You Are Mine, Viona : The Revenge

Ajaran Nyonya Willan



Ajaran Nyonya Willan

Natalie masih tak percaya saat ini dilehernya sudah tergantung sebuah kalung berlian seharga mobil lamborgini, jangankan membayangkan bermimpi saja ia tak berani. Dulu saat sang ibu masih hidup Natalie hanya memakai kalung seharga USD 20000 saja, tidak lebih dari itu. Karenanya ketika sang calon ibu mertua memasangkan kalung berlian di lehernya Natalie sempat mematung beberapa detik sampai-sampai mengabaikan Viona yang masih mengajaknya bicara, bertanya apakah ia menyukai kalungnya atau tidak.     

"Setelah selesai makan kita akan pergi ke toko seprai terbaik di mall ini, Mommy ingin Kate menggunakan satu set seprai dan selimut terbaik ketika pulang nanti. Kau harus memberikan Mommy rekomendasi, Nate." Suara Viona terdengar penuh semangat ketika baru kembali dari wastafel untuk menyuci tangannya.     

Natalie mengdongak, menatap sang calon ibu mertua. "Siap Mom."     

Viona terkekeh geli melihat ekspresi Natalie. "Tenang saja, nanti kalau kau dan Abby menikah kau juga akan mendapatkan semuanya dari Mommy."     

Natalie langsung menggerakkan kedua tangannya secara bersamaan. "Tidak Mom, tidak usah . lagipula..."     

"Tidak ada kata tidak, Mommy tak akan mungkin membiarkan salah satu menantu Mommy tidak mendapatkan apa yang didapatkan oleh menantu lainnya. Jadi kau tak bisa menolak, nanti saat kau berbulan madu dengan Abby Mommy pasti akan mengajak Kate berbelanja sepersi saat ini."Viona langsung memotong perkataan Kate dengan cepat.     

Natalie diam, ia tak bisa berkulik. Sepertinya sang ibu mertua benar-benar akan sangat memanjakannya dan saudara iparnya yang saat ini sedang dalam perjalanan menuju Ottawa, percakapan Natalie dan Viona berlanjut dengan obrolan ringan saat sedang menikmati makanan yang diantar pelayan. Kedekatan Viona dan Natalie membuat mereka seperti ibu dan anak kandung, bukan seperti ibu mertua dan menantunya. Viona benar-benar mematahkan asumsi yang berkembang dimasyarakat yang menyebutkan menantu wanita tak akan bisa akur dengan ibu mertuanya, karena faktanya sejak awal kedatangan dua gadis cantik itu kedalam hidup masing-masing putranya Viona menerima mereka dengan tangan terbuka.     

Setelah semua makanan Jepang yang tersaji diatas meja berpindah ke perut Viona dan Natalie keduanya pun pergi meninggalkan restoran untuk kembali melanjutkan berbelanja tentu saja, dikawal delapan pria berbadan besar dengan satu pistol masing-masing dibalik pakaiannya Viona merasa aman meski saat ini sedang berada di negara orang. Kalung berlian yang akan dihadiahkan untuk Kate saat ini sudah tersimpan dalam tas tangannya yang berisi satu buah handphone dan dompet berisikan tiga black card yang siap digunakan kapanpun, menjadi nyonya Willan benar-benar membuat Viona bisa melakukan apapun.     

Viona yang dirumah sakit sangat berbeda dengan Viona saat ini, cara bicara dengan para pelayan di toko barang-barang branded, caranya meminta ukuran yang sesuai keinginannya dan caranya berterima kasih semua sangat elegan dan luar biasa anggun. Kini Natalie sadar kenapa ayah mertuanya begitu tergila-gila dengan wanita cantik yang saat ini sedang memilih seprai di sebuah toko dari brand ternama asal Paris yang digilai para wanita diseluruh dunia.     

"Ok, bungkus yang warna putih gading. Aku yakin Kate akan menyukainya,"ucap Viona pelan pada seorang pelayan yang sedang melayaninya dengan baik, pelanggan pemegang blackcard memang mendapatkan pelayanan terbaik seperti Viona saat ini.     

"Siap Nyonya, tunggu sebentar. Saya ambilkan yang baru."     

Viona mengangguk penuh semangat dengan senyum cantik yang mengembang lebar, Viona yang sedang mengedarkan pandangannya terhenti pada Natalie yang sedang menyentuh sebuah scarf cantik berwarna putih susu yang tengah dipakai manekin.     

