You Are Mine, Viona : The Revenge

Bertindak cepat



Bertindak cepat

0Setelah melampiaskan kemarahannya pada Fernando sang kakak Franklin memacu mobilnya menuju ke club miliknya, ia ingin mengerahkan para bodyguardnya di club untuk mencari Viona. Banyak orang besar melakukan transaksi di club malam seperti itu, oleh karena itu Franklin ingin menggunakan cara itu untuk mencari Viona. Ia melupakan statusnya yang sudah menikah, begitu mengetahui kondisi Viona seluruh otaknya langsung memikirkan Viona.     
0

Saat mobil Franklin masuk kedalam club para pria berbadan besar langsung memberi hormat padanya, melihat perlakuan anak buahnya membuat Frank tersenyum. Ia kemudian keluar dari mobil sport mahalnya dan melempar kuncinya kepada salah seorang bodyguard untuk memarkirkan mobilnya, setelah itu ia melanjutkan langkahnya lagi masuk kedalam club menuju ruangan pribadinya.     

"Anda ingin berapa wanita tuan?" tanya Douglas sang tangan kanan Franklin yang mengurus club bertanya langsung pada bosnya yang baru saja duduk di kursinya.     

"Aku tak butuh wanita saat ini, kumpulkan semua bodyguard dan minta mereka berkumpul di ruanganku," jawab Franklin dengan cepat.     

"Baik tuan," sahut Douglas dengan cepat.     

Franklin kemudian menyalakan laptopnya dan mencari file tentang Viona yang ia kumpulkan selama setahun lalu, foto-foto cantik Viona saat bertugas sebagai dokter sukarela di Irlandia pun masih tersimpan rapi dalam laptopnya. Perlahan Franklin meraba foto Viona yang sedang tersenyum lebar ke arah kamera, melihat foto itu membuat Franklin merasa kalau Viona sedang tersenyum kepadanya.     

"Kenapa kau dulu memilih si bajingan itu Vio, seandainya kau memilihku kita saat ini pasti udah bahagia Vio," ucap Franklin pelan dengan mata berkaca-kaca, entah mengapa hatinya sesakit ini saat mengetahui Viona keguguran. Padahal bayi yang dikandung Viona bukanlah miliknya.     

Bunyi ketukan pada pintu membuat Franklin tersadar, ia langsung menyeka air matanya menggunakan jemarinya dan mempersilahkan para pria berbadan besar itu masuk.     

"Dengarkan aku, aku tak akan bicara berkali-kali. Aku memberi tugas kalian untuk mencari seorang wanita bernama Viona Angel secepatnya, biodata dan fotonya akan aku berikan pada kalian semua. Bagi yang menemukan Viona Angel akan kuberikan hadiah sebuah rumah mewah di kawasan Beverly Hills dan sebuah mobil Lamborghini Aventador seri terbaru, asal kalian bisa menemukan dan membawa pulang wanita itu kepadaku tanpa ada lecet atau luka sedikitpun ditubuhnya," ucap Franklin dengan suara keras sambil mengangkat foto Viona dalam seragam dokternya.     

"Seorang dokter," bisik seorang pria negro mengomentari foto Viona ditangan Franklin.     

"Seorang dokter cantik lebih tepatnya ha ha ha…"sahut seorang pria bertato naga mengomentari perkataan temannya yang pertama.     

Mendengar perkataan si pria bertato naga membuat semua orang yang ada di dalam ruangan Franklin tertawa, melihat anak buahnya tertawa membuat Franklin tertawa lebar.     

"Dia adalah wanitaku, barang siapa yang berani menyentuh satu inch kulit di tubuhnya maka orang itu akan kubuat hidup segan mati tak mau. Bukan hanya itu keluarganya pun akan kubuat menderita, istrinya akan kujadikan budak di pertambangan batu bara dan anaknya jika ia lelaki akan kubunuh dan kujual organ dalamnya sedang anak perempuannya tak perduli berapapun usianya akan kubuat dia menjadi budak sex ditempat ini sampai ia tak mampu berjalan," ucap Franklin dengan suara lantang membahana di seluruh ruangannya.     

Semua orang yang ada di hadapan Franklin langsung terdiam seketika mendengar perkataan bosnya itu, mereka tahu bahwa bosnya adalah seorang pria yang kejam dan tak mungkin asal bicara. Wajah-wajah ketakutan nampak terpancar di wajah puluhan pria berbadan besar di hadapan Franklin, pasalnya mereka sudah memberikan data diri mereka kepada Franklin saat hari pertama mereka bekerja sebagai bodyguard. Jadi misalkan mereka kabur pun pasti akan tertangkap, pasalnya Franklin menggunakan sidik jari dan iris mata mereka dalam data pribadi yang ia kumpulkan. Oleh karena itu saat mendengar perkataan Franklin yang terakhir mereka semua langsung terdiam tanpa suara, bahkan dua orang pertama yang mengomentari foto Viona langsung bergetar hebat mereka langsung memikirkan anak istrinya dirumah.     

Franklin tertawa melihat empat puluh orang pria berbadan besar di hadapannya terdiam tanpa kata, ia kemudian membuka brankas dan melemparkan beberapa gepok uang pecahan 100 dolar kepada pria pria yang ada di hadapannya itu.     

