You Are Mine, Viona : The Revenge

Jealous



Jealous

0Endurance Sky Building     
0

Natalie mengerjapkan matanya berkali-kali saat melihat deretan bangunan pencakar langit dihadapannya, terlihat jelas logo perusahaan milik keluarga calon suaminya di tiap gedung tinggi itu dengan gagah.     

"Apa kita tidak salah alamat, Teddy?"tanya Natalie lirih hampir tak terdengar.     

Teddy tersenyum. "Tidak Nyonya, komplek bangunan ini adalah milik keluarga Willan. Satu gedung paling tinggi itu adalah tempat Tuan besar bekerja sedang dua gedung kembar disamping kanan dan kirinya adalah kantor Tuan Aaric dan Tuan Abby."     

Natalie menolehkan pandangannya pada Teddy. "Bukankah kau bilang nama perusahaan mereka adalah Endurance Corpoation, tapi kenapa tulisannya pada komplek gedung ini tertulis Endurance Sky Building, Teddy."     

Teddy terkekeh melihat keluguan calon istri tuan muda pertamanya. "Memang, Endurance Sky Building adalah nama dari komplek perkantoran ini dan semuanya masih ada dalam naungan Endurance Corporation sebagai perusahaan induk, Nyonya."     

Natalie membuka lebar-lebar mulutnya mendengar penjelasan Teddy, ia kini mengerti kenapa nama bangunan dihadapannya tertulis Endurance Sky Building. Karena hari sudah semakin siang Teddy kemudian mengajak Natalie untuk masuk kedalam bangunan megah itu untuk bertemu dengan Abby seperti keinginan Natalie sebelumnya, beruntung Natalie memilih pakaian semi formal yang membuatnya tak terlalu terbanting dengan penampilan para staf Endurance corporation yang sangat modis.     

Saat hampir tiba didepan meja resepionis secara tiba-tiba Natalie mencengkram lengan Teddy kuat-kuat sehingga membuat Teddy bingung.     

"Ada apa, Nyonya?"     

Natalie menatap Teddy dengan mata sendu. "Kita pulang saja, ya. Aku malu."     

Teddy tersenyum. "Malu kenapa, Nyonya? Anda adalah calon istri Tuan muda, anda cantik dan luar biasa. Anda seharusnya tidak perlu malu."     

"Semua wanita yang sejak tadi berpapasan denganku menatapku dingin, mereka seperti akan memakanku hidup-hidup, Teddy."     

Teddy mengedarkan pandangannya ke arah para staf wanita yang sedang berlalu lalang di lobby utama Endurance Corporation, memang ada beberapa staf wanita yang menatap mereka dengan sinis. Namun karena Teddy sudah terbiasa menghadapi hal-hal semacam itu hanya tersenyum.      

"Mereka akan menyesali tindakannya saat tahu siapa anda yang sebenarnya, Nyonya. Jadi jangan takut, kita sudah sampai di tempat ini dan tak mungkin kita pulang tanpa bertemu dengan Tuan muda terlebih dahulu,"ucap Teddy pelan mencoba menenangkan Natalie. "Apa perlu saya menegur para staf wanita itu dengan memberitahu mereka siapa anda yang sebenarnya, Nyonya."     

"Tidak, jangan lakukan itu. Aku tidak mau, Teddy."Natalie memekik cukup keras sehingga membuat beberapa orang ditempat itu menoleh ke arah mereka.     

Teddy terkekeh. "Lalu bagaimana? Apa kita melanjutkan rencana kita datang ke kantor?"     

"Iya jadi, Teddy. Ayo kita temui Abby,"jawab Natalie dengan cepat.     

Teddy tersenyum melihat kepercayaan diri Natalie kembali lagi, ia pun meneruskan langkahnya menuju meja resepsionis yang terlihat ramah itu. Setelah mengatakan dirinya berasal dari rumah keluarga Willan akhirnya Teddy diizinkan naik ke ruangan Abby bersama Natalie, ketika dua orang itu masuk ke dalam lift ketiga resepsionis itu nampak saling berbisik satu sama lain membicarakan sosok Natalie yang tidak terlihat seperti pelayan seperti yang sebelumnya diucapkan Teddy ketika mengatakan dirinya adalah kepala pelayan di rumah keluarga Willan.     

Di dalam lift perasaan Natalie semakin tak karuan, ia benar-benar tak tenang dan takut akan membuat Abby kecewa padanya karena datang ke kantor tanpa meminta izin padanya terlebih dahulu. Namun di lain sisi ia merasa berhak datang ke kantor tempat calon suaminya bekerja, karena ia adalah calon istrinya yang akan segera menjadi istrinya dalam hitungan hari. Begitu lift berhenti di lantai tujuan Teddy keluar terlebih dahulu disusul Natalie yang terlihat sedikit ragu.     

"Itu." Teddy langsung menunjuk ruangan Abby yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiiri. "Itu ruangan Tuan muda, Nyonya. Bagaimana apa anda ingin saya temani juga menemuinya?"     

Natalie menggeleng. "Tidak usah, aku akan menemui calon suamiku sendiri."     

