You Are Mine, Viona : The Revenge

Rindu Ibu



Rindu Ibu

0Setelah mengumumkan pertunangannya dengan dokter Louisa nama Profesor Frank kembali menjadi trending topic di semua platform media sosial dan elektronik, mereka lalu memburu berita tentang dokter Louisa yang saat ini sudah menjadi calon istri Profesor Frank. Mereka juga berusaha mencari kapal pesiar mewah milik Profesor Frank yang akan dijadikan tempat acara pernikahan, yang mana tak ada seorang pun yang tahu bahwa profesor Frank memiliki sebuah kapal pesiar kecuali Fernando. Karena memang selama ini profesor Frank tidak menunjukkan kekayaannya di publik tidak seperti sang kakak yang dengan terang-terangan menunjukkan barang-barang mewah yang ia miliki, sama sepertinya menutupi bisnis hiburan malamnya dari semua orang.     
0

"Ya sudah aku pulang, hari sudah sangat malam. Kalian berdua istirahatlah dua hari lagi kalian akan menikah," ucap Fernando pelan berpamitan kepada profesor Frank dan dokter Louisa yang baru saja selesai makan malam bersama.     

"Thanks for today," sahut profesor Frank singkat.     

"Tak usah sungkan, memang aku ini siapa. Ya sudah aku pulang sekarang, bye," jawab Fernando pelan sambil berjalan menuju pintu keluar restoran meninggalkan Profesor Frank dan dokter Louisa yang masih menikmati wine mahal setelah setelah menghabiskan steik.      

Setelah melakukan konferensi pers Fernando mengajak adiknya pergi makan bersama untuk membahas rencana pernikahan mereka, rupanya profesor Frank tak ingin pernikahannya dibuat terlalu mewah mengingat bahwa saat ini dokter Louisa sudah tak punya ayah dan ibu. Oleh karena itu ia memilih untuk melakukan pernikahan secara sederhana dengan mengundang orang-orang terdekat dan melakukan pesta di atas kapal pesiar miliknya.     

"Aku tak tau kau juga punya kapal pesiar," ucap dokter Louisa pelan sambil tersenyum.     

"Jangan lupa aku juga seorang Willan, pangeran kedua di kota ini," sahut profesor Frank menyombongkan diri.     

"Akh menyebalkan, kau jadi sombong seperti itu." sengit dokter Louisa merajuk.     

"Ha ha ha kalau kau marah kau nampak lebih cantik Lou," ucap Professor Frank merayu dokter Louisa.     

"Akh menyebalkan, selalu menggodaku…     

"Terima kasih sudah mau menerima permintaanku Lou, aku tau pernah banyak salah padamu tapi percayalah aku akan berubah dan menjalani kehidupan yang bahagia bersamamu," sahut Profesor Frank memotong perkataan dokter Louisa.     

"Terima kasih juga karena memilihku Frank," jawab dokter Louisa dengan mata berkaca-kaca.     

"Setelah menikah kita akan hidup bahagia selamanya, aku berjanji padamu," ucap Professor Frank pelan sambil mencium tangan dokter Louisa.     

Wajah dokter Louisa langsung memerah diperlakukan seperti itu oleh Professor Frank ditempat umum, air mata bahagianya menetes tak terbendung. Dengan cekatan Profesor Frank menyeka air mata calon istrinya itu menggunakan sapu tangannya yang ia keluarkan dari dalam saku jasnya.      

"Jangan menangis disini, kau hanya boleh menangis diatas ranjang ketika aku…     

"Frank...ini tempat umum"jerit dokter Louisa kaget ketika mendengar perkataan calon suaminya yang menggodanya itu      

Profesor Frank tertawa melihat ekspresi calon istrinya yang panik, ia lalu mengajak dokter Louisa untuk pulang karena hari sudah malam. Besok mereka harus pergi ke kantor catatan sipil untuk mendaftarkan pernikahan mereka sebelum melakukan janji suci didepan altar.     

Sepanjang perjalanan pulang menuju istana Fernando tersenyum ketika mengingat apa yang baru ia lakukan, ia lega akhirnya sang adik benar-benar serius menjalin hubungan dengan dokter Louisa.     

"Setelah kau menikah dengan Louisa aku harap kau tak mengganggu Vi…     

Fernando tak dapat menyelesaikan perkataannya karena tiba-tiba mobil yang dikendarai Lukas mendadak berhenti, hal ini disebabkan karena dua mobil didepan mereka pun melakukan hal yang sama. Rupanya di depan gerbang istana Fernando sudah berdiri Laura dengan pakaian seksinya menghadang gerbang, ia tak mau pergi dari tempat itu dan bersikeras menunggu Fernando pulang.      

"Nah itu mobil tuan Fernando, aku hafal mobilnya," jerit Laura kegirangan sambil menunjuk mobil yang dinaiki Fernando yang ada di urutan ketiga.     