"Bagi rata uang itu untuk kalian semua, kuberi waktu satu minggu ke seluruh negeri untuk mencari Viona. Aku tak peduli kemanapun kalian pergi yang aku inginkan adalah laporan setiap hari dari kalian mengenai kemajuan pencarian wanitaku ini," ucap Franklin dengan suara meninggi sambil berkacak pinggang.      

"Baik tuan," jawab empat puluh pria berbadan besar itu dengan kompak.     

"Ya sudah lebih baik kalian segera melakukan apa yang aku perintahkan, persiapkan diri kalian dan berangkat besok pagi. Ingat aku membutuhkan laporan dari kalian masing-masing, laporkan sekecil apapun perkembangan kasus ini dan ingat satu hal lagi. Aku lebih suka kecewa karena kejujuran daripada kalian menipuku dengan sebuah kebohongan." imbuh Franklin menambahkan perkataannya yang sebelumnya.     

Begitu Franklin selesai bicara ke empat puluh pria berbadan besar yang berdiri di hadapan Franklin langsung berjalan keluar meninggalkan sang tuan seorang diri bersama Douglas yang sejak tadi tak berkata apa-apa, ia hanya tersenyum tipis mendengar perkataan bosnya itu saat ada yang mengomentari yang tidak-tidak pada wanita yang fotonya dipegang oleh sang bos. Ia tau kalau tuannya itu tak pernah main-main, ia masih mengingat dengan jelas kejadian tiga tahun lalu saat ada yang menggoda Jessica yang saat itu menjadi wanita Franklin. Pria itu di hancurkan seluruh jari tangannya menggunakan palu oleh Franklin sendiri dan dikebiri oleh dokter yang sewa Franklin, proses pengebirian pria yang berani menggoda Jessica pun disaksikan oleh semua bodyguard. Sejak saat itu tak ada lagi yang berani membantah atau mengganggu wanita yang menjadi milik sang tuan, mereka tak cukup nyali untuk menantang maut.      

"Kau pegang semua data mereka bukan Douglas?" tanya Franklin pelan sambil menyimpan foto Viona ke dalam laci mejanya.     

"Iya tuan, saya tau siapa saja yang anda beri tugas itu tuan," jawab Douglas dengan cepat.     

"Bagus, kalau begitu kau boleh keluar Douglas. Aku ingin sendiri dan jangan ganggu aku," sahut Franklin mengusir tangan kanannya yang membantunya mengurus club itu tanpa sungkan.     

"Baik tuan, saya permisi," ucap Douglas berpamitan pada Franklin yang sudah memejamkan kedua matanya dan sedang bersandar di kursinya.     

Franklin hanya menaikkan satu alisnya merespon perkembangan Douglas, ia tak mau membuka kedua matanya karena tak mau bayangan Viona yang sedang ia lihat dalam ingatannya hilang.     

"Kemana kau pergi Vio, kau seharusnya mencariku atau paling tidak menghubungi aku. Aku adalah satu-satunya pria yang akan menerimamu dengan lapang dada, aku mencintaimu Vio. Aku mau menjadi suamimu walau kau pernah menjadi istri Fernando, kau adalah satu-satunya wanita yang aku terima walau kau pernah disentuh di brengsek itu. Aku mau menerimamu Vio...kau dimana Vio, berikan aku petunjuk untuk menemukanmu," ucap Franklin dalam hati.      

Sementara itu Fernando masih menggila di rumahnya, ia kesal karena Franklin tau kalau Viona pergi darinya. Ia takut kalau Frank akan menemukan Viona terlebih dahulu, ia tau Franklin sang adik bukanlah pria yang hanya asal bicara saja.     

"Kau baru menikah brengsek, beraninya kau mengancamku, Viona adalah istriku. Tak akan kubiarkan siapapun merebutnya dariku, walaupun itu adik kandungku sendiri," ucap Fernando dengan penuh emosi sambil melempar vas bunga yang ada di dalam ruang kerjanya ke arah lemari kaca besar yang ada di samping meja kerjanya.     

Suara vas yang beradu dengan kaca terdengar sangat menekankan telinga, semua orang yang ada di luar ruangan kerja Fernando hanya bisa diam. Tak ada satupun yang berani bicara, apa yang dilakukan Fernando saat ini mengingatkan para pelayannya dengan kejadian tujuh tahun lalu saat Zevanya meninggal. Padahal sebenarnya saat itu Fernando menggila karena Viona, bukan karena kematian Zevanya. Ia sudah ikhlas waktu mengetahui Zevanya meninggal akan tetapi saat mengetahui bahwa tak ada satupun berhasil menemukan Viona emosinya langsung memuncak, tak jauh beda dengan kondisinya saat ini. Akan tetapi kemarahannya saat ini bertambah sepuluh kali lipat karena saat ini posisi Viona adalah istrinya, wanitanya. Ia tak rela wanitanya direbut siapapun termasuk adiknya sendiri.     

"Akan kucari kemanapun kau pergi sayang, kau adalah milikku. Jiwamu, ragamu dan hak mu hidup di dunia ini adalah milikku, tak ada yang bisa merebutmu dariku. Walau kematian sekalipun," ucap Fernando berapi-api, tangannya sudah mengeluarkan darah segar pasca ia memukul meja kaca yang ada di hadapannya.     

"Kau milikku Viona...milikku....     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.