You Are Mine, Viona : The Revenge

Willan? tak bisa dipercaya



Willan? tak bisa dipercaya

0Fernando duduk di sofa sambil menyilangkan kedua tangannya di dada, menatap sang adik dan istrinya yang baru saja kepergok bercumbu. Ia bener-bener tak mengerti kenapa Frank tak berubah.      
0

"Tahan nafsu gilamu itu Frank, ini rumah sakit dan sekarang kau adalah wakil direktur. Nama dan jabatanmu tinggi, jangan rusak semuanya dengan kegilaanmu itu,"hardik Fernando dengan suara meninggi.     

Profesor Frank terkekeh. "Pertama aku bermesraan dengan istriku, kedua ini ruanganku tak akan ada yang berani masuk tanpa izin dariku kecuali orang brengsek sepertimu."     

"Tetap saja Frank, kita tak akan tahu siapa saja yang akan datang atau masuk ke ruanganmu dan kau Louisa seharusnya kau bisa menahan nafsu gila suamimu ini."      

Dokter Louisa menundukkan wajahnya, ia merasa malu karena kemesraannya dengan sang suami diketahui sang kakak ipar.      

Melihat Louisa menunduk Fernando menghela nafas panjang, ia tahu ini bukanlah salah Louisa. Ia tahu siapa biang keladinya. "Kembalilah bekerja, aku ingin bicara empat mata dengan suami brengsekmu ini."     

"Ba-baik, saya permisi." Louisa langsung menjawab perkataan Fernando dan bergegas keluar dari ruangan suaminya dengan wajah yang sudah semerah kepiting rebus.      

Profesor Frank memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya, terlihat menantang Fernando yang duduk dihadapannya. "Kenapa kau datang tanpa pemberitahuan? Kau ini masih sama menyebalkannya seperti dulu Fernando, tak berubah."     

"Kenapa jadi kau menyalahkan aku? Pertama ini adalah rumah sakitku, aku bisa datang kapan saja dan kedua aku adalah kakakmu aku bisa bebas mengunjungimu,"jawab Fernando tanpa rasa bersalah.     

"Fuck...kau memang menyebalkan Fernando, cepat katakan apa maumu? Kau sudah membuat juniorku tersiksa karena tak berhasil menyelesaikan misinya, kalau tujuanmu datang kesini untuk hal tak penting maka kau harus membayar denda padaku,"sengit profesor Frank dengan suara meninggi.      

Fernando tersenyum sinis, ia kemudian menggerakkan tangannya menepuk sofa. "Duduklah, ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu."      

Dengan patuh profesor Frank kemudian duduk di sofa tepat didepan Fernando, begitu sang adik duduk Fernando kemudian mulai berbicara serius membahas Denise putri tunggal dari keluarga Willan. Wajah profesor Frank memerah menahan emosi saat mengetahui putrinya mendapatkan perundungan di kampusnya, ia tak menyangka Denisenya yang manis dan baik hati itu menjadi korban bully teman dan mantan kekasihnya.     

"Kau jangan marah pada Denise, karena putriku itu hatinya terbuat dari putik bunga yang rapuh. Yang harus kau pikirkan adalah bagaimana cara menjaganya, ingat Frank saat ini Denise sudah tumbuh dewasa. Dia cantik dan pintar, tanpa memakai nama Willan di belakang namanya saja ia sudah menjadi pusat perhatian banyak orang. Bayangkan jika ia memperkenalkan dirinya sebagai princess yang berharga dari keluarga Willan, aku khawatir musuh-musuh keluarga kita akan mengincarnya,"ucap Fernando panjang lebar, menutup ceritanya.      

"Apa yang kau katakan ini benar Fernando?"     

Fernando menatap tajam adiknya. "Menurutmu aku datang jauh-jauh ke rumah sakit menggunakan helikopter, hanya untuk sebuah kebohongan di saat pekerjaan di kantorku sedang sangat menumpuk dan banyak deadline yang harus aku selesaikan bersama dua putraku begitu? Kau sudah gila Frank, ingat Denise bukan hanya putrimu. Dia juga putriku, kalau terjadi apa-apa dengannya maka kau adalah orang pertama yang akan aku minta pertanggungjawaban. Jaga baik-baik putrimu, gunakan orang-orangmu untuk mengawal Denise."     

Rahang profesor Frank mengeras. "Kau tenang saja, siapapun pria yang berani menyentuh kulit putriku yang berharga maka akan langsung kupatahkan saat itu juga. Terima kasih infonya kak, aku akan segera menghubungi anak buahku untuk mengawasi Denise dan membawanya pulang ke Global Bros. Seorang Willan tak pantas bekerja di rumah sakit orang lain."      

