You Are Mine, Viona : The Revenge

Sesal



Sesal

0Begitu sampai dirumah Natalie langsung mengunci dirinya dikamar, ia bahkan sampai lupa membayar ongkos taksi sampai membuat sang driver taksi turun untuk mengejar Natalie sampai akhirnya salah satu pelayan menahan driver taksi itu dan membayar ongkos taksi menggantikan Natalie.     
0

Di dalam kamar Natalie menangis sejadi-jadinya, meski Abby sudah mengatakan kalau gadis itu adalah sekretarisnya namun entah kenapa Natalie sangat terganggu akan hal itu. Ia benar-benar tidak suka dengan apa yang sudah Abby lakukan sebelumnya dengan gadis itu.     

Sepuluh menit Natalie pulang Abby pun tiba, dengan wajah panik Abby langsung bergegas menuju kamarnya yang ada dilantai dua. Melihat sikap Abby yang terburu-buru seperti itu membuat semua pelayan yang sebelumnya bingung melihat sikap Natalie kini sadar kalau sudah terjadi pertengkaran diantara mereka berdua.     

Dok...dok...     

"Buka pintunya Nate, kita harus bicara."     

"Aku tahu kau ada didalam dan bisa mendengar suaraku."     

"Nate, jangan pancing emosiku."     

"Ayolah Nate, jangan seperti anak kecil. Kita sudah dewasa tak usah seperti ini."     

Hening, tak ada jawaban. Natalie benar-benar mengabaikan Abby. Karena sudah tidah sabar Abby pun memilih jalan pintas, satu-satunya cara yang bisa ia lakukan saat ini. Dengan cepat Abby berlari ke ruang kerja ayahnya untuk mencari sesuatu, tak lama kemudian ia keluar dari ruangan itu dengan membawa sepucuk senjata api yang membuat semua orang terkejut. Namun karena takut tak ada satupun pelayan yang berani menegur sang tuan muda, mereka hanya bisa berpelukan dilantai satu menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.     

Dok..     

"Sekali lagi aku minta padamu untuk membuka pintu ini, Nate. Kau tahu siapa aku, kan? Jangan buat aku lepas kontrol, Nate. Cepat buka pintunya."     

Abby kembali mengetuk pintu kamarnya dan berbicara dengan suara keras meminta Natalie membuka pintu kamarnya, karena kembali tak ada jawaban akhirnya kesabaran Abby habis. Dengan pistol yang ada ditangannya Abby membidik pintu kamarnya yang sudah menggunakan sistem smartlock itu.     

Dor..Dor...     

Dua kali tembakan terdengar keras memecah keheningan dirumah besar itu, semua pelayan wanita yang berada dilantai satu langsung berteriak secara kompak. Sementara pelayan pria lainnya berusaha untuk tenang dan menenangkan teman-temannya yang lain, walau bagaimanapun mereka hanya pelayan dirumah itu jadi mereka tak bisa berbuat banyak selain hanya diam dan menunggu perintah.     

Sementara itu didalam kamar Natalie yang sedang duduk diatas ranjang nampak sangat shock saat Abby menembak pintu kamar mereka untuk merangsek masuk, ia benar-benar tak percaya Abby akan melakukan hal sejauh itu.     

"Aku sudah bilang sejak awal padamu, kau yang memaksaku berbuat seperti ini. Jadi jangan salahkan aku,"ucap Abby dingin begitu berdiri disamping ranjang dengan tangan yang masih menggenggam pistol yang masih mengeluarkan asap.     

Natalie tak merespon perkataan Abby, ia masih sangat shock dengan apa yang terjadi. Hanya air matanya saja yang menunjukkan betapa hancur dirinya saat ini.     

Menyadari keadaan Natalie yang tidak baik Abby langsung melemparkan pistolnya ke lantai begitu saja, detik selanjutnya pria itu langsung berhambur ke ranjang dan memeluk Natalie yang tengah menggigil ketakutan.     

"Maaf..maafkan aku, maafkan aku Nate. Aku tak bermaksud untuk membuatmu ketakutan seperti ini, maafkan aku sayang." Abby langsung mengeluarkan permintaan maafnya pada Natalie yang sudah menangis tersedu-sedu dalam pelukannya.     

Pelukan Abby semakin erat saat merasakan gemetarnya tubuh Natalie, Abby pun langsung teringat dengan perkataan Natalie sebelumnya saat ia mengatakan betapa kacaunya keadaan rumahnya saat diserbu anak buah ayahnya yang ingin mencari ayahnya saat itu. Sepertinya trauma Natalie kembali datang dan kini Abby mengutuk tindakan bodohnya itu yang sudah menggunakan pistol untuk membuka pintu.     

