You Are Mine, Viona : The Revenge

Announcement



Announcement

0Endurance Corporation     
0

Sejak Fernando tiba dikantor semua karyawan langsung bekerja dengan serius, tak ada yang berani main-main pasca kemarin hampir semua orang yang bertemu dengan Fernando terkena amarahnya. Justin dan Harry yang sudah paham dengan apa yang terjadi sang tuan pun nampak hati-hati, mereka berusaha tak melakukan kesalahan apapun yang mampu memicu amarah sang tuan.     

Drtttt.....Drrrttttt.....     

Ponsel Fernando berdering berkali-kali disaat ia sedang meeting  bersama para manajer, pada awalnya semua orang yang ada diruang meeting saling pandang satu sama lain dengan penuh curiga. Namun sewaktu tau bahwa suara ponsel itu berasal dari sang bos besar mereka semua langsung diam tak ada yang berani melihat ke arah Fernando, sampai akhirnya Justin yang peka dengan maksud para manajer yang ada dihadapannya langsung memberitau Fernando bahwa ponselnya sejak tadi berdering.     

"Tuan ponsel anda," ucap Justin pelan.     

"Tuan...     

"Ya justin ada apa?" tanya Fernando dengan tergagap, rupanya sejak tadi ia tidak memperhatikan layar dimana seorang staff sedang presentasi akan tetapi ia sedang melamun.     

"Ponsel anda berdering sejak tadi tuan," jawab Justin setengah berbisik, ia bisa tau kalau sang tuan sedang tidak fokus dari tadi.     

"Ponselku...     

Fernando tak dapat menyelesaikan perkataannya ketika menyadari bahwa ponselnya masih berdering, perlahan ia raih ponselnya dan raut wajahnya langsung berubah ketika melihat nomor tanpa nama menghubunginya kembali. Fernando adalah seorang pria yang punya daya ingat tinggi untuk siapa-siapa saja yang sudah menghubunginya, apalagi jika nomor itu belum ada 24 jam menghubunginya.     

"Laura..."gumam Fernando lirih ketika mengingat nomor yang kini muncul di layar ponselnya itu.     

"Ada apa tuan?"tanya Justin pelan.     

Tanpa bicara Fernando langsung mengarahkan ponselnya kepada Justin yang duduk disebelahnya.     

"Itu...     

"Ya ini dia," jawab Fernando singkat dengan senyum mengembang.     

"Apa perlu saya urus tuan?" tanya Justin kembali.     

Alih-alih menjawab pertanyaan sang asisten Fernando menggelengkan kepalanya perlahan ia lalu bangun dari kursinya dengan tiba-tiba lalu melempar ponsel mahalnya itu ke dinding di ruangan meeting sehingga membuat semua orang yang ada diruangan itu kaget saat mendengar suara yang cukup keras ketika ponsel mahal itu beradu dengan dinding, bahkan manajer pemasaran yang sedang melakukan presentasi langsung membatu dengan wajah sepucat mayat. Ia merasa sudah membuat kesalahan yang besar karena sang bos tiba-tiba marah sampai melempar ponselnya ke dinding.     

Tanpa rasa bersalah Fernando kemudian berjalan pelan mendekati manajer pemasaran yang kini berdiri diam tanpa suara,  Fernando menepuk pundak manajer wanita setengah baya itu dengan perlahan.     

"Aku suka idemu nyonya, lanjutkan dan jangan buat kecewa aku." ucap Fernando perlahan sambil menoleh ke arah Justin, ia sedang memberikan kode pada Justin untuk segera pergi dari ruang meeting.     

"Baik tuan...terima kasih," sahut sang manajer pemasaran dengan tergagap.     

Fernando lalu mengangkat tangannya dari pundak sang manajer, ia lalu berjalan santai menuju pintu keluar meninggalkan meeting yang masih berlangsung. Justin yang sudah selesai merapikan barang-barangnya lalu bangun dan mengatakan bahwa meeting harus tetap diteruskan tanpa Fernando karena Fernando tiba-tiba ada urusan lain yang sangat mendesak, para manajer yang sebelumnya ketakutan langsung lega begitu mengetahui bahwa sang bos besar tidak marah.  Melihat ekpresi para manajer yang ada diruangan meeting membuat Justin tersenyum, ia lalu keluar dari ruangan meeting untuk menyusul Fernando yang berjalan menuju ke ruangannya.     

"Carikan aku ponsel yang sama seperti tadi baik dari segi warna, spec dan merk," ucap Fernando singkat sambil melemparkan black card ke arah Justin yang berdiri dihadapannya.     

"Baik tuan dengan segera," sahut Justin dengan cepat sambil meraih black card milik Fernando, ia kemudian keluar dari ruangan Fernando untuk melakukan apa yang sudah diperintahkan kepadanya oleh sang tuan.     

