You Are Mine, Viona : The Revenge

Will you..



Will you..

0Aurelie akhirnya memutuskan untuk tinggal di Ottawa, ia juga sudah memberitahukan pada sang ayah perihal perasaannya pada profesor William secara jujur. Pada awalnya Tuan Taylor sangat kaget dan menentang permintaan putri semata wayangnya itu untuk tinggal di Ottawa namun setelah Aurelie menjelaskan panjang lebar, akhirnya Tuan taylor pun mengijinkan putrinya untuk tinggal sendirian di negara yang memiliki negara pecahan es itu. Namun setelah ia mengetahui kalau putrinya ternyata mempunyai perasaan khusus pada doker yang sudah merawatnya akhirnya tuan Taylor mengalah dan mengijinkan putrinya tinggal di Kanada dengan catatan asal Aurelie tinggal bersama profesor William.     
0

Profesor William dengan penuh semangat menyetujui syarat yang diberikan Tuan Taylor, namun bukan hanya itu saja persyaratan yang diberikan oleh pria yang paling ditakuti para mafia Mexico itu. Tuan Taylor menginginkan cucu dari mereka berdua secepatnya dan lagi-lagi persyaratan kedua inipun langsung disanggupi oleh profesor William, hanya Aurelie yang sedikit keberatan dengan syarat yang diberikan oleh sang ayah karena belum siap menikah. Namun Tuan Taylor mengatakan mereka tak perlu menikah buru-buru kalau memang belum siap, asal mereka memberikan cucu padanya maka itu bukan masalah bagi Tuan Taylor. Sebagai orang tua yang sudah berfikir secara luas Tuan Taylor tak mau memaksakan pernikahan pada mereka berdua dengan cepat, karena baginya menikah adalah ikatan sakral yang tak bisa dipaksakan. Oleh karena itu ia membiarkan mereka memutuskan kapan mau menikah.     

"Apa kau siap memberikan cucu pada ayahmu?" tanya profesor William lirih ditelinga Aurelie.     

"Im not ready yet, aku masih ingin menikmati banyak waktu indah bersamamu," jawab Aurelie dengan suara parau.     

"Tapi kau ingat bukan dengan perjanjian kita dengan ayahmu?" tanya profesor William kembali.     

"Ingat, tapi bukankah kita sudah menepati syarat yang pertama jadi kau tak usah gusar. Bilang saja kita belum berhasil memberinya cucu toh ayahku tak akan marah," jawab Aurelie pelan.     

Profesor William tersenyum mendengar perkataan kekasihnya itu, ia senang karena perasaannya pada Aurelie ternyata terbalas. Profesor William pun sudah bertekad dalam dirinya untuk menjadikan Aurelie wanita terakhir dalam hidupnya, rasa lelahnya setelah beraktivitas hari ini langsung pergi dengan cepat saat sudah bersama Aurelie. Ia kini bahkan punya tenaga baru untuk melakukan aktivitas lain dengan Aurelie, tanpa perduli kalau mereka saat ini masih ada di rumah sakit.     

Saat profesor William akan membuka kancing baju yang dipakai oleh Aurelie tiba-tiba pintu ruangannya terbuka dari luar yang sontak langsung membuat profesor William berguling ke bawah seketika karena kaget, Aurelie sendiri nampak tak kalah kaget. Wajahnya langsung memerah saat melihat siapa yang datang, tanpa bicara ia langsung duduk dengan baik. Beruntung mereka belum membuka baju.     

"Brengsek kau Dexter, tak bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu!!" umpat profesor William kesal sambil berusaha bangun dari lantai, nafasnya masih naik turun karena sudah sangat bernafsu.     

"Maaf bos, aku tak tau kalau kalian akan..."     

"No...kami hanya akan berciuman saja tidak lebih, jangan berfikir macam-macam!!" sahut Aurelie dengan cepat memotong perkataan profesor Dexter dengan cepat.     

Profesor Dexter tersenyum melihat ekspresi yang diberikan oleh kekasih sahabat baiknya itu, ia kemudian menatap profesor William yang sudah berdiri sambil berkacak pinggang menatapnya dengan tatapan mengajak perang.     

"Maaf aku salah tak mengetuk pintu ruanganmu terlebih dahulu Will, aku datang kesini hanya ingin mengabarkan berita penting padamu bahwasanya Tuan Fernando Grey Willan dan sang istri baru saja mendarat di Kanada dan sedang dalam perjalanan menuju ke Ottawa dari bandara Montreal," ucap profesor Dexter lantang, ia sengaja membawa-bawa nama Fernando agar sahabatnya itu tidak marah pada dirinya. Padahal sebenarnya niatnya datang ke ruangan profesor William adalah ingin mengajak sahabatnya itu minum bersama di bar.     

