You Are Mine, Viona : The Revenge

Plan B profesor Frank



Plan B profesor Frank

0Mendengar perkataan Viona membuat Fernando tertawa terbahak-bahak sampai keluar air mata , ia merasa geli dengan perkataan Viona yang tak masuk akal itu . Sementara itu Viona nampak memicingkan satu matanya melihat sang suami tertawa seperti itu , ia bahkan sampai meletakkan burritonya diatas piring dengan kasar .     
0

"Apa yang lucu .?" Tanya Viona sambil menatap tajam sang suami .     

"Tidak ada babe , aku hanya bahagia saja sampai tertawa seperti tadi saat mengetahui anakku sudah bisa marah seperti tadi kepadaku ." Jawab Fernando pelan sambil menyeka air yang ada di kedua matanya.      

"Dia bahkan bisa ma….     

Bug      

Fernando langsung memeluk Viona dengan erat sehingga membuat Viona tak dapat menyelesaikan perkataannya , berkali-kali Fernando mencium kening Viona dengan penuh kasih sayang sambil terus memeluk sang istri . Sebuah senyuman tersungging di wajah Viona karena diperlakukan Fernando seperti itu , ia merasa aroma tubuh Fernando tercium lebih enak akhir-akhir ini sehingga membuatnya merasa nyaman walau dipeluk seperti itu oleh Fernando .     

"Aku mencintaimu Vio , jangan pernah tinggalkan aku ." Bisik Fernando pelan ke telinga Viona .     

"Benarkah ? apa buktinya kau mencintaiku .?" Tanya Viona dengan pelan.      

"Aku bisa melakukan apapun untukmu asal itu membuatmu senang , membunuh orang sekalipun aku akan lakukan kalau kau memerintahkannya padaku babe ."Jawab Fernando sambil tersenyum .     

"Apa kau bilang babe !!! jangan melakukan hal itu lagi , jangan seenaknya menghilangkan nyawa seseorang seperti itu . Aku tak mau punya suami pembunuh !!" Pekik Viona dengan suara keras sambil melepaskan pelukan Fernando .     

Fernando tersenyum mendengar perkataan Viona , ia lalu memeluk Viona kembali dengan erat sambil terus membelai rambut Viona dengan perlahan .      

"Tenanglah honey , Fernando yang dulu bukanlah Fernando yang sekarang . Selama kau ada disampingku dan terus menemaniku aku akan terus berusaha menjadi suami yang pantas kau banggakan ." Bisik Fernando pelan .     

"Janji ya , jangan pernah melakukan apa yang kau lakukan di masa lalu ." Ucap Viona pelan sambil memukul dada Fernando dengan perlahan .     

"Iya babe aku berjanji , bukankah aku harus memberikan contoh yang baik untuk anakku ." Sahut Fernando pelan sambil meraba perut Viona .      

Viona tersenyum mendengar perkataan Fernando , ada perasaan aneh yang membuat hatinya menjadi hangat saat ini . Sebuah perasaan yang tak dapat dideskripsikan oleh Viona dengan logikanya , yang Viona tau saat ini ia merasa nyaman ada di pelukan Fernando seperti sekarang .     

"Aku mengantuk ." Ucap Viona pelan sambil menguap .     

"Sebentar aku bawa ke ranjang ." Sahut Fernando pelan sambil menggendong Viona ala bridal style .      

Dengan perlahan Fernando menidurkan Viona ke atas ranjang , ia pun ikut berbaring disamping Viona sambil terus memeluk tubuh sang istri dengan erat .     

"Apa kita bisa seperti ini terus .?" Tanya Viona pelan dengan suara yang hampir tak terdengar .     

"Tentu saja , kita akan bahagia selama-lamanya seperti ini dan tak akan kubiarkan seorang pun mengusik kebahagian kita ." Jawab Fernando dengan penuh keyakinan .     