"Maafkan aku Nate...."     

"Jahat...kau jahat Xander. Kau sudah berbohong padaku, kau mengingkari janjimu huhu.."     

Jantung Abby berpacu dengan sangat cepat saat ini, ia tak tahu kemana arah pembicaraan Natalie saat ini. Dengan lembut Abby melepaskan pelukannya dari tubuh Natalie, tangannya dengan lembut menyeka air mata Natalie yang sudah menganak sungai.     

Pada saat Abby akan memberikan ciuman tiba-tiba Natalie mendorong Abby dengan kuat kebelakang. "Jangan sentuh aku, aku membencimu Xander."     

"Aku bisa menjelaskan semuanya dengan jelas, kita hanya perlu bicara baik-baik saja, Nate,"ucap Abby dengan cepat.     

Natalie menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak ada lagi yang perlu kau jelaskan, semua yang aku lihat tadi sudah menjelaskan semuanya. Kau tak perlu membuat kebohongan lagi untuk menutupi kebohongan lain yang sudah kau buat, kalau kau memang tak mencintaiku maka biarkan aku pergi. Aku akan dengan senang hati meninggalkan rumah ini dan..."     

Plak     

Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Natalie, Abby yang sudah dikuasai amarah secara reflek melayangkan tangannya ke wajah Natalie. Kesadaran Abby baru datang saat melihat Natalie memegangi pipinya yang sudah memerah karena terkena tamparannya.     

"Nate...a-aku..."     

Natalie tak merespon perkataan Abby, dengan tangan di pipi Natalie berlari menuju kamar mandi dan mengunci dirinya didalam kamar mandi. Abby merutuki kebodohannya yang sudah menyakiti Natalie, dengan langkah tertatih Abby mendekati kamar mandinya dan langsung duduk didepan pintu kamar mandi yang sudah tertutup rapat. Dari sela-sela pintu bagian bawah Abby bisa mendengar tangisan Natalie, rasa bersalah pun mulai merasuki dadanya saat ini.     

Dengan kepala tertunduk Abby hanya bisa diam mendengar tangisan Natalie yang menyayat hati, kejadian dikantor beberapa saat yang lalu saat ia bergurau dengan Clarine pun kembali berputar dalam memori Abby.     

"Nate..maafkan aku, aku tak bermaksud untuk menyakitimu. Aku benar-benar minta maaf Nate, pikiranku kacau saat kau mengatakan ingin pergi. Aku tak bisa kehilanganmu, Nate..maafkan aku Nate..."     

Meski mendengar semua yang diucapkan Abby namun Natalie tak menggubris sama sekali ucapan pria itu, ia masih terlalu kecewa dan sakit hati dengan semua yang Abby lakukan padanya. Mulai dari bermesraan dengan wanita lain sampai akhirnya menampar wajahnya, hari ini Natalie benar-benar sakit hati.     

"Mommy...hiks..kenapa kau pergi sendiri Mom. Kenapa kau meninggalkan aku sendiri Mom, aku benar-benar tak tahu harus kemana Mom huhu.."     

Natalie menangis tersedu-sedu sembari memanggil sang ibu, dari balik pintu Abby bisa mendengar tangisan Natalie meski samar-samar. Ia pun semakin merasa bersalah mendengar tangisan Natalie yang sangat menyesakkan itu, ini adalah pertama kalinya Natalie menangis lagi dengan memanggil nama ibunya setelah waktu itu Abby merenggut kesuciannya dengan paksa.     

"Fuck..kenapa jadi seperti ini,"pekik Abby dengan keras, Abby benar-benar menyesali kepergiannya ke The Hug malam itu. Seandainya malam itu ia tak pergi ke bar mungkin semua ini tak akan terjadi, mungkin saja ia tak akan sebaik ini pada Clarine dan tentu saja pertengkarannya dengan Natalie tak perlu terjadi.     

Karena tangisan Natalie semakin keras Abby kemudian membalik tubuhnya dan menempelkan keningnya ke pintu kamar mandi dengan tangan terkepal dan berkali-kali memukul pintu kamar mandi.     

"Maafkan aku sayang, aku mohon...tolong beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Aku benar-benar tak sengaja memukulmu tadi, hukum kau jika kau mau. Aku siap menerima hukuman darimu, sayang. Tapi tolong maafkan aku, aku tak mau bertengkar denganmu apalagi berpisah darimu. Kita akan menikah sebentar lagi, Nate...tolong maafkan aku."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.