You Are Mine, Viona : The Revenge

New life, new face



New life, new face

0Hari perpisahan pun tiba, Viona sudah menghubungkan dirinya untuk tak menangis di bandara. Ia tak ingin kedua anaknya sedih melihatnya meneteskan air mata dihari perpisahan mereka, karena itulah Viona memakai kacamata hitam sejak dari rumah. Fernando yang melihat sang istri bersikap seperti itu hanya bisa diam dan tak ingin merusak suasana hatinya lebih jauh lagi, karena selama ini Viona tak pernah berpisah dengan anak-anaknya secara bersamaan dalam waktu yang lama seperti ini.      
0

"Ok, ini adalah saatnya. Aku percayakan anak-anakku pada kalian berempat, Jangan kecewakan aku dan istriku, bantu mereka menjadi pria pria tangguh yang bisa bertahan di luar sana. Dan satu lagi jangan pernah menghianati kepercayaan anak-anakku, karena itu sama saja kalian mengkhianatiku dan kalian tahu bukan hukuman seperti apa yang akan Fernando Grey Willan berikan kepada seorang pengkhianat,"ucap Fernando pelan di hadapan Loren, Bruce, Jordan dan Marco. Keempat pria yang akan mendampingi Abby dan Aaric menjalani hidup mereka di luar negeri.     

"Siap Tuan, kami mengerti,"jawab keemat pria itu kompak.     

Fernando menatap Bruce tanpa berkedip, ini adalah kali pertama ia melihat Bruce.      

"Meskipun kau bukanlah orang yang aku pilih secara langsung, namun karena putraku sudah memilihmu maka aku percaya padamu Bruce. Jaga Aaric dengan baik,"ujarnya pelan dengan sebuah senyum hangat yang tersungging di wajahnya.     

"Saya akan melayani bos dengan baik Tuan dan yang pastinya saya tidak akan mungkin menghianatinya karena dia adalah penyelamat saya,"sahut Bruce penuh keyakinan.     

"Baguslah, aku percaya padamu,"jawab Fernando kembali sambil mengulurkan tangannya ke arah Bruce yang akhirnya disambut dengan sedikit gugup Bruce, berhadapan langsung dengan seorang Fernando Grey Willan membuatnya gugup.     

Setelah berbicara dengan keempat orang yang akan mengawal kedua putranya menjalani hidup baru di luar negeri, Fernando kemudian bergabung dengan sang istri yang masih memeluk kedua putranya di sisi yang lain.      

"Babe, pesawat mereka akan segera lepas landas,"bisik Fernando lembut pada Viona.      

"Aku tahu, tunggu sebentar. 5 menit lagi,"jawab Viona dengan suara serak menahan tangis.      

Fernando menghela nafas panjang mendengar perkataan sang istri ia kemudian ikut memeluk istri dan kedua anaknya itu dengan erat selama beberapa saat, sampai akhirnya mereka pun harus melepaskan pelukannya pada kedua putranya karena nama Aaric dan Abby sudah dipanggil oleh maskapai penerbangan yang akan membawa mereka ke tempat tinggal baru mereka.      

"Ingat pesan Mommy, jauhi narkoba. Mommy tak melarang gaya hidup kalian tapi jauhi narkoba dan sejenisnya, obat-obatan itu akan merusak tubuh kalian yang pasti akan menghancurkan mental kalian. Dan satu lagi jangan rusak tubuh kalian dengan memasukkan tinta tinta tato yang berukir-ukir seperti orang-orang di luar sana, Mommy tidak rela melihat tubuh-tubuh kalian memiliki gambar-gambar seperti itu,"ucap Viona lirih dengan suara yang hampir tak terdengar.      

Aaric meraih wajah sang ibu yang tertunduk dan menyeka tetesan air mata yang mengalir dari kacamata hitamnya. "Aaric tak mungkin melakukan hal seperti itu, tenang saja Mom."     

"Iya Mom, lagipula Aku tak suka melihat tubuhku yang indah ini memiliki tato. Aku tak mau bulu-bulu halus yang berada di sekujur tubuhku dikalahkan jarum tato,"imbuh Abby berkelakar, ia mencoba untuk membuat ibunya agar tidak menangis dengan mengatakan lelucon seperti itu.      

Viona pun tertawa mendengar perkataan putra pertamanya itu, tak lama kemudian ia kembali mencium kedua anaknya dengan penuh kasih sayang satu persatu mulai dari pipi, hidung dan kening tak ada yang terlewat.      

"Pergilah anakku, cari jati diri kalian. Mommy akan menunggu kalian kembali,"ucap Viona kembali saat kedua putranya akan masuk ke pesawat masing-masing.     

"Kami berangkat mom, jaga kesehatan dan jangan sungkan untuk menghubungi kami jika Daddy macam-macam,"jawab Aaric pelan sambil melirik ke arah sang ayah.      

