You Are Mine, Viona : The Revenge

Rahasia dibalik rahasia



Rahasia dibalik rahasia

0Istana Fernando     
0

Tanpa rasa bersalah Denise duduk disamping Viona yang sedang merapikan rambutnya yang acak-acakkan karena diikat secara asal saat sedang mandi beberapa saat yang lalu.     

"Sampai kapan kau tak mau memberikan penjelasan pada kami, Denise?"tanya profesor Frank ketus.     

Denise langsung menirik ke arah Fernando, meminta perlindungan.     

"Jangan minta tolong pada Daddymu, jawab pertanyaan Papa,"imbuh profesor Frank kembali dengan suara meninggi.     

Denise mencengkram ujung dres yang dipakai Viona secara tak sadar, setiap kali mendengar kata-kata keras dari ayahnya Denise selalu takut.     

Melihat ekspresi Denise yang ketakutan membuat Fernando menggeram. "Ini rumahku, Frank. Jaga sopan-santunmu."     

"Kak ayolah, jangan terlau memanjakannya. Denise akan tumbuh menjadi anak manja yang tak bertanggung jawab kalau kalian terus memperlakukannya seperti ini,"sahut profesor Frank kembali.     

"Kalau dia tak bertanggung jawab mana mungkin dia menjadi mahasiswi kedokteran paling muda di kampusnya, jangan asal bicara Frank. Lagipula kami tak memanjakannya, karena sejak dulu Denise sudah seperti ini pada kami,"jawab Fernando ketus.     

Profesor Frank mengepalkan kedua tangannya menahan diri agar tak meledak saat ini juga, walau bagaimanapun saat ini ia sedang berada di rumah kakaknya. Bukan rumahnya sendiri.     

Viona meletakkan sisir yang ia gunakan untuk merapikan rambut Denise di sebuah kotak khusus yang berada di atas meja kecil yang berada tepat disampingnya. "Semua bica dibicarakan baik-baik, Denise bukan anak kecil yang tak tahu harus berbuat apa. Dia sudah dewasa, putri kecil kita sudah menjelma sebagai dokter hebat seperti kedua orang tuanya."     

Viona sengaja menggunakan kata 'putri kecil kita' agar profesor Frank melunak dan apa yang dilakukan Viona berhasil, tatapan mata profesor Frank sudah lebih lembut saat ini tak seperti beberapa saat yang lalu yang penuh kemarahan.     

Dokter Louisa yang sejak tadi diam kemudian mendekati tempat putrinya duduk, perlahan ia meraih tangan Denise dan menggenggamnya erat. "Kau kemana saja sayang, kenapa tak ada satupun telepon dan pesan yang kau respon? Kau membuat kami takut dan khawatir, Denise."     

Denise menatap ibu kandungnya dengan takut-takut. "Aku berburu makanan Korea."     

"Berburu makanan Korea." Profesor Frank dan dokter Louisa kompak mengulangi perkataan putri semata wayang mereka.     

"Iya, aku bahkan juga membeli beberapa bungkus lagi karena rasa tteokbokki yang aku makan tadi enak,"ucap Denise jujur. "Kalau tak percaya tanya saja Daddy, tadi Daddy melihatku membeli lagi di minimarket itu."     

Fernando langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat merespon perkataan Denise.     

 "Kau kan bisa mengabari kami jika mau berburu makanan seperti itu, Denise. Jangan seperti ini, kau membuat kami semua bingung dan panik. Ingat sayang, kau itu putri Willan yang sangat berharga. Di luar sana banyak orang jahat yang mengincar keluarga kita, mencari kelemahan keluarga kita. Sungguh mama akan langsung mati jika terjadi hal buruk menimpamu."     

"Mama..."     

"Yang diucapkan ibumu benar Denise, kau adalah putri satu-satunya keluarga ini. Bukan hanya mama dan papa saja yang akan gila jika terjadi hal buruk padamu, Daddy, Mommy dan kedua kakakmu yang saat ini berada di Mesir pun akan sangat sedih. Jadi tolong jangan ulangi lagi hal semacam ini, kau bisa membawa satu atau dua bodyguard untuk pergi ketempat yang jauh untuk berjaga-jaga,"ucap profesor Frank dengan cepat menimpali perkataan istrinya.     

Denise membeku, ia tak berani menjawab perkataan kedua orang tuanya. Ia merasa bersalah saat ini, apalagi ia sudah menyembunyikan alasan sebenarnya pergi ke tempat sejauh itu.     