Setelah Justin pergi Fernando kemudian menyandarkan tubuhnya di kursi sambil menatap langit-langit ruangannya, ia kembali mengingat apa yang sudah ia lakukan bersama Laura tadi malam. Dimana lagi-lagi ia tak bisa bercinta karena tiba-tiba melihat wajah Laura berubah menjadi wajah Viona saat ia akan memainkan part kesukaannya ketika bercinta, ia pun akhirnya memilih berbincang saja dengan Laura sampai pagi.     

"Brengsek kau Viona, beraninya selalu meracuni pikiranku," umpat Fernando kesal, ia merasa kehilangan gairahnya ketika hampir bercinta dengan wanita lain padahal sebelumnya ia sudah sangat horny.     

Wajahnya tiba-tiba memerah ketika memikirkan Viona, rasa amarah dan rindu pada Viona menjadi satu. Fernando akhirnya memilih meminum wine yang ia ambil dari kulkas yang ada diruangannya, ia lalu menenggak wine itu langsung dari botolnya tanpa menggunakan gelas untuk membantunya meredakan rasa panas dalam dirinya.     

Saat sedang menikmati wine tiba-tiba pintu ruanganya terbuka dari luar dan masuklah profesor Frank dengan wajah yang sumringah sambil menggandeng dokter Louisa yang nampak cantik, pada awalnya profesor Frank kaget saat melihat Fernando minum siang-siang akan tetapi ia akhirnya menyadari ada yang tak beres dengan kakaknya itu. Oleh karena itu ia memberikan kode pada dokter Louisa yang sedang ia peluk untuk tak mengomentari apa yang dilakukan oleh Fernando, dokter Louisa yang mengerti kode yang diberikan calon suaminya itu tersenyum tipis.     

"Ada angin apa yang membawamu datang ketempatku brengsek?" tanya Fernando pelan sambil meletakkan botol winenya diatas meja dan mempersilahkan kedua tamunya itu untuk duduk di sofa.     

"Memangnya aku datang kekantormu harus minta ijin dulu ?" tanya balik profesor Frank datar.     

"Ha ha ha ...kau sudah pandai bicara Franklin, oh iya apa kabarmu dokter Louisa maafkan aku yang tak menyapamu dari tadi," jawab Fernando sambil tertawa lebar.     

"Saya baik-baik saja tuan...     

"Hemmm no no no no...jangan panggil tuan, kau akan menjadi adik iparku sebentar lagi. Panggilan itu sungguh tak pantas dokter," ucap Fernando cepat memotong perkataan dokter Louisa.     

Mendengar perkataan Fernando membuat dokter Louisa tersipu, ia lalu menyentuh tangan profesor Frank yang ada disebelahnya.      

"Lalu kau mau dipanggil apa oleh istriku?" tanya profesor Frank menggoda dokter Louisa.     

"Kauu....     

"Aww..aww...ampun ha ha ha ha ..."     

Profesor Frank tak dapat menyelesaikan perkataannya karena ia dipukul oleh dokter Louisa yang malu karena ia goda, Fernando tersenyum melihat pemandangan yang ada dihadapannya. Ia merasa tambah yakin kalau adiknya itu kini sudah benar-benar mencintai dokter Louisa.     

"Kalau kalian berdua hanya ingin pamer kemesraan dihadapanku cepat pergi aku tak sudi melihatnya," ucap Fernando dengan nada meninggi.     

"Santai kak jangan marah aku kesini punya urusan penting," sahut profesor Frank sambil tertawa lebar.     

"Ada apa cepat katakan jangan basa basi," sengit Fernando ketus.     

"Aku akan mengumumkan pertunanganku malam ini, aku minta kau membantuku." ucap profesor Frank dengan ceapt sambil mencengkram tangan dokter Louisa yang duduk disebalahnya.     

"Kau yakin? Kau sudah tak takut lagi para fansmu marah hah ?" tanya Fernando mencoba untuk mengetes sang adik.     

"Jangan banyak bicara Fernando, jawab saja kau mau atau tidak tanpa harus bertele-tele," jawab profesor Frank dengan cepat.     

"Ha ha ha ha....ok ok aku tau, ya sudah aku akan minta Harry mengatur semuanya. Kalian lebih baik bersiap disini, kita akan melakukannya dilobby bawah dalam waktu satu jam lagi, " sahut Fernando serius.     

"Thank kak," ucap profesor Frank singkat.     

Fernando kemudian bangun dari sofa sambil menepuk pundak profesor Frank perlahan, ia lalu berjalan menuju ke ruangan Harry untuk mengatakan apa yang baru saja ia bicarakan dengan profesor Frank dan dokter Louisa. Harry yang sudah tau tentang hubungan asmara profesor Frank dan dokter Louisa langsung paham dengan tugas yang diberikan oleh Fernando, ia lalu pamit dari hadapan Fernando untuk segera melakukan perintah yang diberikan padanya.     