"Nona...saya harap anda…     

Bruno tak dapat menyelesaikan perkataannya karena Laura sudah berlari menuju ketempat Fernando berada, ia sudah berdiri hampir satu jam didepan gerbang hanya dengan menggunakan gaun tipis cantiknya menunggu Fernando.     

"Tuan…     

"Tak apa Lukas, aku akan menemuinya. Aku masih membutuhkannya," ucap Fernando cepat memotong perkataan Lukas.     

"Baik saya mengerti tuan," sahut Lukas dengan pelan sambil menganggukkan kepalanya.     

Melihat Laura mendekat membuat Fernando tersenyum, ia lalu turun dari mobilnya dengan perlahan menyambut Laura yang berlari-lari kecil menuju ke arahnya dengan tersenyum lebar.     

"Tuan…" panggil Laura dengan nada centil ketika sampai didepan Fernando.     

"Kenapa kau datang kemari?" tanya Fernando pada Laura yang sudah menempel padanya, pura-pura perhatian.     

"Aku rindu pada anda tuan, seharian aku tak bisa menghubungi anda jadi aku…     

"Oh iya ponselku tertinggal dirumah, aku tak tau kau menghubungiku Laura," sahut Fernando berbohong.     

"Jadi ponsel anda tertinggal rupanya, pantas saja saya tak bisa menghubungi anda. Saya kira anda…     

"Hei cantik jangan bicara seperti itu, ya sudah ayo masuk aku tau kau pasti kedinginan berdiri diluar. Maafkan pengawal ku yang menahanmu, mereka hanya menuruti perintahku," ucap Fernando kembali memotong perkataan Laura.     

"Tidak masalah tuan, aku bisa menunggu anda lebih lama," jawab Laura tersipu, ia merasa bahagia karena Fernando perhatian padanya.     

Fernando tersenyum melihat wajah Laura memerah rencananya untuk memanfaatkan Laura sepertinya akan berjalan dengan mulus, tak lama kemudian pintu gerbang pun dibuka Fernando lalu mengajak Laura masuk ke dalam mobil untuk masuk ke istananya. Ia berharap bahwa saat ini Viona belum tidur karena masih jam sembilan malam, ia berharap Viona melihatnya membawa Laura kali ini karena tadi malam ia gagal menunjukkan Laura pada Viona.     

Sesampainya di depan istana beberapa orang pelayan langsung berlarian ke arah Fernando, mereka terlihat sibuk membukakan pintu untuk Fernando dan Laura. Tak ada satupun pelayan yang berbicara ketika melihat Laura kembali, mereka hanya bisa diam tertunduk ketika melihat sang tuan kembali membawa wanita yang baru pulang tadi pagi. Termasuk Teddy yang hanya diam ketika ia melihat Justin dan Harry turun terlebih dahulu dan memberikan kode padanya bahwa sang tuan kembali membawa wanita pulang ke rumah.     

"Selamat datang tuan," sapa Teddy pelan menyambut Fernando.     

"Malam Teddy, oh iya apakah kau sudah makan Laura?" jawab Fernando pelan sambil bertanya pada Laura.     

"Aku tak biasa makan malam tuan, aku takut gemuk nanti kalau aku gemuk aku tak cantik lagi dan kalau aku tak cantik maka anda tak…     

"Jangan asal bicara, aku tetap menyukaimu. Ya sudah ayo masuk bersihkan dirimu lalu kita makan malam," ucap Fernando memotong perkataan Laura sambil melingkarkan tangannya ke pinggang Laura dengan cepat.     

"Baik tuan kalau itu mau anda, saya hanya bisa patuh." sahut Laura dengan manja.     

Fernando tertawa mendengar perkataan Laura, ia lalu melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah sambil terus menggandeng Laura dengan erat. Harapannya agar Viona melihatnya terkabul, rupanya Viona baru selesai makan malam. Ia masih duduk di meja makan ketika Fernando masuk bersama Laura, dengan cepat Fernando menggendong Laura ala bridal style tanpa dapat Laura duga sehingga ia memekik keras karena kaget.     

"Tuan akhh….aku kageeett…" ucap Laura pelan sambil mendesah dan memukul dada Fernando.     

"Aku tak ingin kau lelah baik ke atas, aku tak mau kaki cantikmu terluka oleh karena itu biar aku menggendongmu naik ke atas," sahut Fernando dengan keras sambil mencium kening Laura, ia sengaja berkata dengan keras agar Viona mendengarnya.     

"Akhh tuan nakal, Laura milikmu tuan," jawab Laura       

singkat meletakkan kepalanya di dada Fernando.     

"Ya sudah kita naik ya, aku sudah tak sabar ingin menghabiskan malam bersamamu lagi,"ucap Fernando bersemangat.     

