You Are Mine, Viona : The Revenge

Memulai kembali



Memulai kembali

1Aaric menatap foto Kate tanpa berkedip selama hampir lima menit, ia merasa tak asing dengan foto gadis yang ada di tangannya saat ini. Meskipun foto Kate tidaklah secantik foto-foto gadis yang selama ini ia kenal namun Aaric merasa familiar dengan gadis asal Rusia itu, ia merasa pernah melihatnya di suatu tempat. Namun lupa dimana.      
1

"Oh jadi dokter wanita ini dipilih langsung oleh mommy untuk masuk ke divisi bedah,"ucap Abby pelan mengulangi perkataan sang ayah yang baru saja selesai menceritakan alasan Denise diizinkan untuk tinggal sendiri di apartemen.     

Fernando menganggukkan kepalanya. "Iya, mommy kalian percaya sekali dokter ini dokter yang memiliki bakat besar. Karena itulah pihak rumah sakit akhirnya memutuskan untuk merekrutnya masuk ke divisi bedah, meskipun rumah sakit harus menunggunya selesai kuliah untuk benar-benar bisa mengabdi di rumah sakit."     

"Apa maksudnya, Dad?"tanya Aaric pelan, ia mulai tertarik dengan dokter asal Rusia yang fotonya sedang ia pegang itu.      

"Seperti yang Daddy katakan tadi bahwa selama Denise dan dokter asal Rusia ini belum selesai mengambil spesialis bedah maka mereka belum bisa bekerja dengan maksimal di rumah sakit, jadi selama mereka masih kuliah mereka hanya akan menjadi dokter pendamping bagi para dokter yang sudah berada di divisi bedah,"jawab Fernando pelan sambil tersenyum.     

"Oh begitu, aku kira mereka tidak akan bekerja karena masih kuliah,"ucap Abby datar.      

"Tidaklah, mereka akan tetap bekerja,"sahut Fernando pelan.     

Abby dan Aaric menganggukkan kepalanya secara bersamaan, meski sebenarnya Aaric masih penasaran dan ingin terus membahas dokter yang memiliki luka di wajahnya itu namun ia harus menyudahinya karena harus melanjutkan meeting. Tanpa sadar Aaric justru memasukkan foto Kate kedalam saku kemejanya saat ia akan kembali berbicara serius dengan ayah dan kakaknya membahas proyek di Mesir yang sudah mulai berjalan, mereka kemudian mulai membahas pemasangan ratusan panel surya di gurun Sahara sudah hampir 50% berjalan.      

****     

Sisilia, Italia.     

Natalie Oliveira berdiri di depan makam ibunya bersama sang kakak Nelly Oliveira yang masih menangis, setelah melarikan diri mereka bertiga hidup secara berpindah-pindah karena selalu dihantui ketakutan.      

Karena kondisi fisik yang lemah ditambah pikiran yang berat akhirnya Sonia Oliveira sakit sehingga akhirnya nyawanya tak tertolong, Sonia yang selama ini sudah bertahan dalam kepura-puraannya akhirnya tak bisa menahan kesabaran yang lebih lama lagi sehingga akhirnya dia pun jatuh sakit dan akhirnya meninggal di pelukan kedua anak perempuannya.     

"Kita hanya berdua sekarang kak, apa yang harus kita lakukan?"tanya Natalie lirih.      

Nelly menyeka air mata yang membasahi wajahnya. "Balas dendam."     

"Balas dendam? Balas dendam pada siapa?"tanya Natalie bingung.     

"Abraham Alexander Willan, pria itu adalah penyebab kehancuran keluarga kita, Nate,"jawab Nelly serak.     

"Abby tak bersalah kak, dia…"      

Plak     

Perkataan Natalie berhenti saat sebuah tamparan keras mendarat di pipinya.      

"Aku tahu kalau Abraham Alexander Willan itu pernah menjadi teman satu kuliahmu tapi kau harus ingat Nate, kalau tidak karena dia datang ke apartemen malam itu mungkin saat ini keluarga kita masih utuh. Kita masih kaya, Mommy masih hidup, Daddy masih pemimpin organisasi dan kita tidak akan hidup terlunta-lunta seperti ini. Semua ini adalah seorang pria itu, salahnya Nate. Salahnya!!"pekik Nelly histeris.      

