You Are Mine, Viona : The Revenge

Menjadi Denise yang baru



Menjadi Denise yang baru

0Setelah identitas Denise terbongkar semua orang di rumah sakit tak bisa bekerja dengan tenang, mereka tak menyangka ternyata Denise Jolie yang selama ini mereka kenal adalah seorang Willan. Sang princess Willan yang sangat disayang oleh Fernando Grey Willan, sang paman. Sungguh semua Orang tak bisa bekerja dengan konsentrasi, bahkan tak ada yang menyadari kalau pagi ini Kate tidak datang.      
0

Denise sendiri tak diizinkan bekerja oleh Fernando karena ia masih harus menyelesaikan beberapa wawancara lanjutan bersama seluruh keluarga Willan di ruangan Fernando, dari semalam nama Denise dan Willan sudah memuncaki semua pencarian di seluruh platform media sosial. Jadi tak heran jika para wartawan masih sangat ingin membahas soal princess Willan yang menyembunyikan identitasnya demi merasakan kehidupan normal seperti warga lainnya, Denise benar-benar menjadi buah bibir hari ini. Semua orang memuji namanya dan tentu saja kharisma seorang Fernando tak bisa dilupakan, sungguh nama Willan benar-benar baik daun kali ini.      

"Akhh lelah sekali, hari ini aku banyak sekali bicara dan tersenyum,"ucap Denise dengan keras saat wawancara terakhirnya selesai.     

Aaric terkekeh. "Jadi bagaimana? Kau sudah siap menjadi lebih sibuk dari ini, Nona Willan?"     

Denise menaikkan satu alisnya. "Apa maksudmu, Alex?"     

"Kalau semua orang sudah tahu kau adalah seorang Willan maka mereka akan mencari perhatian lebih banyak padamu, seperti contoh orang yang tak peduli padamu sebelumnya akan mencari cara untuk dekat denganmu. Mencoba mengambil keuntungan dari seorang Willan,"jawab Abby dengan cepat menyala Aaric.     

"Apakah ada yang seperti itu?"tanya Denise penasaran.     

"Banyak sekali, kita hidup di zaman dimana orang akan dihargai ketika punya nama, uang dan kekuasaan. Dan saat ini ketiganya sudah kau dapatkan, Denise,"jawab Abby kembali sambil tersenyum.      

Denise terdiam, mencerna kata-kata yang diucapkan oleh sang kakak.      

"Tapi kau tenang saja, aku yakin orang-orang seperti itu akan berpikir dua kali untuk mendekatimu, Denise. Percayalah setelah ini kau akan melihat wajah-wajah palsu dari orang-orang yang akan mencari keuntungan darimu,"celetuk Aaric pelan sambil meraih segelas kopi hangat dari atas meja.      

Denise menatap wajah kedua kakaknya secara bergantian. "Apa kalian juga seperti itu? Maksudku apa banyak orang yang mendekati kalian karena nama belakang kalian?"     

Abby tertawa lebar. "Tentu saja, Denise. Bukan hanya ada, tapi banyak. Terutama para gadis yang tergila-gila akan kekayaan keluarga kita, ingat Denise nama belakang kita adalah Willan. Willan yang sangat berpengaruh di wilayah Amerika Utara."     

"Yang dikatakan Xander benar, tak terhitung banyaknya wanita yang silau dengan nama belakang keluarga kita sejak kami sekolah dulu. Jadi kau kini tahu bukan, asal dari sebutan pangeran Willan itu?"celetuk Aaric kembali sambil tersenyum, ia tahu hal-hal semacam ini pasti akan sangat asing untuk Denise yang sudah terbiasa hidup tanpa menggunakan embel-embel nama Willan dibelakangnya.      

"Cih, alasan. Kalian berdua itu playboy jadi jangan bawa-bawa nama belakang kalian sebagai alasan,"sengit Denise kesal.     

Abby dan Aaric tertawa terbahak-bahak secara bersamaan, kedua kakak beradik itu lalu duduk di samping kanan dan kiri Denise yang masih memegang segelas teh melati tanpa gula favoritnya.     

"Sebenarnya bukan karena nama belakang juga yang membuat kami jadi incaran para wanita, Denise,"celetuk Abby kembali sambil melingkarkan tangannya ke pundak Denise.     

"Betul sekali,"sahut Aaric tak mau kalah ikut melakukan hal yang sama seperti kakaknya.     

Dirangkul kedua kakaknya yang berbadan tegap membuat Denise tak nyaman, dengan cepat ia meletakkan cangkir tehnya di atas meja dan langsung berdiri menjauhi sofa.      

"Kalau bukan karena nama belakang kalian, lalu apa?"tanya Denise ketus.     

Aaric dan Abby saling pandang dan tersenyum.      

"Tentu saja karena ketampanan wajah kami,"jawab keduanya kompak.     