"Aku percaya padamu…." Ucap Viona lirih sambil memejamkan kedua matanya dengan perlahan .      

Fernando mencium kening Viona dengan lembut dan ikut tertidur bersama dengan Viona yang sudah terlelap lebih dahulu .Walau matahari masih belum terbenam seutuhnya di ufuk barat , sepasang anak manusia itu sudah tertidur dengan pulas dengan saling memeluk satu sama lain seolah takut kehilangan dengan wajah yang tersenyum bahagia .     

RUMAH SAKIT GLOBAL BROSS      

Sudah enam hari Viona resmi berhenti bekerja dan posisinya digantikan oleh dokter Cecilia yang masih belum dapat sepenuhnya mengambil hati para pasien , kebanyakan pasien masih menolak diperiksa oleh dokter Cecilia tanpa alasan . Mereka tetap minta diperiksa oleh dokter Viona walau sudah di berikan penjelasan bahwa dokter Viona sudah tak bekerja lagi , seorang pasien pria setengah baya bahkan langsung pulang begitu tau kalau bukan dokter Viona yang memeriksanya .      

Diperlakukan seperti itu oleh pasien membuat dokter Cecilia down , setiap selesai bekerja ia akan menangis di toilet yang ada di ruang periksanya dan mengunci dirinya dari dalam untuk tiga puluh menit .      

Tok      

Tok      

"Dokter anda baik-baik saja kan dok.?" Tanya suster Chloe khawatir karena dokter Cecilia sudah dua puluh menit belum keluar dari kamar mandi .     

"Dok ...kalau anda tak membukanya juga maka saya akan ..     

Ceklek      

Pintu kamar mandi terbuka dari dalam dan keluarlah dokter Cecilia dengan mata merah yang masih sembab , wajahnya pun terlihat nampak pucat sehingga membuat suster Chloe khawatir  dan tak meneruskan perkataannya yang sebelumnya .     

"Anda baik-baik saja kan dokter .?" Tanya suster Chloe kembali sambil membimbing dokter Cecilia untuk duduk di sofa .     

"Aku sepertinya tak sanggup kalau harus seperti ini terus sus , rasanya sangat sakit ditolak dan dihina oleh pasien hiks...hiks...mereka bahkan belum mendapatkan perawatanku tapi mereka sudah menolakku dan hu hu hu….." Tangis dokter Cecilia akhirnya meledak setelah menahan rasa sakit hatinya selama enam hari ini .     

Suster Chloe kemudian memeluk dokter Cecilia untuk memberikan dukungan , ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana dokter Cecilia dimaki-maki oleh pasien . Suster Chloe merasa iba kepada dokter Cecilia atas pengunduran diri dokter Viona , tapi disisi lain ia tak bisa menyalahkan dokter Viona karena ini juga merupakan hak pribadinya untuk berhenti bekerja .     

"Aku sepertinya memang tak pantas menggantikan posisi dokter Viona sus ." Isak dokter Cecilia terbata sambil menyeka air matanya dengan perlahan .     

"Anda jangan berkata seperti itu dok , ini hanya masalah waktu saja lambat laun para pasien pasti akan mengerti dok ." Ucap suster Chloe mencoba untuk memberikan semangat pada dokter Cecilia.      

"Tapi apakah aku bisa sus ..hiks ..aku tak akan mampu bisa menjadi seperti dokter Viona ." Sahut dokter Cecilia pelan .     

Suster Chloe hanya bisa diam mendengar perkataan dokter Cecilia , ia tahu kalau dokter Cecilia sangat terpukul saat ini . Beban yang diberikan kepada dokter Cecilia terlampau berat untuk ia emban apalagi untuk menggantikan posisi dokter Viona yang merupakan dokter terbaik di bidangnya .      