Dokter Louisa tersenyum, ia kemudian meraih tangan Denise dan menciumnya dengan lembut. "Kau adalah kebanggan kami sayang, jadi maafkan kami jika kami sudah berlebihan selama ini. Kau tahu kan betapa papa dan mama sayang padamu?"     

"Aku tahu, maafkan aku. Aku berjanji tak akan mengulangi lagi kesalahanku,"ucap Denise lirih.     

Dokter Louisa menggeleng. "Kau tak perlu berjanji dan meminta maaf, Mama dan Papa sudah memaafkanmu. Sekarang lebih baik kau tidur, menjadi dokter magang pasti sangat melelahkan. Jadi sekarang kau..."     

"Apa? Dokter magang? Denise Jolie Willan menjadi dokter magang di rumah sakit milik keluarganya?"pekik Fernando dengan keras memotong perkatan sang adik ipar.     

Denise langsung terperanjat, mendengar nada bicara sang daddy yang sangat keras membuatnya harus segera melarikan diri dari tempatnya berada saat ini. Tanpa pikir panjang Denise kemudian langsung bangun dari tempat duduknya dan memberikan kecupan pada kedua ibunya sebelum akhirnya berlari menuju tangga yang berada tak jauh dari tempat mereka berada, Denise tak mau berhadapan dengan sang daddy saat ini jadi ia memilih mencari aman dengan masuk ke kamarnya sendiri.     

Fernando menahan amarahnya, menunggu Denise pergi. Setelah benar-benar yakin Denise sudah naik ke lantai dua Fernando lalu menatap ketiga orang yang ada dihadapannya secara bergantian.     

"Apa ada yang bisa menjelaskan soal kata 'dokter magang' itu padaku,"ucap Fernando dingin.     

Viona menghela nafas panjang, ia kemudian meraih tangan suaminya dan mulai menceritakan semuanya pada suaminya itu dengan perlahan. Dokter Louisa sesekali ikut bicara menambahkan beberapa hal yang belum Viona katakan pada suaminya.     

"Dan kau tahu, Denise sengaja menyembunyikan identitasnya pada teman-temannya,"ucap profesor Frank pelan ikut bicara.     

Fernando langsung menoleh ke arah sang adik dengan tatapan membunuh. "Apa maksudnya? Apa dia ingin menjadi korban perundungan lagi seperti waktu itu?"     

"Babe, dengarkan dulu. Jangan langsung emosi seperti itu, Denise sengaja menyimpan nama belakangnya karena ia ingin diperlakukan sama seperti teman-temannya yang lain. Ia ingin mendapatkan teman yang tak melihat nama belakangnya,"jawab Viona dengan cepat menggantikan profesor Frank menjawab pertanyaan Fernando.     

Fernando memijat keningnya yang terasa sakit tiba-tiba. "Di luar sana banyak sekali gadis yang mengantri ingin masuk dan menjadi bagian dari keluarga kita, tapi kenapa ini satu-satunya putri di keluarga ini malah kembali menyembunyikan identitasnya yang sebenarnya. Aku benar-benar tak paham."     

Viona terkekeh. "Bukankah itu ajaranmu pertama kali, coba ingat lima tahun yang lalu siapa yang meminta kedua anakmu pergi dan menanggalkan nama belakangnya? Jadi kalau seandainya saat ini Denise melakukan hal itu maka kau tak usah heran, mereka bersaudara, honey. Kalau ada beberapa sifat yang sama diantara mereka maka kau tak usah bingung."     

Fernando langsung mati kutu, apa yang diucapkan Viona benar. Dia lah orang yang pertama kali meminta kedua putranya menanggalkan nama Willan saat pergi ke Italia dan Korea lima tahun yang lalu. Melihat Fernando melunak profesor Frank dan dokter Louisa tersenyum, mereka berdua hampir lupa bahwa saat ini mereka memiliki Viona yang mampu menenangkan Fernando. Viona tak memberitahu alasan yang sebenarnya Denise menyembunyikan nama belakangnya, seperti perjanjiannya dengan sang adik ipar sebelumnya Viona menutup rapat rahasia itu. Pasalnya ia yakin sekali kalau Fernando tahu maka semuanya akan bertambah kacau, si Mr posesif itu pasti tak akan mengijinkan putrinya melakukan hal yang tak sesuai dengan ketentuan yang sudah ia buat.     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.