"Betul Mom, jangan khawatir dan Daddy tolong ingat tak ada wanita lain yang lebih cantik dan sempurna dari Mommy. Jadi jangan pernah berfikir untuk berbuat curang di belakang Mommy,"imbuh Abby tak mau kalah ikut mengancam sang ayah.      

Fernando terkekeh mendengar perkataan kedua buah hatinya itu, ia kemudian melingkarkan tangannya di pinggang Viona dengan posesif sambil menatap tajam ke arah Abby dan Aaric. "Kalian tak usah khawatir, sejak berpuluh-puluh tahun lalu mata Daddy hanya tertuju pada Mommy kalian. Jadi tenang saja, justru kalian lebih baik berkata seperti itu pada Mommy kalian supaya tidak meninggalkan Daddy. Karena Daddy masih bisa memuaskan suami diatas ranjang, seperti saat masih muda dulu."     

Bug, Viona memukul perut Fernando dengan cukup keras.     

"Babe!!!"     

"Rasakan, makanya jangan asal bicara seperti itu. Dasar mesum!!"sahut Viona ketus.      

Fernando yang masih kesakitan tak merespon perkataan sang istri, ia tak menyangka pukulan dari istrinya itu begitu menyakitkan. Padahal selama ini ia sudah sering menerima pukulan seperti itu, namun tetap saja ketika dipukul lagi ia masih kesakitan. Loren, Bruce, Jordan dan Marco hanya tersenyum melihat kemesraan tuan dan nyonya mereka, mereka terpukau dengan keharmonisan sepasang suami istri yang sudah tak muda lagi itu. Sementara Aaric dan Abby hanya bisa tertawa kecil melihat sang ibu memukul ayahnya, Abby dan Aaric akhirnya memberikan satu pelukan terakhir sebelum akhirnya mereka masuk ke gate keberangkatan karena pesawat benar-benar akan lepas landas dalam waktu beberapa menit lagi.      

Viona masih melambaikan tangannya ke arah kedua putranya yang akhirnya menghilang dari pandangan matanya.      

"Percayalah, anak-anak kita akan jadi pria hebat,"ucap Fernando lembut mencoba menenangkan sang istri.      

"Aku tahu, hanya saja rasanya sedih sekali harus membiarkan mereka hidup mandiri tanpa dukungan finansial dari kita setiap bulan,"jawab Viona dengan cepat sambil menyeka air matanya.     

"Tenang saja, mereka pasti bisa melaluinya dengan baik. Percaya padaku, Willan sejati tak akan mungkin mudah menyerah,"sahut Fernando penuh keyakinan.      

"Semoga saja."      

Fernando pun mendaratkan kecupannya di pucuk kepala sang istri saat melihat satu persatu pesawat yang membawa anak mereka terbang, meninggalkan tanah Kanada menuju ke tempat tujuan masing-masing.      

"Pergilah nak, taklukkan dunia. Buat semua orang tau siapa Willan yang sebenarnya." Batin Fernando dengan mata berkaca-kaca, ia sebenarnya tak tega meminta anaknya pergi dan berjuang sendiri di luar negeri. Akan tetapi karena ia tak mau anaknya hidup tanpa pengalaman akhirnya Fernando terpaksa melakukan ini demi kebaikan kedua putra kebanggaannya.     

"Tenang nak, Daddy akan menjaga perusahaan dengan baik untuk kalian dalam waktu 20 tahun kedepan. Sampai akhirnya kalian siap untuk memimpin perusahaan-perusahaan kita, seperti harapan kakek kalian Jacob."     

Senyum Fernando mengembang saat mengingat rencana-rencana yang ia buat untuk anak-anaknya itu, karena pesawat yang membawa Aaric dan Abby sudah tak terlihat Fernando lalu mengajak Viona untuk pulang. Setelah ini Fernando berniat mengajak sang istri pergi bulan madu kembali, merajut cinta mereka kembali seperti waktu masih muda dulu.      

****     

Rumah sakit saint Michael, Paris.     

"Gadis ini memiliki luka bakar yang cukup besar dok."     

"Iya dok, kasihan. Padahal dia sangat cantik."     

Seorang dokter pria paruh baya itu pun tersenyum hangat. "Tenang, akan kubuat nona ini kembali cantik. Ayo kita mulai tugas kita."      

Tak lama kemudian para dokter spesialis bedah plastik itu pun melakukan tugasnya memperbaiki struktur wajah seorang gadis yang ditemukan Leonel sang dokter hewan di depan kliniknya, Leonel yang merupakan anak dari dokter yang tengah memimpin jalannya operasi plastik itu kini duduk didepan ruang operasi dengan gelisah.      

"Kau pasti akan sembuh... percaya padaku Elsa."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.