"Whatt...si bajingan besar itu sudah sampai di Kanada? Oh Tuhan terima kasih, aku lega sekali rasanya mendengar berita ini. Akhirnya kau bisa terbebas dari semua tanggung jawab besar ini," pekik profesor William penuh syukur.     

"Ya sudah aku hanya ingin mengabarkan hal ini padamu, kalau begitu aku permisi. Silahkan kalian lanjutkan aktivitas kalian berdua," sahut profesor Dexter dengan senyum lebar menggoda profesor William dan Aurelie yang wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus.     

"Fuck you!! Go away Dexter!!" teriak Profesor William dengan keras.     

Profesor Dexter tertawa lebar sambil berlari meninggalkan ruangan pribadi sahabatnya menuju ruangan pribadinya, ia pun membatalkan niatnya untuk mengajak profesor William pergi ke bar. Ia sedang pusing menhadapi Anastasia yang sedang datang bulan, karena tak mau membuat masalah dengan sang istri akhirnya ia berniat mengajak sahabatnya itu untuk mencari hiburan. Namun rupanya sahabatnya itu sudah memiliki kesibukan sendiri bersama kekasihnya Aurelie, akhirnya ia pun memutuskan untuk pulang saja menghadapi sang istri yang sedang PMS.     

Setelah profesor Dexter pergi suasana canggung pun nampak terlihat jelas di ruangan profesor Wiliam, walaupun mereka belum melakukan apapun namun tetap saja hal itu sangat memalukan bagi Aurelie.     

"Kau tenang saja honey, kalau si brengsek Dexter itu berani bicara macam-macam tentang kita maka aku akan merobek mulutnya," ucap profesor William pelan mencoba untuk menenangkan kekasihnya yang masih menunduk.     

"Memangnya kau berani melakukan itu padanya?" tanya Aurelie menahan tawa.     

"Beranilah...aku dan dia lebih hebat aku, dia hanya direktur yang ditunjuk Fernando untuk mengatur para dokter. Sedangkan aku adalah kepala para dokter bedah terbaik dirumah sakitb ini, dokter Viona yang hebat saja jadi bawahanku bukan. Jadi jangan ragukan kemampuan dan keberanian ku honey," jawab profesor William mencoba mencairkan suasana.     

Tawa Aurelie akhirnya pecah mendengar perkataan profesor William, ia merasa geli saat melihat kekasihnya itu menyombongkan dirinya. Pasalnya baru kali ini profesor William bicara searogan ini, ia tau kalau profesor William sebenarnya sedang bergurau namun entah mengapa ia senang sekali mendengarnya. Profesor William akhirnya memeluk Aurelie dengan erat sambil membelai-belai rambut coklat Aurelie yang tergerai indah.     

"Menikahlah denganku Aurelie," ucap profesor William lirih.     

Aurelie yang sedang tersenyum lebar langsung terdiam seketika saat mendengar perkataan kekasihnya, ia langsung melepaskan pelukannya dari profesor William yang sedang menatapnya dengan tatapan penuh cinta.     

"Tadi kau bilang apa?" tanya Aurelie terbata.     

"Yang mana?" tanya balik profesor William sambil tersenyum.     

"Yang terakhir ini, yang paling akhir," jawab Aurelie dengan cepat.     

"Oh yang aku lebih hebat dari semua dokter bedah dirumah sakit ini maksudmu," ucap profesor William berkelakar.     

Bug     

Aurelie mendaratkan pukulannya di dada profesor William, ia kesal sekali pada kekasihnya itu yang sedang menggodanya.     

"Maaf maaf...jangan marah," ucap profesor William lembut sambil meraih tangan Aurelie yang masih memukulnya.     

"Aku benci padamu, kau suka sekali menggodaku," sahut Aurelie merajuk.     

Profesor William tersenyum mendengar perkataan kekasihnya, perlahan ia meraih tangan Aurelie sambil berlutut. Tak lama kemudian ia terlihat mengeluarkan sebuah kotak hitam kecil dari balik saku bajunya dan membukanya dengan perlahan, saat kotak kecil itu terbuka terlihatlah sebuah batu indah berkilauan yang terpasang disebuah cincin putih indah.     

"Will you Marry me Aurelie Jasmine Luther?"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.