"Kau menyukainya?"tanya Viona tiba-tiba mengagetkan Natalie.     

Natalie berjingkat kaget. "Tidak Mom, akh maksudnya aku hanya sedang melihatnya saja dan tolong jangan belikan untukku. Kau sudah membelikan aku banyak sekali barang kali ini, Mom. Aku tak mau lagi." Natalie langsung mengucapkan kalimat penolakan sebelum sang calon ibu mertuanya membungkus kain segi empat seharga USD 20 ribu itu, ck seharga kalung paling mahal yang pernah ia miliki. Miris.     

Viona terkekeh. "Kalau kau suka kenapa tidak? Lagipula..."     

"Tidak Mom, demi Tuhan. Aku benar-benar tak menginginkan scarf itu, tolong jangan buat aku sampai menangis untuk menolaknya."Natalie langsung memotong perkataan Viona dengan suara seraknya.     

"Astaga Jesus, kenapa kau harus sampai menangis? Kalau kau tak suka maka Mommy tak akan memaksa, sayang,"ucap Viona lembut sambil memeluk tubuh Natalie dengan erat.     

Natalie menarik nafas panjang. "Aku takut Mommy akan kecewa padaku jika aku menolaknya, karena itu aku..."     

"Ssttt...ya sudah sudah, Mommy mengerti. Mommy tak akan memaksamu membungkus barang apapun yang kau sentuh lagi, tapi jangan menangis, ya. Kecantikanmu akan hilang jika menangis, selain itu Mommy khawatir akan diprotes oleh Abby karena membuatmu menangis. Bisa-bisa dimasa depan Mommy tak diizinkan pergi lagi bersamamu oleh si posesif junior itu,"ucap Viona pelan menggoda Natalie.     

Natalie terkekeh mendengar perkataan Viona, dadanya kembali merasa dingin setelah Viona bicara seperti itu. Pelukan keduanya pun terlepas ketika pelayan yang sebelumnya mengambil satu set seprai dan teman-temannya yang baru datang menghampiri mereka.     

"Ok, aku mau enam set. Tiga warna putih daging dan tiiga putih susu,"pinta Viona dengan suara keras.     

"Mommy, tadi kita bukankan sudah sepakat?"rengek Natalie putus asa, ia tahu tiga set seprai mahal itu pasti untuk dirinya. Sejak tadi Viona memang membelikan dua macam barang yang memiliki warna yang hampir sama, barang pertama yang berwarna putih gading untuk Kate dan yang berwarna putih susu untuk dirinya.     

Viona pura-pura memberikan ekspresi kaget. "Oh benarkah? Mommy lupa, ya sudah kalau begitu. Tak mungkin kan kita membatalkan pesanan yang sedang disiapkan, kasihan para pelayan yang sudah melayani kita sepenuh hati itu kalau kita tak jadi membelinya,"jawab Viona lembut sambil mengerlingkan mata kirinya.     

Natalie menggelengkan kepalanya, ia kembali tertipu. Sang ibu mertua benar-benar tak bisa dilawan, dnegan ini Natalie yakin kalau Viona adalah penguasa tertinggi keluaga Wilan bukan Fernando. Karena barang yang dipesan Viona sudah selesai di packing dengan rapi sang nyonya Willan pun langsung melakukan pembayaran, menggunkaan kartu kredit tanpa limit membuatnya terlihat menakjupkan ketika membubuhkan tanda tangan di struk belanjanya yang memiliki angka nol sangat banyak dibelakangnya. Sungguh harga yang tidak masuk akal hanya untuk satu set seprai.     

"Apa kita bisa pulang, Mom?"tanya Natalie pelan.     

Viona tersenyum dan menggeleng. "Not yet, setelah berjalan-jalan di mall menggunakan sepatu hak tinggi ini kakiku menjadi sakit. Aku ingin menikmati massage terlebih dahulu sebelum pulang."     

"Massage?"     

"Yes dan kau ikut bersamaku,"jawab Viona cepat, secepat gerakan tangannya yang langsung mencengkram tangan Natalie untuk diajak pergi ke sebuah salon yang berada tak  jauh dari tempat mereka berada saat ini.     

Oh Jesus, kemewahan apa lagi yang ingin ditunjukkan Mommy padaku lagi! Natalie membatin pasrah saat dibawa masuk ke sebuah salon yang luar biasa besar dan memiliki banyak peralatan canggih yang berjajar di sepanjang jalan yang ia lewati ketika masuk kedalam ruangan VVIP.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.