You Are Mine, Viona : The Revenge

Ocha beracun



Ocha beracun

0Saat profesor Frank sudah hampir sampai ke tempat Ammy tiba-tiba seorang suster datang dan menepuk pundak profesor Frank dengan sedikit panik.     
0

"Ada apa?"tanya profesor Frank pelan.     

"Di IGD Prof, ada seorang wanita yang mengalami kecelakaan tunggal. Kondisinya kritis," jawab sang suster dengan nafas naik turun.     

"Ayo kesana, kita tak boleh membuat pasien menunggu," sahut profesor Frank dengan cepat sambil berlari ke arah ruang IGD bersama suster yang baru saja menghampiri dirinya, ia melupakan niatnya untuk mencari tau dokter aneh yang ia curigai.     

Ammy yang sudah ketakutan akan terbongkar langsung bernafas lega saat melihat profesor Frank pergi, dengan perlahan ia menyeka keringat dingin yang mengalir dari keningnya karena gugup.     

"Sekarang tak ada yang bisa menyelamatkanmu Louisa, sebentar lagi kau akan menangis darah karena kehilangan anak seperti yang dialami Viona," ucap Ammy dalam hati sembari berjalan menuju ke ruangan praktek Louisa.      

Sesampainya di dekat ruang praktek Louisa yang sedang penuh pasien itu Ammy menghentikan langkahnya, ia mencoba mencari cara untuk melakukan tujuannya. Saat sedang membaca situasi tiba-tiba ia melihat Cecilia datang ke ruangan Louisa dengan membawa beberapa berkas penting yang harus Louisa periksa, karena tak mau membuat orang curiga padanya Ammy lalu melepas jas dokternya dan menyimpannya di sebuah kursi yang ada di barisan paling belakang tempat tunggu pasien Louisa.     

Ammy sengaja melepas jas dokternya supaya tak membuat para suster dan tenaga medis yang lain mencurigai dirinya yang sedang duduk di kursi para pasien di depan ruang praktek Louisa, hanya dengan menggunakan masker dan rambut yang digerai Ammy duduk mengamati ke arah dalam dimana Louisa sedang berbincang dengan Cecilia dan suster Chloe yang menjadi asistennya.     

"Ok, kalau begitu aku tinggal ya. Terima kasih dokter Louisa," ucap Cecilia lembut, di hadapan banyak orang ia masih menyebut Louisa dengan sebutan dokter untuk menjaga nama baik Louisa. Begitu pula dengan Louisa yang juga menyebut gelar dokter Cecilia.     

"Sama-sama dokter, maaf merepotkan," jawab Louisa lembut.     

Cecilia tersenyum tipis mendengar perkataan Louisa, ia kemudian keluar dari ruangan Louisa dan kembali ke ruangannya yang tak jauh dari ruangan praktek Louisa. Melihat Cecilia pergi membuat Ammy mendengus kesal, ia mengingat mendiang Lucia yang masih mendendam pada Cecilia karena pria yang ia cintai direbut Cecilia.     

"Setelah aku menuntaskan mereka maka akan ku urus kau Cecil, aku harus membalaskan dendam Lusia yang harus menderita karenamu," desis Ammy lirih.      

"Nona…"     

"Akhh i-iya saya, ada apa nek?" Lamunan Ammy buyar saat tiba-tiba ia disentuh oleh seorang wanita tua yang duduk disampingnya.     

"Tolong bacakan nomor antrian ku ini, penglihatanku sudah buram aku tak bisa melihat dengan jelas angka di kertas ini," jawab sama nenek dengan ramah pada Ammy sambil memberikan kertas antriannya.     

"Ini nomor dua belas nek," jawab Ammy singkat.     

"Oh dua belas, aku kira nomor tujuh belas Sekarang masih nomor berapa ya nona?"tanya sang nenek kembali.     

"Masih nomor lima nek," jawab Ammy berusaha sabar.     

"Baiklah nona cantik terima kasih bantuannya, aku hari ini ingin konsultasi pada dokter cantik yang sedang hamil itu. Dia sangat ramah dan baik seperti dokter Viona," ucap sang nenek pelan.     

"Begitu ya, semoga cepat sembuh ya nek," sahut Ammy dengan cepat, mendengar Viona dipuji moodnya langsung jelek. Ia benar-benar ingin secepatnya menyelesaikan pekerjaannya.      

"Terima kasih, kau juga nona cantik yang baik. Semoga Tuhan menyembuhkan semua penyakitmu supaya kau bisa menjalani hari yang baru lagi,"jawab sang nenek kembali dengan tulus.     

Ammy hanya menganggukkan kepalanya perlahan merespon perkataan nenek yang ada di sampingnya, ia lalu memilih bergeser ke arah dinding menjauh dari nenek tua yang ada disampingnya. Ia tak mau mengobrol kembali, ia tak mau moodnya rusak dan memilih fokus untuk tetap memperhatikan Louisa yang masih memeriksa pasiennya dan mencari cara untuk bisa masuk ke dalam ruangan praktek Louisa agar bisa memasukkan obat penggugur kandungan yang ada di dalam saku celananya.     

Saat sudah menunggu hampir tiga puluh menit tiba-tiba terlihat Aurelie bersama Anastasia berjalan menuju ruangan Louisa, mereka berdua terlihat membawa sebuah kotak makanan bersama sebotol minuman. Senyum Ammy pun mengembang saat melihat dua wanita itu berjalan bersama dengan membawa makanan dan minuman itu, ia yang sudah pusing selama tiga puluh menit terakhir untuk mencari cara agar bisa melancarkan aksinya kembali bersemangat. Tanpa pikir panjang Ammy lalu bangun dari kursinya dan berjalan dengan langkah tegap menuju ke arah Aurelie dan Anastasia yang sedang asik berbicara berdua membicarakan serial Netflix yang baru mereka tonton, Ammy yang sudah menyiapkan diri langsung melancarkan aksinya.      

