You Are Mine, Viona : The Revenge

Sifat warisan sang ayah



Sifat warisan sang ayah

0Dengan menikmati welcome snack yang sudah disediakan pihak resort Kate duduk dipinggir kolam memperhatikan Aaric yang berenang kesana kemari diantara bunga-bunga yang sudah tak terbentuk lagi, kadang-kadang Aaric akan tiba-tiba muncul disamping Kate setelah ia menyelam. Keberadaan bunga-bunga itu membuat Kate sulit mengetahui keberadaan suaminya jika sedang menyelam.     
0

"Enak?"tanya Kate pelan saat menyuapkan potongan mangga pada Aaric yang sudah duduk disampingnya.     

Aaric tersenyum. "Kaulah yang paling enak."     

"Serius!!"     

"Haha...aku tak terlalu suka mangga jadi aku tak bisa membedakan mana mangga yang enak dan tidak,"ucap Aaric jujur.     

"Sejak kapan kau tak suka mangga? Setahuku kau suka semua buah."     

Aaric tersenyum. "Sejak berpisah denganmu, tak ada buah yang enak dilidahku lagi sejak itu."     

Byur...     

Kate mencipratkan air kolam kearah Aaric. "Gombal, jangan terus merayuku. Aku sedang mengajak bicara serius denganmu."     

"Aku juga serius, kalau kau tak percaya tanya saja pada Mommy. Mommy adalah orang yang paling kesal jalau aku menolak untuk makan buah."     

Karena Aaric sudah membawa-bawa nama sang ibu, mau tak mau Kate pun percaya.     

"Kalau sekarang bagaimana?"     

Aaric menaikkan satu alisnya. "Bagaimana apanya?"     

Kate menghela nafas panjang. "Sudahlah dibahas nanti saja, sepertinya kau sudah terlalu lelah setelah berenang 30 menit. Ayo naik dan berbilas, aku lapar. Wangi dari makanan Bali yang ada diatas meja itu membuatku tak sabar untuk mencobanya."     

Tanpa bicara Aaric kemudian bangun dari pinggiran kolam untuk berbilas di kamar mandi bilas yang ada disamping jaccuzi, namun keinginan Kate untuk menikmati makanan Bali sepertinya harus tertunda karena Aaric lebih dulu memakan dirinya.     

Aaric melampiaskan hasratnya yang meluap-luap setelah menahan diri selama satu minggu, sejak mengetahui Kate adalah Keyla Sharov gadis yang mencuri hatinya sejak bertahun-tahun lalu Aaric nyaris gila.     

Dalam posisi berdiri dibawah guyuran air hangat Aaric tak menahan dirinya lebih lama lagi, ia menuntaskan semua hasrat yang menyiksanya selama bertahun-tahun. Kate yang sudah tak bercinta lebih dari enam tahun sejak perpisahannya dengan Aaric pun terlihat sangat menikmati hujaman-hujaman penuh cinta yang diberikan Aaric.     

"Kate....."Aaric berteriak dengan keras pada saat mencapai puncaknya.     

Kate sendiri yang sudah digendong Aaric hanya bisa diam saat merasakan benih cinta milik Aaric masuk kedalam dirinya, kembali merasakan apa yang dulu ia rasakan sebelumnya membuat Kate sangat bahagia saat ini. Penantian panjangnya pada Aaric pun terbayar saat ini, Kate benar-benar merasa menjadi wanita paling bahagia di dunia saat ini.     

***     

Selama dalam perjalanan pulang menuju Ottawa menggunakan kapal pesiar milik sang paman Abby tak berbicara sama sekali dengan Natalie yang sudah dikuasai Denise, sejak mereka tidur bersama Denise benar-benar tak melepaskan Natalie. Rencana Abby yang dibuat matang-matang pun hancur, keinginannya untuk membuat Natalie terus berbaring di ranjang gagal total. Denise benar-benar tak memahami Abby.     

"Kenapa kau tak datang sejak lama, Nate. Coba saja kau datang sejak dua tahun yang lalu pasti kita bertiga bisa menjadi charlie's angel yang luar biasa,"ucap Denise pelan sambil memakan anggur hijau favoritnya.     

"Kalian bertiga? Siapa saja bertiga?"tanya dokter Louisa penasaran.     

"Aku, Kate dan Nate, Mom. Eh tunggu, nama panggilan kalian berdua mirip. Akhhh aku benar-benar senang."     

