You Are Mine, Viona : The Revenge

Kembalinya singa betina



Kembalinya singa betina

0Fernando terdiam mendengar perkataan Viona yang menolak rencana Fernando untuk mencari kedua orangtua kandungnya, ia masih tak habis pikir kenapa Viona tak mau tahu dengan sosok kedua orang tua kandung yang sudah membuatnya hadir di dunia.      
0

"Ibu Maria dan suaminya George tetaplah kedua orang tuamu, tapi kau juga harus tahu siapa sosok kedua orang tuamu yang asli babe." Ucap Fernando pelan sambil memegang tangan Viona yang dingin.     

"Untuk apa aku mencari orang tua yang sudah membuangku sejak aku masih bayi, bukankah mereka dari awal memang sudah tak menginginkan kehadiranku. Lalu kenapa sekarang aku berusaha mencari mereka, aku hanya tak mau membuka luka lama lagi saja." Jawab Viona dengan suara lirih yang hampir tak terdengar.     

"Kau membenci kedua orang tua kandungmu.?" Tanya Fernando dengan pelan.     

"Bagaimana aku membenci mereka sedangkan mengenal mereka saja tidak, aku hanya tak mau membuat luka hati yang sulit disembuhkan ini terluka lagi. Biarkan ibu Maria dan ayah George yang mengisi relung hatiku yang paling dalam, bagiku mereka berdualah orang tua kandungku."Jawab Viona sambil menatap mata Fernando dengan sendu.     

"Baiklah kalau itu maumu, aku tak akan meneruskan pencarianku lagi terhadap kedua orang tua kandungmu itu. Mulai saat ini aku aku akan ikut menganggap ibu Maria dan ayah George sebagai orang tua kandungmu." Sahut Fernando pelan.     

Viona menganggukan kepalanya pelan merespon perkataan Fernando, ia lalu terdiam di dalam pelukan Fernando mengingat kembali masa kecilnya bersama ibu Maria yang belum sempat ia bahagiakan. Mencium aroma tubuh Fernando benar-benar membuat Viona merasa nyaman, saat ia akan memejamkan kedua matanya tiba-tiba Viona mengingat dengan luka di tangan Fernando. Ia langsung membuka kedua matanya dengan cepat dan kaget ketika melihat luka di tangan Fernando ternyata sudah terbuka lagi, ia melihat dengan jelas perban putih yang dipakaikan dokter William kini berubah warna menjadi merah karena luka di tangan Fernando yang sudah mengeluarkan darah.     

"Ayo bangun."Ucap Viona dengan cepat sambil berdiri.     

"Kenapa babe." Tanya Fernando bingung.     

"Ayo bangun jangan banyak bicara." Jawab Viona sambil berusaha menarik tangan Fernando untuk bangun.     

Fernando pun mengikuti perintah sang istri, ia langsung bangun dari lantai dan kini berdiri berhadapan dengan Viona yang sudah berkacak pinggang.     

"Ada apa.?" Tanya Fernando bingung karena melihat salat mata Viona yang menunjukkan kemarahan.     

"Duduk di atas ranjang dan diam saja jangan banyak bicara." Jawab Viona dengan cepat sambil berlalu dari hadapan Fernando.      

Viona pun berjalan menuju ke ke kotak peralatannya yang disimpan di sebuah lemari khusus yang ada di samping meja kerja Fernando, tak lama kemudian Viona sudah membawa sekotak peralatan medisnya lengkap dengan alkohol yang masih tersegel. Ia juga sudah membawa sepasang kaos tangan khusus yang digunakan untuk menangani pasien.     

Di atas ranjang Fernando terlihat bingung ketika Viona kembali mengeluarkan peralatan medisnya, ia belum menyadari kalau tangannya kembali mengeluarkan darah.     

"Berikan tangan kananmu kepadaku."Ucap Viona dengan ketus.     

"Tangan kanan memangnya kenapa dengan tangan kanan…     

Fernando tak dapat menyelesaikan perkataannya ketika sudah melihat perban putih yang dipasangkan dokter William kini berubah warna menjadi merah, ia pun langsung tersenyum seperti orang bodoh ke arah Viona yang sedang menatapnya dengan tajam.     

