You Are Mine, Viona : The Revenge

Merajut hubungan



Merajut hubungan

0Viona yang ingin menikmati mandi paginya lebih lama terpaksa membatalkan niatnya setelah ibu Agnes menghubunginya, setelah berbilas Viona kemudian keluar dari kamar mandi. Setelah memakai pakaian ganti Viona lalu turun menuju meja makan yang ada di lantai satu untuk menikmati makan pagi yang sudah disiapkan oleh para pelayannya, para pelayan yang sedang membersihkan tangga memberikan salam kepadanya ketika ia berjalan turun. Bahkan salah satu pelayan langsung membantunya untuk turun karena khawatir, padahal sebenarnya Viona bisa turun sendiri. Namun karena ia tak mau mengecewakan pelayannya itu akhirnya Viona pasrah.     
0

"Terima kasih,"ucap Viona pelan pada sang pelayan yang baru saja membantunya turun.     

"Sama-sama Nyonya, kalau begitu saya melanjutkan pekerjaan saya kembali. Permisi Nyonya," sahut sang pelayan ramah.     

Viona menganggukkan kepalanya perlahan merespon perkataan pelayannya itu, dengan perlahan ia berjalan menuju meja makan dimana Teddy terlihat sedang memeriksa persiapan terakhir.      

"Pagi Nyonya," sapa Teddy sopan pada Viona.     

"Pagi Teddy, aku lapar Teddy," jawab Viona dengan cepat.     

"Baik Nyonya, silahkan duduk. Para pelayan sudah membuat Casserole, sandwich kacang merah, sup kacang merah, Haitian Tassot dan…"     

"Aku mau pizza," sahut Viona dengan cepat memotong perkataan Teddy.     

"A-apa Nyonya? Anda mau sarapan dengan pizza?"tanya Teddy tergagap tak percaya.     

"Yes," jawab Viona singkat tanpa ragu.     

Teddy dan para pelayan yang lain nampak saling pandang beberapa saat, mereka benar-benar dibuat bingung oleh sang nyonya yang tiba-tiba menginginkan pizza. Padahal selama ini mereka tau kalau sang nyonya adalah pecinta makanan sehat, apalagi jika sedang makan pagi seperti ini. Karena itulah mereka membuat masakan sehat dari berbagai menu yang biasa dinikmati sang nyonya.     

"Kenapa? Apa butuh waktu lama untuk membuat pizza?" tanya Viona pelan, raut kecewa nampak tergambar di wajahnya.     

"Ti-tidak Nyonya, kami akan membuatkan pizza sekarang juga," sahut Teddy dan para pelayan yang lain dengan kompak.      

"Baiklah, aku tunggu di ruang keluarga. Aku ambil satu casserole ya," ucap Viona dengan riang, ia senang karena akan dibuatkan pizza.      

Dengan menggunakan piring kecil Viona mengambil satu casserole dan ia bawa ke ruang keluarga, senyumnya tersungging lebar saat berjalan menuju meja makan. Sementara itu para pelayan termasuk Teddy terlihat bingung, pasalnya membuat pizza membutuhkan waktu yang cukup lama. Sementara nyonya mereka menginginkan pizza untuk makan pagi, setelah Viona tak terlihat dari pandangan Teddy lalu memerintahkan semua pelayan untuk mulai mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat pizza seperti yang nyonya mereka mau.     

"Pak Teddy, kita mau buat pizza rasa apa?"tanya Julie salah satu pelayan lirih     

"Oh iya ya, aku juga tak tau. Sebentar aku tanya terlebih dahulu kepada…"     

Tring!      

Ponsel yang dipegang oleh Teddy berbunyi sekali yang menandakan ada pesan yang masuk, dengan cepat ia melihat pesannya dan langsung tersenyum ketika membaca pesan yang ternyata dikirimkan oleh Viona itu.     

"Nyonya mau pizza rasa buah, perbanyak toping blueberries," ucap Teddy pelan sambil membaca pesan yang dikirimkan oleh Viona itu.     

"Baik, ayo mulai bekerja," sahut Julie kembali dengan cepat memberikan semangat pada teman-temannya.      

Setelah berkata seperti itu para pelayan yang ada di meja makan langsung berhambur menuju ke dapur, mereka langsung membuat pizza sesuai dengan pesanan Viona sebelumnya. Karena bahan yang digunakan untuk membuat pizza sudah ada semuanya di rumah mereka tak mengalami sedikit kesulitan, hanya saja karena waktu yang dibutuhkan cukup lama untuk mengolah pizza mereka harus lebih bersabar. Karena jika mereka terlalu terburu-buru maka adonan pizza nya akan gagal dan terasa tidak enak, dan mereka tak mau mengecewakan sang nyonya kalau gagal membuat pizza.      