Dokter Louisa terkekeh mendengar perkataan putrinya, begitu juga dengan Viona yang duduk tak jauh dari mereka. Satu-satunya orang yang tak tersenyum hanya Abby dan hal itu tak disadari Denise sama sekali. Fernando yang menyadari perasaan sang putra pun hanya bisa tersenyum samar, saking samarnya tak ada yang tahu kalau ia sedang tersenyum. Kecuali Viona tentunya, Viona berhasil membaca semua ekspresi yang ditunjukkan Fernando.     

"Kau yang menurunkan sifat posesif itu pada kedua putramu,"bisik Viona lirih.     

"Aku?"     

Viona mengangguk perlahan. "Iya, kau. Memangnya siapa lagi? Aku tahu sejak kemarin Abby kesal karena Denise terus menempel pada kekasihnya."     

"Kau juga tahu itu?"tanya Fernando bingung.     

"Aku ibunya, tentu saja aku tahu. Baik Abby ataupun Aaric sangat mirip denganmu, aku menjadi kasihan pada Natalie dan Kate yang harus mengalami nasib yang sama sepertiku,"jawab Viona pelan sambil tersenyum.     

Fernando membeliak. "Jadi maksudnya kau merasa tertekan begitu?"     

"Menurutmu bagaimana? Apakah kau dulu memberikan kesempatan padaku untuk menjalin pertemanan dengan orang-orang selain rekan kerja di rumah sakit?"     

Fernando mengunci bibirnya rapat, ia tak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan Viona karena apa yang diucapkan Viona benar. Sejak mereka menikah puluhan tahun yang lalu Fernando memang membatasi ruang lingkup pertemanan Viona karena kecemburuannya yang sudah melebihi ambang batas. Dan sepertinya sifat buruknya itu kini terwaris pada kedua putranya yang sangat posesif itu.     

Karena berada disamping Fernando membosankan Viona pun memutuskan berpindah tempat duduk, ia memilih bergabung dengan calon menantunya yang sedang dikuasai Denise. Melihat sang ibu bergabung dengan Denise yang menyandra Natalie membuat Abby hampir gila, ia benar-benar sudah tidak tahan melihat melihat Natalie yang terlihat sangat cantik ketika tertawa lepas seperti itu. Untuk meredakan rasa kesalnya Abby pun memutuskan untuk minum Tequila yang disedikan seorang bartender yang menemani perjalanan mereka kembali dari villa pribadi keluarga di kepulauan Gulf.     

"Oh iya, aku lupa bertanya. Di Ottawa kau tinggal dimana, Nate?"tanya Denise pelan disela-sela obrolannya dengan Natalie.     

"Aku tinggal disebuah apartemen kecil, tenang meski kecil tempatnya cukup nyaman dan aman tentunya untuk seorang gadis yang tinggal seorang diri,"jawab Natalie lembut.     

"Cih, kenapa kau sama seperti Kate. Sama-sama memilih tinggal di apartemen kecil, lebih baik kau pindah saja kerumahku. Aku kesepian dirumah, sekarang Kate sudah menikah jadi dia tak mungkin bisa menemaniku seperti dulu. Jadi bagaimana kalau kau yang menemani aku, Nate?"     

"Tidak." Secara tiba-tiba Abby yang sejak tadi diam langsung menyela perkataan Denise. "Setelah tiba di Ottawa Natalie akan tinggal bersama kami di istana Willan."     

Denise yang tak mau kalah langsung melingkarkan tangannya pada lengan Natalie. "Rumahku juga istana Willan, kau jangan lupa itu, Xander!!"     

"Tapi dia calon istriku, jadi dia harus tinggal bersamaku untuk menyiapkan pernikahan kami,"sahut Abby kesal.     

"Baru calon istri, Xander. Kau tak bisa memiliki Natalie seorang diri,"ucap Denise dengan cepat.     

Abby yang sudah tak tahan dengan kecerewetan Denise kemudian meletakkan gelas yang masih berisi Tequila diatas meja dan langsung duduk diantara Denise dan Natalie. Denise yang belum menyadari apa yang dilakukan Abby pun hanya bisa memekik kecil saat tempat duduknya diambil alih oleh Abby yang sudah memeluk tubuh Natalie dengan erat.     

Melihat tingkah putrinya dan keponakannya yang sangat kekanakan membuat profesor Frank tak tahan, perlahan ia mendekati Denise dan mengajaknya menjauh dari Abby dan Natalie. Sepertinya profesor Frank merasakan kemarahan yang besar pada Abby, karena itu ia memilih menjauhkan putrinya dari titisan Fernando yang memiliki sifat yang sama persis itu.     

Poor you Natalie.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.