You Are Mine, Viona : The Revenge

Kate vs Zabina



Kate vs Zabina

0Setelah mengurus pasien kecelakaan kerja yang datang secara bersamaan selama hampir dua jam akhirnya Kate dan Denise bisa beristirahat, wajah mereka berdua merah penuh keringat. Meski tak melakukan operasi besar namun tetap saja mereka kelelahan, apalagi mereka berdua menggantikan para dokter mengurus para pasien itu di ruang IGD.      
0

"Minum ini, kalian pasti haus,"ucap seorang dokter senior bernama Yuki sembari menyerahkan dua botol air mineral pada Kate dan Denise.     

"Terima kasih dok."     

"Thanks dok."     

Dokter Yuki tersenyum. "Percayalah saat nanti kalian lulus, kalian berdua pasti akan menjadi dokter bedah yang hebat."     

Denise menyeka sisa air di mulutnya menggunakan tangan. "Jangan buat kami besar kepala, dok. Kami masih tak ada apa-apanya dibandingkan dengan kalian semua para dokter bedah senior."     

"Iya benar, kami masih perlu banyak belajar." Kate ikut menimpali perkataan Denise dengan cepat.     

Dokter berdarah Jepang-Australia itu tersenyum. "Aku tak bohong, melihat cara kerja kalian yang luar biasa aku sudah bisa membayangkan kehebatan kalian nanti dalam tiga atau empat tahun lagi. Dokter Viona memang tak salah memilih kalian berdua,"ucap dokter Yuki memuji dengan tulus dan jujur pada Kate dan Denise.     

"Amin dok, segala hal baik akan kami aminkan. Bukan begitu, Kate,"jawab Denise dengan cepat.      

Kate menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, Kate senang melihat cara bicara Denise yang lebih tenang dan dewasa saat ini.      

Dokter Yuki kembali tersenyum. "Ya sudah, lebih baik kalian istirahat dulu. Aku akan melanjutkan pekerjaanku lagi, malam ini sepertinya akan menjadi malam yang sibuk untuk kita. Kalian harus bersiap ya."     

"Memangnya ada apa dok?"tanya Kate penasaran.     

Dokter Yuki yang sudah bersiap pergi menoleh ke arah Kate. "Kita kedatangan pasien VIP beberapa saat yang lalu, seorang pria asal Ukraina yang mengalami kecelakaan saat balapan mobil. Gosip yang aku dengar, pria ini adalah salah satu rekan kerja perusahaan Tuan Fernando. Tapi entah benar atau tidak, namanya gosip kan belum jelas juga kebenarannya."     

Kate mengernyitkan keningnya. "Apa ini ada hubungannya dengan mobil-mobil mewah yang masuk tadi sore, dok?"     

"Nah itu kau tahu Kate."     

"Tidak, aku tidak tahu dok. Hanya saja tadi sore saat aku dan Denise datang, aku melihat ada beberapa mobil mewah masuk ke lobby utama.Tapi aku tak tahu siapa yang datang karena aku tidak menggunakan kacamata jadi aku tak bisa melihat jelas,"jawab Kate peran memberikan penjelasan.     

"Iya kau benar, itu adalah rombongan mereka. Tadi bahkan Profesor Frank sendiri yang memimpin jalannya operasi pasien itu,"ucap dokter Yuki memperjelas.     

Mendengar nama ayahnya disebut membuat Denise penasaran, pasalnya ayahnya tak akan turun ke ruang operasi jika pasiennya tak parah. "Separah apa orang itu, dok?"     

"Bagian kepalanya terluka parah, tapi jujur aku tak tahu juga. Yang jelas menurut para dokter yang lain cukup serius, karena Profesor Frank baru selesai sekitar 20 menit yang lalu,"jawab dokter Yuki kembali.      

Denise dan Kate nampak menganggukan kepalanya secara bersamaan, setelah memberikan sedikit informasi kepada kedua dokter muda yang sedang menjadi buah bibir di kalangan para senior itu. Dokter Yuki pun bergegas pergi meninggalkan ruang IGD untuk melanjutkan pekerjaannya kembali, meninggalkan Kate dan Denise yang masih duduk di kursi dokter jaga di ruang IGD.      