Sementara itu Viona yang sudah ada di ruang keluarga nampak duduk di sofa kesayangannya yang tepat di depan kolam ikan, ia meletakkan piring berisi casserole yang ia bawa sebelumnya dari dapur di atas perut sambil memainkan ponselnya yang mencoba untuk menghubungi Adam sang kakak yang ada di desa Elora.     

"Hmmm jangan bilang kau belum bangun ya kak, awas saja ya. Aku sudah bersemangat sekali ini untuk menghubungimu," ucap Viona pelan sambil menatap ponselnya yang sedang memberikan tampilan sedang menghubungi Adam.      

Pada percobaan pertama dan kedua Viona tak direspon oleh Adam dan ini membuatnya sedikit kesal. Karena memiliki misi dari ibu Agnes akhirnya Viona kembali menghubungi Adam, kali ini ia tak menelpon akan tetapi melakukan panggilan video.      

"Angkat kak, awas saja kau tak mengangkat panggilan teleponku…"     

"A-anjiii…"     

Deg      

Viona yang sedang berbaring dengan santai langsung terbangun saat panggilan videonya diterima oleh Adam.      

"Aku kira kau melupakan kakakmu ini Anji." Adam diujung telepon bicara dengan sangat jelas.     

"Siapa yang melupakanmu, banyak hal yang harus aku urus kak selama aku akhirnya pindah ke Ottawa. Aku juga harus kembali sibuk di rumah sakit, jadi maaf kalau aku baru sempat menghubungimu kak," jawab Viona pelan, ia merasa sedih mendengar perkataan Adam.     

"Hei anak cengeng, awas saja kau berani menangis. Nanti aku dikira sudah melakukan kekerasan padamu oleh suamimu yang mengerikan itu," pekik Adam panik, ia bisa melihat dengan jelas kalau mata Viona berkaca-kaca.     

"Biarkan saja, nanti suamiku yang membalaskan aku untuk kakak," sahut      

Viona ketus.     

"Jangan Anji, aku masih mau hidup lama. Ya sudah aku minta maaf, jangan menangis. Kau jelek kalau menangis, oh ya kau terlihat lebih berisi Anji. Pipimu sedikit lebih chubby dari terakhir aku melihatmu beberapa bulan yang lalu," ucap Adam pelan mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.     

Viona yang sedang hamil jalan dua bulan dengan dua bayi kembar tentu saja terlihat lebih berisi dari sebelumnya, namun bagi orang-orang yang tinggal bersamanya tak akan melihat perubahan yang belum terlalu signifikan itu. Hanya saja karena Adam sudah lama tak melihat Viona ia akan langsung tau kalau Viona terlihat lebih berisi hanya dengan sekali lihat saja, Viona sendiri hanya bisa tertawa mendengar perkataan Adam. Kalau saja ia tak sedang hamil mungkin ia akan marah mendengar perkataan Adam.     

"Benarkah? Baguslah kalau begitu, itu tandanya suamiku benar-benar membahagiakan aku kak," sahut Viona dengan cepat sambil menyentuh pipinya yang sedikit berisi.     

"Aku tau suamimu yang kaya raya itu pasti akan membahagiakanmu Anji, kalau tidak aku akan datang ke kota dan mengajaknya duel," ucap Adam kembali      

"Memangnya kau bisa duel?"tanya Viona terkekeh.     

"Bisa, kalau terpaksa hahaha." Adam tertawa terbahak-bahak menjawab perkataan Viona.     

Viona pun akhirnya ikut tertawa, ia senang Adam ternyata menepati janjinya dulu saat ia akan berangkat ke Ottawa bersama Fernando untuk tak berubah.      

"Aku rindu Elora, aku rindu danau, aku rindu kalian," ucap Viona pelan sesaat setelah ia dan Adam bicara panjang lebar.     

"Datanglah Anji, suamimu yang kaya itu kan punya helikopter. Kau bisa datang kapan saja," sahut Adam dengan cepat.     

"Aku akan datang ke Elora dengan cepat kalau kau menikah kak." Viona langsung bicara ke inti begitu mendapatkan kesempatan.     

Adam langsung terdiam seketika mendengar perkataan Viona, ekspresi wajahnya pun berubah dengan cepat.     

"Aku masih belum bisa melupakanmu Anji,"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.