Teddy tersenyum lebar. "Baiklah kalau begitu, saya ingin ke toilet terlebih dahulu. Silahkan anda temui Tuan muda, setelah itu saya akan menyusul anda."     

Natalie menganggukkan kepalanya dengan cepat sebagai jawaban atas ucapan Teddy, seperti yang ia katakan sebelumnya Teddy langsung bergegas pergi ke toilet meninggalkan Natalie sendiri. Setelah Teddy pergi kepercayaan diri Natalie kembali hilang, ia ragu dan gugup. Rasanya sangat canggung sekali datang ke kantor yang dipenuhi orang yang tak ia kenal, ia seperti seekor anak ayam yang masuk ke kandang harimau saat ini karena banyaknya pasang mata yang menatapnya penuh curiga. Tentu saja Natalie dicurigai, ia bukanlah staf atau rekan dari Endurance Corporation dan Natalie sangat sadar akan hal itu, karena itu saat ini ia berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk menemui Abby calon suaminya yang saat ini berada tak jauh didepannya.     

Langkah Natalie terasa lebih ringan setelah ia mengumpulkan semua kepercayaan dirinya kembali, dengan senyum yang mengembang diwajahnya Natalie berjalan menuju ruangan Abby. Kini Natalie tak memperdulikan lagi para wanita yang menatapnya, yang ada dalam benak Natalie saat ini adalah bisa menemui Abby yang ada dibalik pintu yang tinggal lima langkah darinya itu.     

Pada saat akan mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Abby tiba-tiba saja pintu ruangan Abby terbuka dan keluarlah seorang gadis cantik yang sedang tersenyum lebar disusul Abby dibelakangnya, pemandangan itu sebenarnya biasa saja kecuali letak tangan Abby yang sedikit mengganggu penglihatan Natalie. Pasalnya saat ini tangan Abby berada dipinggang wanita cantik itu. Senyum yang susah payah dibuat Natalie pun langsung hilang seketika.     

"Aku tahu Sir, anda tak perlu terus mengulangi lagi kalimat yang sama seperti itu terus menerus,"ucap gadis cantik berambut blonde itu sambil tersenyum lebar.     

"Aku tidak sedang mengulang kalimat yang sama, aku hanya sedang..."     

Ucapan Abby terhenti saat ia melihat sosok Natalie yang tengah berdiri dihadapannya, kedua mata biru Abby langsung beradu dengan kedua mata Natalie yang sudah berkaca-kaca.     

"Nate..."     

Natalie menyeka airmata yang tiba-tiba menetes diwajahnya sambil tersenyum, detik selanjutnya dengan gerakan cepat Natalie membalik tubuhnya dan berlari meninggalkan Abby bersama sekretaris barunya Clarine yang terlihat sangat mesra dan tidak wajar itu.     

Melihat Natalie berlari secara reflek Abby pun menyusulnya, karena kalah cepat Abby tertinggal oleh Natalie yang sudah berada dalam lift.     

"Fuck." Abby mengumpat keras saat lift tempat Natalie masuk sudah mulai turun.     

Tanpa pikir panjang Abby pun berpindah ke lift milik karyawan untuk menyusul Natalie yang sudah turun menggunakan lift pribadinya, dalam lift Natalie berusaha untuk tak menangis meski air matanya terus menetes tanpa henti. Melihat pemandangan yang tak seharusnya ia lihat membuat dada Natalie sesak, ia merasa sangat dibodohi Abby saat ini.     

Begitu lift berhenti di lobby Natalie langsung berlari menuju pintu keluar, dua menit setelah Natalie keluar dari kantor lift yang dinaiki Abby akhirnya tiba di lobby. Sama seperti Natalie sebelumnya Abby pun langsung berlari keluar dengan kecepatan tinggi, karena kaki Abby panjang ia berhasil menyusul Natalie.     

"Nate...dengarkan aku,"ucap Abby dengan cepat saat sudah berhasil mencengkram tangan Natalie yang akan menyebrang jalan.     

Natalie yang tak menyangka akan berhasil dikejar Abby nampak terkejut.     

"Dengarkan penjelasanku."Abby mengulang perkataannya.     

Dengan sekuat tenaga Natalie berusah melepaskan cengkraman tangan Abby darinya. "Tidak ada yang perlu dijelaskan, semua yang aku lihat tadi sudah menjelaskan semuanya."     

"Dia sekretarisku, karyawanku. Bukan orang lain, aku bersikap normal tadi, Nate. Jadi kau tak usah berlebihan seperti ini."     

Natalie menyeka air matanya. "Oh jadi itu normal, memangnya kalau aku yang melakukan hal seperti itu kau tak akan marah? Ayolah, Xander. Aku bukan anak kecil yang mudah dibohongi."     

Setelah berkata seperti itu Natalie langsung melambaikan tangannya pada sebuah taksi yang kebetulan melintas dihadapannya, begitu taksi itu berhenti Natalie langsung masuk kedalamnya setelah melepaskan tangan Abby.     

Abby masih diam saja melihat Natalie pergi, ia masih terpaku akan ucapan terakhir Natalie yang sangat mengganggunya itu.     

"Nate..."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.