You Are Mine, Viona : The Revenge

Persiapan pernikahan



Persiapan pernikahan

0Matahari sudah tenggelam saat Aaric dan Kate pulang setelah seharian berada di luar untuk mengurus gaun dan cincin, keduanya bahkan tak bertemu dengan siapapun di lantai satu. Karena sudah terlalu lelah Aaric langsung mengajak Kate masuk ke kamar mereka.     
0

Kate sendiri sudah tidak banyak melawan, ia patuh dan tak banyak bicara ketika Aaric memintanya melakukan beberapa hal.     

"Kenapa sepi sekali,"celetuk Kate lirih saat menyadari suasana yang tak biasa itu.     

"Mungkin Daddy dan Mommy sudah tidur,"sahut Aaric asal bicara.      

"Tidak Tuan, Nyonya dan Tuan besar beserta Tuan Abby pergi bersama keluarga profesor Frank ke sebuah hotel untuk membahas rencana pernikahan anda berdua,"sahut Teddy pelan sambil tersenyum.     

Kate langsung mencengkram lengan Aaric saat melihat Teddy tiba-tiba muncul dari arah dapur saat mereka berdua akan naik tangga.     

Aaric meremas tangan Kate dengan lembut. "Ini Teddy, kepala pelayan di rumah ini. Salah satu orang kepercayaan Daddy."     

Teddy menganggukkan kepalanya perlahan. "Maafkan saya Nona, saya belum memperkenalkan diri. Nama saya Teddy, saya kepala pelayan di istana ini. Kalau anda membutuhkan sesuatu anda bisa minta bantuan saya."     

Kate tersenyum kaku. "Hi Teddy, aku Kate. Salam kenal."     

Aaric terkekeh melihat cara wanitanya memperkenalkan dirinya pada Teddy. "Ya sudah kalau begitu kami langsung naik, hari ini benar-benar sangat melelahkan. Nanti kalau Mommy pulang tolong kabarkan padanya kalau kami langsung tidur."     

"Siap Tuan muda."     

Aaric lalu meraih tangan Kate dan mengajaknya naik ke lantai dua, Kate yang masih sungkan pada Teddy pun memilih untuk mempercepat langkahnya dan mendahului Aaric.     

Meski sudah tiba terlebih dahulu di kamar, namun Kate tak bisa masuk kedalam kamar. Pasalnya kamar itu menggunakan sistem smart door yang hanya bisa dibuka menggunakan sidik jari atau memasukkan password.      

"Tanggal lahirmu."      

"Eh?"     

"Password kamarku adalah tanggal lahirmu." Aaric memperjelas perkataannya sambil tersenyum.     

Kate yang tak percaya memilih langsung membuktikan perkataan Aaric, ia langsung memasukkan kombinasi tanggal lahirnya pada smart lock yang ada di pintu. Dan woalaa...dalam sekali percobaan pintu kamar itu langsung terbuka lebar.     

"See, aku tak pernah melupakanmu sejak dulu. Key,"ucap Aaric pelan saat berjalan melewati Kate masuk ke dalam kamarnya.      

Kate terdiam dan tak bisa berkata-kata, karena sudah sangat lelah dan ingin segera mandi Kate pun kemudian menyusul Aaric masuk kedalam kamar. Begitu masuk kedalam kamar Kate langsung mematung saat melihat apa yang ada dihadapannya.     

"Aaric…"     

"Ini semua barang-barang barumu, sepertinya ini pekerjaan Mommy,"ucap Aaric datar.     

Kate mengedipkan kedua matanya berkali-kali, ia tak percaya melihat puluhan kantong belanja berbagai merk terkenal sudah berada di dalam kamar besar Aaric. Mulai dari semua pakaiannya, make up dan perhiasan ada di hadapannya saat ini.      

"Ini terlalu berlebihan,"ucap Kate lirih.     

Aaric terkekeh. "Tidak ada kata berlebihan dalam standar keluarga Willan, Key. Kau harus membiasakan itu dan apa kau ingin mandi bersamaku?"     

Kate langsung menyilang tangannya di dada. "Dasar mesum!! Cepat sana mandi sendiri."     

"Mesum dari mana? Aku hanya mengajak istriku mandi bersama saja dan lagi aku hanya mesum padamu, kau ingat itu, bukan?"     