Mendengar jawaban kedua kakaknya membuat Denise kesal, tanpa bicara ia pun langsung meninggalkan ruangan sang Daddy untuk pergi ke toilet. Denise malas melanjutkan pembicaraannya dengan kedua kakak kembarnya yang sangat narsis itu, walaupun apa yang dikatakan keduanya benar. Ketampanan Abby dan Aaric memang tak bisa diragukan lagi, sehingga wajar saja banyak gadis yang mengejar-ngejarnya. Ditambah lagi mereka adalah seorang Willan, benar-benar calon kriteria suami idaman sekali kedua pria muda itu.      

Saat Denise baru masuk kedalam toilet tiba-tiba terdengar percakapan beberapa dokter muda yang tengah membicarakan Denise.      

"Sungguh beruntung dokter Denise, selain dokter muda yang hebat dia juga seorang Willan. Oh Tuhan, aku iri sekali padanya."     

"Iya kau benar, pasti kehidupannya sangat sempurna. Kau lihat bukan bagaimana cara kedua putra tuan Fernando memperlakukannya, ugh benar-benar iri."     

"Cantik, kaya, karirnya bagus dan seorang Willan. Damn, betapa bahagianya menjadi dokter Denise."     

"Tapi yang masih tak habis pikir adalah kenapa dia menyembunyikan identitasnya dari semua orang, ya? Padahal seharusnya dia bangga menunjukkan siapa dirinya kepada semua orang, menjadi seorang Willan adalah berkat luar biasa dari Tuhan dan dokter Denise menyembunyikan itu bertahun-tahun. Sungguh tak habis pikir."      

"Iya juga ya, kenapa kira-kira dokter Denise menyembunyikan hal itu?"     

Dari dalam bilik toilet Denise tersenyum, ia kemudian bangun dan merapikan pakaiannya sebelum menemui para dokter muda yang masih terus membahas dirinya itu.      

"Kalian ingin tahu kenapa aku menyembunyikan identitasku?"tanya Denise pelan saat muncul dari balik bilik toilet.     

Mendengar suara Denise sekitar enam dokter muda itu mematung dan terdiam, mereka tak percaya orang yang sedang mereka bicarakan ada ditempat itu.      

Denise tersenyum menatap para dokter muda yang kini sudah menundukkan kepalanya itu. "Kenapa diam? Bukankah sejak tadi kalian penasaran dan ingin tahu alasannya aku menyembuhkan identitasku yang sebenarnya?"     

"M-maaf dok, kami tak bermaksud untuk membicarakan anda."     

"Betul dok, kami hanya…"     

"Kami hanya kagum dan penasaran dok, hanya itu. Tak ada niat jelek kami membicarakan anda."     

Denise mendekati para dokter muda itu dan menyentuh pundak salah satu dokter muda yang berada paling dekat dengannya secara lembut. "Tenang saja, aku tidak marah. Aku justru senang kalian bertanya seperti ini, karena aku akan menjawabnya sekarang. Jadi misalkan nanti kalian bertemu dengan orang lain atau staf lain atau saudara kalian yang menanyakan alasanku menyembunyikan identitasku dari dulu kalian bisa menjelaskan kepada mereka, setidaknya kalian bisa membantuku memberikan penjelasan kepada orang-orang itu. Apakah kalian mau membantuku?"     

"M-mau dok." Keenam dokter muda itu menjawab secara serempak.     

Denise kembali tersenyum. "Jadi alasannya sebenarnya aku menyembunyikan identitasku dari semua orang adalah karena aku ingin merasakan bagaimana hidup seperti kalian semua, yang tidak terlahir dalam keluarga biasa. Bukan dari keluarga Willan yang namanya sudah sangat dikenal oleh semua orang, jujur saja sejak kecil aku sudah mendapatkan pengawalan yang sangat ketat dari bodyguard Daddy dan Papa."     

"Daddy dan Papa? Apa bedanya Daddy dan Papa, dok?"tanya seorang dokter secara tak sadar memotong perkataan Denise.      

"Daddy adalah sebutanku untuk paman Fernando dan Papa adalah sebutanku untuk ayah kandungku Profesor Frank,"jawab Denise lembut sambil tersenyum.      

Setelah berbicara panjang lebar akhirnya keenam dokter itu mengerti alasan Denise menyembunyikan identitasnya, setelah mendengar semuanya dari Denise mereka semua sangat terharu dan bangga bisa mengenal Denise yang ternyata sangat tidak sombong dan ramah sekali. Karena apa yang mereka ingin tahu sudah dijelaskan oleh Dennis akhirnya keenam dokter itu pergi meninggalkan Denise untuk melanjutkan pekerjaannya kembali, sementara Denise masih berada di toilet untuk mencuci wajahnya dari make up yang masih menutupi wajah cantiknya.      

"Ok Denise, mulai saat ini kau adalah seorang Willan. Kau harus siap mendengar dan menghadapi hal-hal semacam itu lagi,"ucap Denise pelan sebelum membasuh wajahnya menggunakan air.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.