"Kau ini memang benar-benar bodoh." Ucap Viona dengan cepat sambil membuka perban yang terpasang di tangan Fernando menggunakan gunting.     

"Apa babe, kau bicara apa.?" Tanya Fernando dengan pelan karena tak mendengar dengan jelas perkataan Viona yang sudah menggunakan masker.     

"Awww… "Teriak Fernando dengan keras saat tangannya yang terluka ditekan dengan kasar oleh Viona.     

"Sakit." Ucap Fernando memelas.     

"Kalau sakit jangan sok jagoan, memangnya kau pikir tangan ini terbuat dari baja yang dipukul dengan botol seperti itu tidak akan terluka." Sahut Viona dengan cepat sambil menarik maskernya.     

Fernando langsung menutup mulutnya menggunakan tangan kirinya mendengar perkataan Viona, ia hanya bisa diam ketika melihat Viona bekerja mulai dari melepas perbannya dan membalut kembali lukanya yang mengeluarkan darah. Ia bahkan hanya bisa meringis tanpa suara ketika merasakan perih di tangannya saat Viona kembali memberikan obat di bekas jahitan dokter William.     

Setelah memberikan obat di tangan sang suami Viona kemudian membalut luka Fernando menggunakan perban yang baru, ia pun melapisi luka suaminya dengan menggunakan foam dressing yang dapat menyerap cairan dan menjaga luka tetap lembab agar cairan dalam luka tidak terlalu menguap keluar dan juga berupaya agar bakteri dari luar tidak masuk kedalam luka sebelum dibalut dengan perban.      

Fernando menghela nafas panjang ketika melihat Viona sudah selesai mengurus lukanya Dan meletakkan kembali kotak medisnya ke dalam lemari khusus akan tetapi perhatian Fernando kembali tertuju kepada Viona yang sedang membawa arm sling, sebuah alat untuk penyangga yang biasa dipakai oleh orang yang mengalami patah tangan. Oleh karena itu ia bingung ketika melihat sang istri membawa arm sling itu kepadanya.     

"Untuk apa ini babe.?" Tanya Fernando bingung ketika melihat Viona mengeluarkan arm sling dari tempatnya.     

"Diam saja jangan berisik.!!" Sahut Viona ketus sambil terus berupaya mengeluarkan penyangga tangan itu keluar dari tempatnya.     

Sepuluh menit kemudian arm sling pun sudah terpasang di tangan kanan Fernando yang terluka, sementara itu Fernando nampak kebingungan ketika ia harus memakai alat penyangga siku itu. Pasalnya ia hanya sedikit terluka di punggung tangannya bukan mengalami patah atau retak,luka itu pun sudah dijahit sempurna oleh dokter William.     

"Babe lukaku hanya luka kecil bukan luka patah atau retak yang mengharuskan wku menggunakan penyangga seperti ini." Ucap Fernando pelan kepada Viona yang sedang membuang sampah tempat penyangga tangan yang kini terpasang di bahu dan tangan Fernando.     

"Kalau kau tidak dipakaikan alat seperti itu aku tak bisa menjamin luka di tanganmu itu tak akan terbuka lagi, oleh karena itu alat itu sengaja aku pakaikan padamu supaya membantu penyembuhan tanganmu lebih cepat." Jawab Viona sambil tersenyum.     

Walau sebenarnya masih ingin protes tapi Fernando membatalkan niatnya karena tak mau mencari masalah lagi dengan Viona, ia akhirnya hanya bisa pasrah dan menuruti kemauan Viona untuk menggunakan penyangga tangan.     

Fernando pun kemudian mengajak Viona untuk turun ke lantai satu setelah ajakannya untuk berlibur ditolak mentah-mentah oleh Viona, Viona menolak ajakan Fernando dengan alasan tangan Fernando masih sakit jadi ia tak mau mengambil resiko dan meminta Fernando untuk istirahat di rumah saja daripada pergi berlibur. Saat berjalan keluar dari kamar beberapa orang pelayan yang sedang membersihkan lorong di lantai dua tampak terkejut ketika melihat Fernando memakai alat penyangga tangan, begitu pula dengan orang-orang yang ada di lantai satu mereka membuka mulutnya lebar-lebar saat melihat Fernando turun dari tangga.     