Satu Jam kemudian suasana di kantor Endurance Internasional langsung ramai, banyak awak media yang datang. Begitu dihubungi Harry para pemburu berita itu langsung bergegas menuju ke kantor Fernando, berita yang berhubungan dengan Fernando selalu menarik bagi mereka. Para pewarta berita itu sudah berkumpul di ruangan yang disediakan sebelumnya, mereka nampak sudah tak sabar untuk meliput berita dari Fernando.  Tak lama kemudian Fernando nampak masuk kedalam ruangan itu diikuti sang adik profesor Frank yang sudah sangat tampan dengan jas mahal bersama dokter Louisa yang juga sudah sangat anggun saat memakai dress selutut berwana pastel senada dengan sepatu yang ia pakai, sorot lampu kamera pun langsung menerpa mereka bertiga dibarengai kilatan blitz kamera yang tak berhenti.     

 "Terima kasih semuanya sudah besedia datang ke tempat ini, saya Fernando Grey Willan sekali lagi akan memberikan kabar bahagia pada semuanya bahwa adik kandung saya satu-satunya profesor Franklin Justin Willan akan segera menikah dan akan melakukan pertunangan besok malam dengan seorang wanita cantik bernama dokter Louisa wong," ucap Fernando dengan suara lantang sambil meminta profesor Frank dan dokter Louisa naik ke atas panggung bersamanya.     

Satu detik kemudian perhatian semua orang langsung tertuju kearah profesor Frank dan dokter Louisa yang sudah berdiri di samping Fernando, para pewarta berita langsung berbondong-bondong memberikan pertanyaan kepada mereka berdua sampai membuat kedua orang itu bingung harus menjawab yang mana terlebih dahulu.     

"Siapa orang yang paling berjasa dalam hubungan kalian?"     

"Apakah ini yang dinamakan cinta lokasi?"     

"Sejak kapan kalian menjalin hubungan asmara?"     

"Bagaimana rasanya menjalin kisah cinta dengan rekan kerja?"     

"Apa anda mencari dokter sebagai istri karena ingin mengikuti jejak kakak anda prof ?"     

Karena semua wartawan mengajukan pertanyaan akhirnya Fernando mengambil alih perhatian kembali, ia kini memegang kendali lagi.     

 "Terima kasih atas semua pertanyaannya tapi saya akan jawab beberapa saja yang dirasa cukup mewakili semua pertanyaan kalian, saya dan profesor Frank sudah cukup lama menjalin hubungan akan tetapi kami tetap profesional jika dirumah sakit sehingga tak ada yang tau tentang hubungan kami kecuali dokter Viona yang tak lain adalah calon kakak ipar saya. Beliau yang menyakinkan saya bahwa calon suami saya ini serius menjalin hubungan dengan saya, oleh karena itu disini saya juga ingin memberikan ucapan terima kasih pada dokter Viona atas semua nasehat-nasehat berharganya selama ini kepada saya sampai akhirnya saya sampai ditahap ini dengan profesor Frank," ucap dokter Louisa dengan suara lembut sambil tersenyum.     

Mendengar perkataan dokter Louisa membuat para wartawan kembali memberikan pertanyaan yang serupa, sehingga membuat dokter Louisa kewalahan sampai akhirnya membuat Fernando harus mengambil kendali lagi untuk mengontrol para wartawan yang masih belum puas dengan jawaban dokter Louisa.     

Di sebuah kamar apartemen yang cukup mewah milik Amelia Smith atau yang lebih dikenal dengan nama dokter Ammy nampak wanita itu sedang  berdiri mematung didepan TV, ia melihat semuanya dengan sangat jelas. Kedua matanya langsung berkaca-kaca saat mengetahui bahwa masternya akan menikah dengan wanita yang sangat ia kenal, seorang dokter yang tak begitu populer di rumah sakit Global Bross tempat mereka bekerja.     

"Arrgghhhh..."     

"Viona...Viona...Vioonaaaa brengsek,  kau lagi kau lagi...apa maumu Viona hah !!!"     

"Kau sudah merebut Fernando dariku dan saat ini kau menjodohkan masterku dengan dokter jelek itu, kau benar-benar cari masalah denganku Viona...jangan panggil aku Amelia Smith kalau aku tak bisa membuatmu membayar mahal atas apa yang kau lakukan ini...tunggu pembalasanku Viona!!!"     

Dokter Ammy menggila, ia melempar gelas yang ia bawa ke arah TV sehingga membuat TV besarnya langsung hancur saat terkena gelas yang cukup besar.  Rasa bencinya pada Viona sudah sangat memuncak saat ini.     

"Ok aku tau apa yang akan membuatmu menangis darah Viona ha ha ha ha....." suara teriakan dokter Ammy membahana diseluruh apartemennya saat sudah berhasil menemukan satu ide untuk membalaskan dendamnya pada Viona.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.