masih sering pergi keluar bersama pasca pulang bekerja.      

"Amin, ingat ya dok. Jangan lupakan janji itu, kita harus bersama sampai kita tua nanti,"sahut suster Tina penuh semangat.     

Viona menganggukan kepalanya sambil tersenyum. "Ya sudah kita bekerja dulu, ayo kita periksa pasien."      

"Baik dok!!"     

Setelah berbincang dan saling mengingatkan soal janji di masa lalu, Viona dan suster Tina pun akhirnya kembali melanjutkan pekerjaan mereka untuk memeriksa pasien yang baru saja dioperasi 2 hari yang lalu. Kegundahan hati Viona akan kepergian anak-anaknya pun terobati saat bertemu dengan pasien-pasiennya itu, dari semua orang yang dekat dengan Viona hanya suster Tina sajalah yang memiliki anak laki-laki sama seperti dirinya dan yang lain semuanya memiliki anak perempuan termasuk dengan suster Chloe. Karena itulah Fiona menjadi lebih dekat dengan suster Tina karena sering berbagi masalah perkembangan anak-anak mereka.     

Sejak profesor Frank, profesor William, profesor Dexter dan Andrew memiliki anak perempuan mereka menjadi lebih akrab satu sama lain. Mereka bahkan tidak segan untuk pergi bersama untuk memeriksakan anak-anak mereka ke dokter spesialis atau sekedar menemani mereka bermain di taman, sama-sama memiliki anak perempuan membuat mereka berempat menjadi saling menguatkan satu sama lain dan bersumpah akan menjaga anak mereka dengan baik sampai mereka anak-anak itu memiliki suami. Mengingat masa lalu profesor Frank yang sangat kelam dengan bergonta-ganti pasangan membuatnya takut kalau anaknya akan mendapatkan karma buruk atas perbuatannya, karena itulah ia tak mau melepaskan pengawasan pada anaknya. Sehingga pada saat Denise putri semata wayangnya itu mengatakan ingin masuk ke sekolah asrama dengan tegas profesor Frank menolak permintaan anaknya itu, ia takut kehidupan asrama akan merusak anaknya yang masih polos itu. Meskipun sekolah yang akan dimasuki oleh sang putri adalah sekolah khusus wanita, namun tetap saja profesor Frank menolak permintaan putrinya untuk masuk ke sekolah asrama.  Dan akhirnya Denise tetap bersekolah di sekolah biasa, sampai akhirnya ia bisa masuk kuliah dengan cepat karena kepintarannya yang diatas rata-rata dan menjadi mahasiswa kedokteran paling muda di angkatan nya saat ini.      

Endurance Corporation     

Fernando terlibat sangat serius ketika membaca pesan yang dikirimkan kedua putranya, ia senang karena Abby akhirnya tiba di Italia dengan selamat.      

"Selamat berjuang anak-anakku, maafkan Daddy harus melakukan ini. Bukan karena Daddy tidak sayang pada kalian, Daddy sangat mencintai kalian melebihi apapun. Daddy melakukan ini untuk kebaikan kalian, untuk masa depan kalian anakku. Jadilah pria kuat yang mampu berdiri diatas kaki kalian sendiri, jadilah seorang Willan sejati,"ucap Fernando lirih sambil menatap foto keluarga yang baru diambil kemarin sebelum keberangkatan kedua anaknya ke Italia dan Korea.      

Justin dan Harry yang mendengar perkataan sang Tuan hanya tersenyum dan tak berani berbicara ataupun tak cukup berani untuk mengomentari perkataan sang tuan, yang sedang mengingat anak-anaknya yang saat ini sudah berada di negara masing-masing tempat mereka akan menghabiskan hidupnya selama beberapa tahun kedepan itu seperti keinginan Fernando.      

Fernando ingin membuat anak-anaknya menjadi seorang laki-laki tangguh yang tak terkalahkan, walaupun tujuan Fernando sebenarnya adalah ingin membuat semua orang tahu bahwa seorang Willan bukanlah orang yang bisa diremehkan. Pasalnya selama ini ia sudah sangat muak sekali mendengar gunjingan banyak orang, yang mengatakan kalau anak-anaknya itu suatu saat pasti akan langsung memimpin perusahaan keluarga tanpa harus melakukan usaha sendiri terlebih dahulu. Karenanya ia ingin mematahkan omongan-omongan itu dengan mengirim kedua anaknya ke luar negeri dan berharap kedua anaknya itu akan membuat semua orang mengakui mereka bahwa seorang Willan tidaklah butuh dukungan apapun dari orang tua mereka untuk bisa menjadi penguasa, maka dari itu ia melarang anak-anaknya memakai nama belakangnya selama mereka berada di luar negeri.     

"Terbanglah nak, kembangkan diri kalian dan buat dunia takluk di bawah sayap kalian,"ucap Fernando kembali sambil tersenyum.      

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.