"Baik tuan...cup     

Laura tak menyelesaikan perkataannya karena ia dicium oleh Fernando tepat di samping Viona yang masih duduk di meja makan, setelah melumat bibir Laura cukup lama Fernando lalu meneruskan langkahnya tanpa rasa bersalah menuju ke lantai dua. Kedua tangan Laura sudah melingkar di leher Fernando, ia nampak senang sekali berdekatan dengan Fernando.     

Prank     

Gelas yang dipegang oleh Viona jatuh mengenai piring yang ada di hadapannya sehingga membuat seluruh pakaiannya basah dan kotor ketika Fernando sudah tak terlihat lagi di tangga, Viona tak makan apapun dari pagi kecuali beberapa potong buah saja. Dan malam ini ia baru bisa makan beberapa potong daging panggang dan sayuran serta buah akan tetapi saat selesai makan ia justru melihat pemandangan yang sangat menyakitkan sehingga membuatnya tak bisa memegang gelas dengan baik.     

"Nyonya anda tidak apa-apa kan?" jerit beberapa orang pelayan yang ada di samping meja makan sambil berlari mendekati Viona yang menunduk kebawah melihat pakaiannya kotor.     

"Nyonya anda baik-baik saja kan…     

"T--tentu a--aku baik-baik saja," jawab Viona dengan suara bergetar dengan masih menunduk, ia belum punya tenaga untuk mengangkat wajahnya.     

"Kalau begitu mari saya antar ke kamar nyonya, pakaian anda sudah kotor nyonya," ucap Rita sang pelayan paling senior sambil berusaha menyentuh tubuh Viona yang terlihat gemetaran hebat.     

Viona menangkis tangan pelayan untuk menyentuhnya, ia lalu mengangkat wajahnya dengan perlahan menatap para pelayan yang berdiri di hadapannya dengan khawatir.     

"A--aku tak apa-apa, lihatlah aku b-bisa ter-tersenyum bukan," sahut Viona pelan sambil tersenyum menatap wajah para pelayannya bergantian.     

Glek     

Kelima orang pelayan wanita yang ada di ruang makan tanpa sadar memundurkan langkahnya kebelakang ketika melihat ekspresi Viona yang kini menatapnya, Viona yang sedang tersenyum kepada mereka nampak sangat menyedihkan dan kasian. Bagaimana tidak, saat ini Viona sangat terlihat sekali memaksakan diri untuk tersenyum padahal kedua matanya sudah dipenuhi air yang siap untuk mengucur deras, sangat terlihat sekali usaha Viona untuk tak menangis saat ini.      

"A--aku a-akan ke ke kamar, te-terima kasih atas ma-makan malamnya…" ucap Viona tergagap sambil memegangi dadanya yang terasa sangat sesak, nafasnya terlihat naik turun saat ia bicara seperti itu.      

"Nyonya…     

Viona mengangkat tangannya menahan para pelayan mendekatinya memberikan isyarat bahwa ia baik-baik saja dan tak membutuhkan bantuan, ia lalu membalikkan badannya dan berjalan dengan perlahan menuju tangga. Saat menaiki anak tangga terlihat sekali kakinya gemetaran, beberapa pelayan yang khawatir langsung berlari ke tangga mereka terlihat menjaga Viona dari belakang untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.      

Orang biasa hanya membutuhkan waktu dua menit untuk naik ke lantai dua, akan tetapi saat ini sudah sepuluh menit Viona masih berjalan di tangga dengan kedua tangannya nampak berpegangan di tangga supaya tak terjatuh. Para pelayan yang berada di belakangnya pun nampak sabar menjaga Viona, mereka benar-benar mengantarkan Viona sampai kekamarnya dengan selamat.     

Setelah memasukkan kombinasi angka untuk membuka pintu Viona lalu masuk kedalam kamarnya, ia sudah tidak tahan sejak tadi ia sampai di lantai dua mendengar suara tawa Fernando dan wanita yang ia bawa pulang dikamar yang berbeda. Viona sudah ingin menutup telinganya dengan bantal saat ini.      

"Nyonya…     

"S-sudah tak tak apa, a--aku bisa ma-masuk sendiriii terima kasih," ucap Viona tulus menolak bantuan para pelayan membantunya masuk ke kamar.     

"Baik nyonya, kami permisi," sahut tiga orang pelayan wanita itu dengan perlahan.     

Viona lalu menganggukkan kepalanya perlahan, ia lalu masuk kedalam kamar dan menutup pintu dengan cepat.      

Viona bersandar pada pintu besarnya dan merosot ke bawah dengan perlahan, air mata yang ia tahan sejak tadi sudah tak terbendung lagi. Viona menangis di balik pintu kamarnya sampai tersedu-sedu, ia memanggil-manggil nama ibu Maria berkali-kali dalam tangisannya.     

"Ibu...Anji sudah tidak kuat ibu hu hu...bawa Anji pergi bersama ibu..hu hu….     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.