Tanpa diketahui oleh suster Chloe dan dokter Cecilia di luar pintu sudah berdiri profesor Frank yang mendengar semua percakapan mereka berdua , sebuah senyuman tersungging di wajah tampannya karena rencananya berjalan dengan mulus sesuai keinginannya .     

"Kalian memang bisa membuat Viona pergi dari rumah sakit ini tapi perlu kalian ingat para pasien ini adalah nyawa sebuah rumah sakit , aku ingin melihat seberapa lama lagi kalian mengatasi masalah ini ." Ucap profesor Frank dalam hati senang sorot mata tajam memandang ke arah ruangan dokter William yang pintunya sedang tertutup .     

Tak lama kemudian profesor Frank pun kembali bekerja di tempat prakteknya , saat melewati ruangan dokter Louisa yang masih kosong hatinya berdesir. Sudah satu minggu ini ia tak melihat sosok dokter Louisa di rumah sakit , bahkan pihak manajemen rumah sakit pun tak mampu memberikan ia penjelasan mengenai absennya dokter Louisa . Mereka hanya mengatakan kalau dokter Louisa menggunakan cuti tahunannya untuk keperluan keluarga yang tak dijelaskan dengan spesifik .     

"Akh kenapa aku harus memikirkan perempuan itu , lebih baik aku fokus memikirkan cara untuk membawa Viona kembali lagi ke rumah sakit ." Ucap profesor Frank lirih sambil meneruskan perjalanannya menuju ke ruang prakteknya dengan langkah tegap .     

Sepanjang perjalanan menuju ke ruang prakteknya banyak suster baru menegur profesor Frank dan dibalas sebuah senyuman manis dari bibir profesor Frank sehingga membuat para suster baru itu bersorak kegirangan karena sapaannya dibalas oleh profesor tampan yang masih lajang itu , dokter Ammy yang melihat apa yang dilakukan para suster itu menjadi naik darah . Ia merasa terganggu atas apa yang dilakukan oleh para pekerja baru itu , ia merasa punya hak atas profesor Frank yang kini menjadi masternya itu .      

Bruk      

"Awwww…." Pekik dua orang suster baru yang tadi menegur profesor Frank kesakitan karena terjatuh di lantai usai ditabrak oleh dokter Ammy yang membawa sebuah troli .     

"Kalian kenapa berdiri disini , disini adalah jalan umum kalau kalian ingin bergosip silahkan pergi ke taman atau ke kantin jangan di jalan umum seperti ini ." Hardik dokter Ammy dengan ketus .     

"Kami hanya …     

"Hanya apa !! kalian berdua itu suster baru , bukannya berkerja dengan baik tapi malah kecantikan seperti itu . Jangan kira aku tak melihat apa yang kalian lakukan tadi ya , jadi jangan cari alasan ." Ucap dokter Ammy dengan ketus memotong perkataan seorang suster yang berwajah Asia  .      

Mendengar perkataan dokter Ammy membuat kedua suster itu ketakutan , mereka berdua pun berusaha bangun dari lantai dan berjalan cepat meninggalkan dokter Ammy dengan tertatih-tatih setelah meminta maaf pada dokter Ammy . Setelah kedua orang suster itu pergi dokter Ammy mendorong begitu saja troli yang ia bawa ke ujung lorong .     

"Sebelum aku bisa mendapatkan Fernando profesor Frank tak boleh didekati wanita lain ." Ucap dokter Ammy dingin , ia kemudian meneruskan langkahnya menuju ke ruangan IGD tempatnya bekerja dengan langkah cepat karena jam kerjanya hampir tiba pasalnya ia akan berjaga shif siang menggantikan dokter jaga yang berjaga pagi .     

"Sabar Ammy setelah profesor Frank bisa membawa pelacur itu keluar dari istana Fernando kau akan secepatnya menggantikan posisi pelacur itu dengan segera ." Gumam dokter Ammy pelan dengan hati berbunga-bunga setelah mengetahui rencana yang sedang disusun oleh profesor Frank .     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.