You Are Mine, Viona : The Revenge

Orang tua terbaik



Orang tua terbaik

0Pada saat jam istirahat Abby memilih untuk tidur, ia tak pergi ke kantin untuk mengisi perutnya. Padahal dari pagi ia tak makan apa-apa, rasa kantuk mengalahkan rasa lapar di perutnya. Sementara itu di kantin Martin Kane dan anak buahnya sudah menunggu Abby, mereka berniat ingin memberikan pelajaran kepada Abby karena sudah berani menggoda banyak gadis cantik di kelas. Walaupun pada kenyataannya para gadis itulah yang mendekati Abby terlebih dahulu, ia juga penasaran kenapa Abby kemarin bisa naik mobil mewah.      
0

"Sepertinya ada yang sedang kau tunggu Kane,"ucap Theo Ferguson tiba-tiba membuat Martin Kane dan anak buahnya yang sedang fokus menatap ke arah pintu masuk kantin menoleh ke arahnya.      

"Jangan buat mood ku semakin rusak Theo,"jawab Martin ketus.     

"Woo relax dude, aku datang dengan damai. Lagipula aku hanya asal bicara saja tadi,"sahut Theo Ferguson kembali.      

"Cih, kau asal bicara. Aku tahu siapa kau Theo."     

Theo tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Martin Kane, Theo tahu siapa Martin karena itulah ia tak marah meskipun Martin bicara sekasar itu kepada dirinya. Tanpa rasa sungkan Theo langsung duduk disamping Martin, ia duduk sambil melingkarkan tangannya ke pundak Martin.     

"Katakan padaku, siapa yang membuat mood mu hancur? Apa dia tak tahu siapa Martin Kane ini heh,"ucap Theo Ferguson kembali mencoba mengorek informasi dari Martin Kane.     

"Pergi kau, jangan ganggu aku Theo. Aku benar-benar dalam mood yang tak baik sekarang, jadi jangan buat aku marah padamu,"jawab Martin ketus sambil melepaskan tangan Theo Ferguson dari pundaknya.     

"Abraham Alexander bukan? Anak itu kan yang mengganggumu,"celetuk Theo Ferguson tiba-tiba.     

Mendengar nama Abby disebut oleh Theo perlahan Martin menoleh ke arah sang kakak kelasnya itu.     

"Wo wo wo...relax jangan marah dude, tapi kalau melihat ekspresi yang kau berikan ini berarti apa yang aku katakan tadi benar bukan? Anak itu lagi yang membuat masalah denganmu, setelah ia merebut posisiku sebagai pangeran kampus kini ia mengusikmu. Benar-benar punya nyali anak itu,"ucap Theo Ferguson memanas-manasi Martin.      

"Merebut posisimu sebagai pangeran kampus? Apa aku tak salah dengar?"tanya Martin ketus.     

"Semua mahasiswa tahu siapa pangeran kampus ini dude, akan tetapi karena sebentar lagi aku akan lulus maka posisi itu aku berikan padamu. Dari semua mahasiswa yang ada di kampus ini hanya kaulah yang memenuhi kriteria sebagai penerusku yang…"     

"Jangan berkhayal Theo, tanpamu aku juga bisa menjadi pangeran di kampus ini. Apalagi nama keluargaku lebih bersinar dari keluargamu, bukankah keluarga Ferguson adalah salah satu rekan bisnis dari Richard Gyle yang ditangkap tadi pagi ya? Haha pikirkan dulu nasib keluargamu Theo, baru setelah itu kau bisa sombong." Dengan tegas Martin memotong perkataan Theo.      

Wajah Theo memerah mendengar perkataan Martin, meskipun keluarganya tak ada hubungan apa-apa dengan Richard Gyle namun karena ayahnya sering menemani Richard Gyle di berbagai kesempatan maka orang-orang mengira keluarga Ferguson dekat dengan Richard Gyle. Maka dari itu saat Richard Gyle tertangkap tadi pagi ayah Theo dikejar-kejar wartawan untuk dimintai keterangan.      

"Kau akan menyesal karena menolak niat baikku Martin, lihat saja kau pasti akan dipermalukan oleh Abraham Alexander itu. Camkan perkataanku baik-baik,"ucap Theo Ferguson kesal, setelah berkata seperti itu ia pun pergi meninggalkan kantin bersama anak buahnya.      

Disinggung soal Richard Gyle yang tertangkap karena kasus asusilanya membuat Theo kesal, ia merasa sedikit terganggu akan hal itu. Pasalnya banyak orang yang mengira keluarganya sedekat itu dengan Richard Gyle sang tersangka yang kini masih mendapatkan perawatan intensif itu, Theo merasa terbebani atas apa yang menimpa Richard Gyle. Padahal jelas-jelas keluarganya tak ada hubungan apa-apa dengan pria itu.      