Pipi Kate terasa panas mendengar perkataan Aaric, ia pun lantas mengalihkan pandangannya dari Aaric untuk menghindari kontak mata dengan pria yang sudah melepas kemejanya itu. Kate lebih memilih untuk melihat-lihat kantong belanja yang ada di hadapannya.      

Aaric sendiri lantas masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Kate sendiri. Aaric tak mau membuat Kate marah padanya, lagipula ia sudah sangat lelah sekali hari ini. Aaric sudah tidak sabar ingin meluruskan tulang belakangnya di ranjang.      

Setelah Aaric masuk ke dalam kamar mandi Kate langsung terduduk di lantai, ia tak percaya melihat semua barang-barang yang ada di hadapannya. Barang-barang mahal yang hanya mampu ia beli menggunakan berbulan-bulan gajinya di rumah sakit, selera sang calon ibu mertua benar-benar membuat Kate tak bisa bicara banyak. Meski Kate mendapatkan warisan dari sang ibu namun karena sudah terbiasa hidup sederhana Kate tak lantas kalap dengan membeli barang-barang mahal, ia justru semakin sederhana karena takut menggunakan uang milik mendiang sang ibu yang kini ia pegang.      

Pada saat sedang merapikan kantong-kantong belanja itu ekor mata Kate menangkap dua koper usang miliknya, dengan cepat ia langsung menghampiri kopernya untuk memeriksa barang-barang pribadinya yang ternyata masih lengkap. Ia bernafas lega karena sang ibu tiri tak membuang barang-barangnya.      

"Biarkan saja, besok akan ada pelayan yang merapikan barang-barang itu. Lebih baik kau mandi dan segera tidur, hari ini kita sudah sangat lelah sekali, Key." Aaric yang baru keluar dari kamar mandi langsung melarang Kate untuk membereskan barang-barangnya.     

"Iya, aku akan mandi setelah…"     

Kate langsung menutup mulutnya saat melihat tatapan membunuh dari Aaric, ia pun memilih untuk segera menjauhkan diri dari koper dan bergegas menuju kamar mandi.      

Karena di dalam kamar mandi itu sudah disediakan sepasang pitam mandi oleh pelayan Kate merasa tenang, ia tak perlu berteriak dan meminta bantuan Aaric untuk diambilkan handuk.     

*****     

"Aku ingin pada saat pendekatan nanti putraku dan menantuku tampil sempurna di altar, aku minta semua staf memberikan yang terbaik pada pesta pernikahan putraku meski persiapan kita mepet,"ucap Viona pelan saat berbicara di hadapan sekitar 30 orang wedding organizer yang akan membantunya dalam pesta pernikahan Aaric dan Kate.      

"Siap Nyonya, kami akan memberikan yang terbaik untuk pesta pernikahan Tuan muda Willan,"sahut sang ceo dari wedding organizer yang ditunjuk Viona untuk membantunya mempersiapkan pesta pernikahan Aaric.     

Viona tersenyum. "Ok, aku minta semuanya tolong berikan detail yang lebih lengkap padaku besok pagi."     

Semua orang yang ada di ruangan itu menjawab dengan kompak perkataan Viona sebelum akhirnya mereka berpisah dengan Viona karena meeting sudah selesai, membicarakan detail acara secara langsung dengan orang yang ahli di bidangnya membuat Viona tenang.     

"Sudah malam, Mom. Ayo pulang, aku lelah,"ucap Abby pelan sambil menguap.     

"Tunggu sayang, Mommy harus memeriksa ulang."     

"Honey, ini sudah hampir jam satu malam. Aku juga sudah sangat lelah, besok ada meeting yang harus aku hadiri bersama anak-anak." Fernando ikut bicara menimpali perkataan Abby.     

Viona langsung menoleh ke arah Fernando dengan cepat. "Tidak, kau tak boleh mengajak Aaric. Dia sudah dibebastugaskan dari semua pekerjaan kantor, dia calon pengantin, Fernando."     

"Dulu pada saat kita akan menikah aku juga masih sibuk dengan pekerjaanku, lalu dimana masalahnya?"     

Brak     

Viona memukul meja yang ada di hadapannya dengan keras.      

"Sekali tidak tetap tidak,"jawab Viona dingin saat berjalan melewati Fernando dan Abby meninggalkan area meeting untuk pulang.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.