"Tapi yang dikatakan Abby itu fakta kak, Daddy selama ini tak sebaik yang kita kira. Daddy adalah pria jahat kak dan selama ini kita memakan uang haramnya, uang hasil tangisan dari anak dibawah umur yang ia jual ke tempat pelacuran. Semua kemewahan yang kita miliki adalah hasil keringat orang orang yang sudah berjuang dibawah tekanan Daddy, kak. Apa kau tak sadar itu!!"     

Nelly Oliviera tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan sang adik. "Kau itu terlalu munafik, Nate. Kau pikir pria bernama Fernando Grey Willan yang merupakan ayah dari temanmu itu adalah pria baik-baik? Dia juga seorang mafia Nate, dia bahkan mengendalikan semua perpolitikan di Kanada. Bahkan saat ini semua mafia di Amerika Utara tunduk padanya, tak ada orang yang bersih yang akan mampu melakukan itu semua Nate. Aku yang sudah terjun ke dunia hitam seperti itu, jadi aku tahu Nate."     

Natalie menatap kakaknya tanpa berkedip. "Meskipun dalam kemewahan yang kau miliki ini ada tangisan anak gadis dibawah umur, kau tak apa-apa kak?"     

"Yes, yang penting keluarga kita tetap utuh. Lagipula dalam mencapai tujuan harus ada beberapa hal yang dikorbankan termasuk kebebasan anak-anak itu sekalipun,"jawab Nelly dengan lantang.     

Natalie menggelengkan kepalanya perlahan, ia tak percaya mendengar perkataan sang kakak yang sangat gila itu. "Kau gila, kak. Kau jahat, dimana hatimu? Kau seorang wanita kak, sama seperti mereka."     

"Aku tak peduli, selama keluarga kita baik-baik saja aku tak perduli dengan semua itu Nate. Yang penting kita…"     

"Tidak ada kita kak, hanya kau dan aku saat ini. Sadarlah, mommy sudah meninggal. Daddy dan Victor saat ini keberadaannya tak diketahui dimana, jadi jangan sebut kita lagi. Kita yang kau sebut sudah tidak ada kak!!"sahut Natalie dengan keras.      

Nelly langsung menutup rapat mulutnya dengan air mata yang terus menetes membasahi wajahnya yang terlihat pucat dan lelah.     

"Yang lelah bukan hanya kau saja kak, aku juga. Aku sama lelah dan sedihnya dengan dirimu, tapi tolong gunakan akal sehatmu. Jangan buang kewarasanmu, gunakan lah hati nuranimu kak. Aku percaya apa yang terjadi pada keluarga kita memang sudah digariskan oleh Tuhan, sepertinya batas waktu yang diberikan oleh Tuhan untuk Daddy berbuat jahat sudah habis. Tuhan ingin Daddy bertobat kak,"ucap Natalie serak sembari memeluk kakaknya yang sedang menangis dalam diam. "Tuhan ingin kita memulai semuanya dari awal, kak. Tuhan ingin menyelamatkan kita."     

Seluruh tubuh Nelly bergetar, ia menangis hebat saat ini. Perkataan sang adik benar-benar membuatnya tak bisa berkata-kata, kehilangan sang ibu dalam keadaan hancur tanpa uang membuatnya tak bisa berpikir jernih.      

"Kita pasti bisa meneruskan hidup kita kembali kak, lagi pula kita tidak benar-benar jatuh miskin. Mommy masih memiliki beberapa perhiasan yang bisa kita jual untuk melanjutkan hidup jadi kau jangan takut, aku juga akan mencari pekerjaan supaya kita bisa hidup seperti dulu lagi kak. Yang jelas aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membuat kita bisa memiliki kenyamanan seperti dulu kak,"ucap Natalie lirih saat memeluk kakaknya.      

Tangis Nelly pun semakin keras, ia tahu kata-kata adiknya itu sangat sulit untuk diwujudkan.      

"Percayalah kak, mommy pasti akan membantu kita dari surga sana. Percayalah kak,"imbuh Natalie kembali dengan serak.      

Nelly mengeratkan pelukannya pada tubuh sang adik. "Jangan pergi dariku Nate, jangan tinggalkan aku. Kita sudah tinggal berdua, jadi kita tak boleh terpisah."     

"Iya kak, iya." Natalie menjawab serak, berusaha menahan tangisnya agar tidak pecah walaupun akhirnya dia ikut menangis seperti sang kakak.      

Kehidupan kedua gadis yang terbiasa hidup mewah itu akan dimulai kembali dari bawah mulai hari ini berdua saja, tanpa kehadiran sang ibu yang selama ini masih berusaha menenangkan mereka.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.