Saat Theo sedang kesal karena ucapan Martin tiba-tiba ia dikagetkan dengan Abby yang sedang berjalan menuju toilet bersama sekitar delapan gadis yang mengikutinya dari belakang, karena tahu Martin Kane sangat membenci Abby yang sedang digilai para gadis itu Theo tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dengan cepat ia meraih ponselnya dan mengambil foto Abby beberapa kali, meskipun dari jauh akan tetapi hasil fotonya sangat jelas. Setelah mendapatkan foto-foto terbaik Abby dan para gadis cantik itu, Theo lalu mengunggah foto-foto itu di forum kemahasiswaan. Sebagai seorang senior Theo punya hak untuk melakukan itu, karenanya ia menggunakan kekuasaannya untuk memposting foto-foto Abby.      

"Mari kita siram minyak ke api yang sedang membara,"ucap Theo Ferguson lirih saat mengunggah foto Abby ke forum kemahasiswaan.      

"Kau benar-benar jenius bos,"celetuk Joe salah satu anak buah Theo dengan cepat.      

"Tentu saja, akan kubuat si Martin Kane itu makin panas."     

Mendengar perkataan Theo semua anak buahnya tertawa terbahak-bahak, tak lama kemudian mereka akhirnya pergi dari tempat itu menuju kelasnya karena jam perkuliahan akan dimulai lagi.      

Sementara itu Abby yang diikuti terus para fansnya merasa risih, ia ingin pergi ke toilet saat ini tapi para gadis itu tak juga menjauh darinya. Seolah sudah tak punya rasa malu para gadis itu membuntuti Abby sampai di depan toilet.     

"Aku ingin buang air, apa kalian akan menungguku disini?"tanya Abby untuk kesekian kalinya.      

"Iya tak masalah Abby, kami akan menunggumu."     

"Betul Abby, kami akan sabar menunggumu buang air."     

"Kalau boleh bahkan kami ingin ikut hihihi...kami ingin melihat perut sixpack mu Abby."     

Abby menghela nafas panjang mendengar perkataan para gadis yang ada di hadapannya itu, ia pun memutar otak mencari jalan keluar agar para gadis itu pergi dari hadapannya dan berhenti untuk mengikutinya lagi.      

"Bagaimana Abby, apa kamu boleh masuk?"tanya seorang mahasiswi semester lima tiba-tiba membuyarkan lamunan Abby.      

"Kalian boleh masuk akan tetapi aku punya syarat,"jawab Abby dengan cepat.     

"Apa syaratnya Abby?"Para gadis itu bertanya dengan kompak.      

"Syaratnya adalah sebutkan dari mana asal Napoleon Bonaparte,"ucap Abby pelan.     

"Akh gampang, tentu saja dari Perancis."     

"Betul sekali, dia kan tokoh besar. Seluruh dunia tentu tahu siapa dia."     

"Benar, Napoleon Bonaparte adalah salah satu jendral besar Perancis yang seluruh dunia tahu."     

Abby tersenyum mendengar perkataan para gadis di hadapannya. "Jawaban kalian salah, jadi sekarang kalian pergi dari tempat ini dan jangan ikuti aku lagi."     

"Salah bagaimana? Jangan mengada-ada Abby."     

"Iya kau jangan curang Abby, jelas-jelas Napoleon berasal dari Perancis."     

"Tenang, dengarkan aku dulu. Bukankah aku tadi bertanya dari mana asal Napoleon Bonaparte bukan dari negara mana Napoleon Bonaparte, karena kalian semua menjawab Perancis tentu saja salah. Karena bukan itu jawabannya,"jawab Abby sambil tersenyum.     

"Lalu apa jawabannya?"tanya para gadis itu kembali dengan kesal.     

"Dari benih ayah dan sel telur ibunya tentu saja."     

Deg      

Para gadis itu langsung diam tanpa suara, tak ada satupun diantara mereka yang membantah perkataan Abby. Karena yang Abby katakan benar, sesuai dengan perjanjian akhirnya para gadis itu pun pergi dari hadapan Abby. Setelah memastikan para gadis itu pergi Abby kemudian masuk kedalam kamar mandi untuk mencuci wajahnya, niatnya untuk buang air kecil pun hilang karena berdebat dengan para gadis itu.      

"Dari benih ayah dan sel telur ibu,"ucap Abby kembali mengulang perkataannya kembali, tiba-tiba ia tersenyum karena bersyukur terlahir dari benih seorang Fernando Grey Willan dan sel telur wanita luar biasa Viona Angel.      

"I Miss you Mom, dad…"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.