"Kalau sampai profesor Frank turun tangan, itu berarti pasien itu mengalami luka serius. Aku benar-benar tambah kagum pada profesor itu, Denise,"ucap Kate pelan sembari minum air mineralnya kembali.     

Denise menoleh ke arah Kate. "Kau kagum pada Profesor Frank? Bukankah waktu itu kau bilang dokter favoritmu adalah dokter Viona, Kate?"     

Kate terkekeh. "Tentu dokter Viona tetap panutan nomor satuku, tapi para profesor di rumah sakit ini semuanya hebat dan jujur saja sulit menentukan siapa yang terbaik di antara mereka. Kalau kau bagaimana? Siapa profesor favoritmu selain dokter Viona?"     

"Profesor William,"jawab Denise dengan cepat, ia tak mau menyebut nama ayahnya karena tak mau Kate semakin mengintrogasinya lebih jauh seperti saat ia mengatakan suka pada dokter Louisa beberapa bulan yang lalu.     

"Akh iya, Profesor William juga hebat. rumah sakit ini benar-benar rumah sakit idaman semua mahasiswa kedokteran di seluruh Kanada. Karena percayalah selain nama besarnya yang sudah mendunia, para tenaga medis di rumah sakit ini juga tidak main-main. Mereka benar-benar dokter dan profesor yang berkompeten yang sudah memiliki nama dan jam terbang yang tinggi. Aku benar-benar bersyukur bisa diterima di rumah sakit ini dan mendapatkan penawaran yang luar biasa ini dari dokter Viona, Denise,"ucap Kate jujur.     

Denise tersenyum. "Ya sudah jangan bahas itu lagi, aku lapar. Ayo kita kekantin, sepertinya dokter jaga di ruangan ini sudah kembali."     

"Mana mereka, mereka belum kembali,"sahut Kate dengan cepat.      

Denise mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah lorong di belakang Kate, yang menunjukkan kalau dua orang dokter jaga di ruang IGD sudah kembali. Melihat dokter jaga kembali Kate pun langsung berdiri untuk pergi ke kantin bersama Denise, sama seperti Denise cacing-cacing dalam perutnya juga sudah tak bisa diajak kompromi.      

Setelah serah terima Kate dan Denise pun bergegas pergi meninggalkan ruang IGD untuk menuju kantin, mereka berdua sudah seperti saudara kembar yang selalu berjalan bersama kemanapun saat berada di rumah sakit. Hal ini dikarenakan mereka memiliki jadwal yang sama, karena mereka sama-sama berada di dalam program yang sama dan memiliki jam kuliah yang sama. Karena itu pihak manajemen rumah sakit membuat jadwal yang sama pula untuk Kate dan Denise bekerja setelah mereka pulang dari kampus seperti saat ini.     

Bruk      

"Awww.."     

Seorang wanita menjerit dengan keras saat tertabrak secara tak sengaja oleh Kate yang sedang bergurau dengan Denise ketika berjalan menuju kantin.     

Suara teriakan dari wanita itu membuat Kate dan Denise terkejut, terlebih lagi Kate yang menabrak wanita itu.     

"A-anda tidak apa-apa, nona?"ucap Kate penuh rasa bersalah sembari berusaha menolong wanita yang terjatuh itu.     

Plak     

"Gunakan matamu untuk berjalan, bitch!!"hardik wanita itu ketus sesaat setelah ia menampar tangan Kate yang berusaha menolongnya.      

"Hei, jaga ucapanmu!!"pekik Denise dengan keras, ia tak terima Kate dipanggil dengan sebutan 'bitch' oleh wanita berambut pirang yang sekarang sudah berdiri di hadapan mereka itu.     

Wanita berambut pirang itu langsung menyilangkan kedua tangannya di dada. "Kalau aku tak menyebutnya dengan sebutan 'bitch', lalu aku harus manggilnya apa? Wanita murahan begitu?!"     

Plak      

Sebuah tamparan melayang dari tangan Denise dan mendarat di pipi wanita itu dengan cukup keras, sehingga membuat Kate terkejut. Ia tak menyangka Denise akan melayangkan tamparan pada wanita yang memanggilnya dengan sebutan 'bitch' itu.      

"How dare you hit me, bitch…."     

"Zabina stop~     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.