Fernando tersenyum, perlahan ia menepuk pundak sang adik. "Itu baru adikku, kau harus extra menjaganya Frank. Ingat karma yang selalu Viona bahas, apalagi masa mudamu dulu sangat brengsek. Denise ku yang berharga itu tak boleh mendapatkan balasan atas perbuatan brengsek ayahnya dulu."     

Gigi profesor Frank berbunyi karena saling beradu, ia kesal sekali diingatkan kembali soal sepak terjangnya dimasa muda. "Lalu kau sendiri bagaimana? Memangnya kau suci? Jangan asal bicara brengsek!"     

Fernando terkekeh. "Setidaknya dua anakku laki-laki Frank, ingat sebajingan apapun laki-laki ia masih bisa hidup dengan baik. Tapi tidak dengan wanita, wanita hanya punya satu selaput dara. Aku tahu diluar sana banyak pria yang tak mempermasalahkan selaput dara, tapi percayalah kebanggaan seorang wanita pada dirinya sendiri adalah ketika ia bisa menjaga dirinya sampai waktunya tiba nanti. Kau harus ingat itu Frank."     

Profesor Frank langsung kalah telak dadi Fernando, apa yang diucapkan Fernando benar. Posisinya sebagai ayah dari seorang gadis yang cantik benar-benar membuatnya tak bisa berbuat banyak, ketakutannya pun langsung muncul saat memikirkan hal-hal buruk yang sedang mengincar putri semata wayangnya.      

"Aku percaya padamu, aku yakin kau bisa melindungi putri kita Frank. Ingat kau membutuhkan waktu lama untuk mendapatkannya jadi kau harus melindungi apa yang sudah Tuhan percayakan padamu dan Denise adalah hadiah terindah dari Tuhan yang datang dalam keluarga kita,"ucap Fernando pelan, tak lama kemudian ia pun bangun dari sofa dan pergi meninggalkan adiknya yang tengah berpikir keras.      

Fernando tersenyum lebar, ia lega sudah mengatakan semuanya pada adiknya. Karena sedang dirumah sakit Fernando pun berniat menghampiri Viona, ia ingin mendapatkan ciuman dari Viona sebelum kembali ke kantor. Karena datang seorang diri tanpa pengawalan Fernando bebas berjalan kesana kemari dan tak mengundang perhatian banyak orang.      

Saat berjalan menuju ruangan sang istri Fernando tersenyum ketika melihat profesor William dan profesor Dexter sedang berbicara dengan beberapa dokter muda yang baru mulai bergabung di rumah sakit Global Bros, karena tak mau mengganggu pekerjaan sahabat-sahabatnya itu Fernando kemudian meneruskan langkahnya menghampiri ruangan sang istri yang sudah tidak jauh wajib dari tempatnya berada saat ini.      

Senyum Fernando mengembang lebar saat melihat Viona baru saja masuk ke ruangannya seorang diri, dari wajahnya ia terlihat sangat kelelahan. Tanpa pikir panjang Fernando pun langsung berjalan menyusul istrinya yang baru saja masuk.      

"Oh Tuhan, hari ini benar-benar awww….."     

Viona tak bisa menyelesaikan perkataannya saat Fernando tiba-tiba memeluknya dari belakang.      

"Kalau kau sudah lelah bekerja bagaimana kalau kau berhenti saja sayang?" Nafas hangat Fernando langsung menyentuh leher jenjang Viona.      

"Fernando stop... ini rumah sakit."      

"Rumah sakit milikku lebih tepatnya,"sahut Fernando dengan cepat.     

Viona tersenyum. "Iya, rumah sakit milikmu. Tapi kau harus tahu etika Fernando, tak bisa kau seenaknya memelukku seperti ini. Bagaimana kalau ada yang melihat, sangat tidak etis sekali."     

"Akh peduli setan dengan orang lain, buktinya Frank dan Louisa saja tadi masih sempat bercumbu di ruangan si brengsek itu."     

Viona mengerutkan alisnya, ia kemudian melepas tangan Fernando yang mengunci perutnya dan membalik tubuhnya menghadap Fernando. "Apa kau bilang?"     

"Aku bilang Frank dan istrinya hampir bercinta di ruangannya, lalu kenapa kita tidak."     

Viona reflek mendorong Fernando menjauh. "Jangan gila Fernando."     

Fernando terkekeh, ia kemudian berjalan menuju pintu untuk menguncinya dan perlahan membuka kancing kemejanya saat menghadap Viona lagi. "I want you right now baby."     

"Fernando…"     

"Jangan melawan, aku akan bermain cepat. Percaya padaku,"bisik Fernando lirih sambil meraih tubuh Viona kepelukannya.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.