Brukkk      

"Awww"      

Aurelie menjerit kaget saat ia ditabrak oleh seseorang dari arah depan sehingga membuat air minum yang ia bawa jatuh.      

"Kau tak apa-apa Aurelie?"tanya Anastasia panik.     

"Iya aku baik-baik saja," jawab Aurelie singkat sambil berpegangan pada Anastasia dengan penuh kekagetan, ia hampir saja jatuh kalau tak segera ditahan oleh Anastasia.     

"Syukurlah, kalau anda bagaimana nona?"tanya Anastasia pelan pada seorang wanita bermasker yang sedang berlutut sambil meraih botol minuman milik Aurelie di lantai.     

"A-aku baik-baik saja, maaf aku tak sengaja Nyonya. Anda berdua tak apa-apa bukan Nyonya?" tanya balik sang wanita bermasker yang tak lain adalah Ammy dengan cepat sambil memberikan botol minuman milik Aurelie.     

"Kami baik-baik saja, kami juga minta maaf sudah berjalan tak melihat jalan juga nona. Anda tak perlu minta maaf karena ini salah kami juga yang tak melihat jalan," jawab Aurelie ramah, ia merasa sedikit bersalah karena sebelumnya fokus berbicara dengan Anastasia dan tak melihat jalan.     

"Ya sudah kalau begitu saya permisi Nyonya," sahut Ammy pelan dengan sebuah senyum penuh kemenangan di balik maskernya.     

"Iya silahkan, hati-hati nona," Anastasia menjawab lembut perkataan wanita yang baru saja menabrak mereka.      

Ammy menganggukkan kepalanya perlahan lalu berjalan dengan cepat menuju pintu keluar, ia senang karena sudah berhasil melakukan tujuannya. Setengah isi dari obat yang ada di dalam botol yang ia bawa sudah berpindah ke dalam botol yang dibawa oleh istri profesor William. Ammy yakin kalau tujuannya akan berhasil kali ini, karena itulah ia memilih untuk segera pergi dari rumah sakit supaya tak tertangkap. Saat sudah hampir sampai pintu keluar Ammy lalu melepas masker bedah yang terpasang di wajahnya, ia membuang masker itu tepat di depan pintu keluar para karyawan.      

Dok     

Dok     

"Buka Nessie," pinta Ammy dengan keras sambil mengetuk kaca jendela mobil Natasya, dimana saat ini Nessie sedang bermain game sambil tiduran di kursi belakang yang ditutup kain hitam untuk penyamaran agar para security yang berjaga di area parkir tak menyadari keberadaannya.      

Dok     

Dok     

"Nessie buka," pinta Ammy kembali dengan menambahkan tenaga saat mengetuk kaca mobil.     

Karena suara ketukan Ammy yang cukup kuat akhirnya Ammy mendengarnya dengan jelas, dengan cepat ia lalu bangun dan keluar dari tempat persembunyiannya dan membukakan pintu untuk Ammy.      

"Bagaimana kak?"tanya Nessie penasaran saat Ammy baru saja masuk kedalam mobil.     

"Aku mendapatkan tiga ikan besar, walaupun tak berhasil mendapatkan sasaran utama," jawab Ammy singkat sambil memasang sabuk pengaman.     

"Apa maksudmu tiga ikan besar kak?"tanya Nessie bingung.     

"Nanti aku jelaskan dijalan, yang penting sekarang kita pergi dari tempat ini. Aku yakin sebentar lagi akan ada tangis darah di rumah sakit ini," jawab Ammy pelan dengan senyum yang tersungging lebar sambil menginjak gas mobilnya berusaha pergi dari area rumah sakit Global Bros.      

Nessie yang sebenarnya sangat penasaran memilih untuk diam, ia lalu kembali melanjutkan permainannya yang sempat tertunda.     

Sementara itu di dalam ruangan Louisa terlihat Aurelie dan Anastasia duduk di sofa, karena para pasien Louisa sudah hampir habis mereka berniat untuk mengajak Louisa menikmati sushi yang sudah dibeli oleh Anastasia sebelumnya. Mereka berdua terlihat menyiapkan makanan diatas meja yang ada di ruangan Louisa.      

"Kalian ini ya dasar," ucap Louisa pelan sambil meletakkan penanya diatas meja saat sudah selesai menulis resep untuk pasien terakhirnya.     

"Ayo sini, sushi ini enak Lou. Aku sering membelinya bersama Dexter kalau pulang dari rumah sakit," jawab Anastasia dengan cepat sambil melambaikan tangannya ke arah Louisa.      

"Iya Lou, ayo kesini," imbuh Aurelie pelan sambil menuangkan ocha yang ia bawa di botol minumannya ke tiga gelas kosong yang sudah disiapkan sebelumnya.     

Tanpa bicara Louisa berjalan dan mendekati sofa dimana Aurelie dan Anastasia duduk, saat sudah duduk di sofa Louisa meraih satu gelas yang sudah diisi ocha oleh Aurelie. Bicara selama lebih dari satu jam membuat tenggorokannya kering, melihat Louisa meraih gelas Aurelie dan Anastasia pun melakukan hal yang sama. Mereka bertiga pun lalu bersulang dan bersama-sama minum ocha yang dibawa Aurelie tanpa rasa curiga.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.