"What happen.?" Tanya Dokter William pelan dengan penuh kebingungan pada Fernando.     

"Entahlah aku hanya bisa menuruti kemauan istriku saja." Jawab Fernando setengah berbisik kepada dokter William.     

Viona hanya tersenyum tipis melihat dokter William dan Fernando yang sedang berbisik-bisik,ia tahu kalau dokter William pasti sedang mengkonfirmasi kenapa Fernando menggunakan penyangga tangan. Justin dan Harry pun hanya bisa diam ketika melihat tuan mereka menggunakan alat penyangga tangan dan tak berani bicara.      

"Kak Vio, kenapa kakak memakaikan kakak ipar penyangga tangan.?" Tanya Jenny pada Viona yang baru duduk disofa dengan tanpa rasa bersalah.     

Semua orang yang ada di ruangan itu pun langsung menoleh ke arah Jenny , termasuk Fernando yang kaget karena tak menyangka Jenny akan mengatakan hal itu pada Viona.     

"What??? kenapa kalian semua melihat ke arahku.? memangnya ada yang salah.?" Tanya Jenny dengan cepat ketika melihat semua orang menatap tajam ke arahnya.     

Amina yang menyadari situasi yang terjadi pun langsung menarik Jenny pergi dari ruangan keluarga, ia sedikit kesal dengan adiknya yang ceplas ceplos itu.     

"Kenapa menarikku Amina.?" Tanya Jenny kesal sambil berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman tangan Amina.     

"Kau ini lama-lama menjengkelkan Jenn." Jawab Amina dengan setengah berbisik sambil melirik ke arah Viona yang sedang duduk di sofa sambil menikmati kacang almond.     

"Apanya yang menjengkelkan aku tak mengerti Amina.!!" Sengit Jenny dengan gemas.     

"Kenapa kau harus tanya dengan alat penyangga yang dipakai oleh kakak ipar, biarkan saja itulah kak Vio yang pasang!! memangnya kau mau kena semprot kak Vio juga.!!" Ucap Amina dengan suara meninggi.     

Jenny langsung menutup mulutnya ketika menyadari kesalahannya, ia pun langsung melihat ke arah Viona yang duduk santai di sofa.     

"Aduhhh kak Vio marah padaku tidak ya.?" Tanya Jenny lirih.     

"Berdoa saja ya...aku tak bisa menjamin soalnya." Jawab Amina singkat dengan senyum yang dipaksakan.     

"Amina aku serius…     

"Amina Jenny ayo makan.!!" Panggil Viona dengan suara keras sehingga membuat Jenny tak dapat menyelesaikan perkataannya.     

"Iya kak." Sahut Amina dan Jenny bersamaan.     

Mereka berdua pun berjalan menuju ruang makan dimana semua orang juga sedang berjalan ke arah yang sama termasuk Viona yang berjalan paling depan, sesampainya di meja makan semua orang pun duduk di kursi yang disiapkan sebelumnya oleh para pelayan.     

"Berikan piring tuan kesaya Teddy." Ucap Viona pelan sambil membuka sapu tangan yang ada di atas piringnya dengan perlahan.     

"Maaf nyonya…     

"Berikan piring tuanmu itu kepadaku, aku akan menyuapinya makan Teddy." Ucap Viona mengulangi perkataannya yang sebelumnya.     

"Babe …..     

"Kenapa ada masalah.?" Tanya Viona dingin sambil menatap ke arah Fernando.     

Fernando langsung menggelengkan kepalanya ketika melihat Viona menatap tajam padanya tanpa berani bicara, ia akhirnya hanya bisa menuruti kemauan Viona dan menerima suapan demi suapan dari Viona dihadapan semua orang.     

"Hancur wibawaku." Ucap Fernando dalam hati sambil membuka mulutnya ketika Viona ingin menyuapinya potongan daging sapi panggang.     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.