You Are Mine, Viona : The Revenge

Kembalinya Franklin



Kembalinya Franklin

0Sudah tiga hari pasca kepergian Viona dan tak satupun detektif swasta yang disewa Fernando berhasil membawa kabar baik, tak ada satupun dari mereka yang berhasil menemukan Viona. Padahal dari awal mereka berjanji pada Fernando akan membawa pulang Viona dalam waktu 1x24 jam saja, tapi faktanya sampai batas waktu yang ditentukan tak ada satupun yang berhasil mencari seorang wanita yang semua foto dan data dirinya sudah mereka kantongi. Fernando akhirnya menghentikan pencarian Viona menggunakan jasa detektif swasta, ia merasa sudah dibohongi oleh mereka. Akhirnya perjanjian pun dibatalkan secara sepihak oleh Fernando, diwakili Justin para detektif swata itu membuat surat perjanjian yang isinya tak boleh menyebarkan informasi ini pada orang lain. Hukumannya adalah mati jika mereka semua menyebarkan info bahwasanya nyonya Willan pergi dari rumah.     
0

"Tuan ini berkas yang sudah saya kumpulkan dari orang-orang itu," ucap Justin pelan sambil menyerahkan setumpuk surat perjanjian antara para detektif swasta dengan Fernando.     

"Simpan di brangkasmu Justin, kita bisa pakai itu kalau ada informasi yang bocor. Kau sudah memberitahu mereka bukan apa hukumannya jika sampai berita ini bocor," sahut Fernando datar.     

"Sudah tuan, mereka pun sudah menandatangainya langsung tuan," jawab Justin singkat.     

"Baguslah, biarkan orang-orang kita saja yang mencari istriku. Aku tak percaya lagi dengan detektif swasta bodoh itu," ucap Fernando dengan suara parau sambil memjamkan kedua matanya perlahan, sejak Viona pergi ia belum bisa tidur dengan nyaman.     

Melihat sang tuan memejamkan kedua matanya Justin akhirnya pamit, ia meninggalkan Fernando sendirian didalam ruangan kerjanya.  Di depan pintu Harry nampak  menunggu Justin sudah tak sabar, ia ingin memberikan laporan mengenai proyek yang ada di Perancis pada Fernando.     

"Jangan ganggu tuan sekarang," bisik Justin pelan pada Harry sambil menepuk pundak teman baiknya itu.     

"Why?" tanya Harry bingung.     

"Lihat ini," jawab Justin singkat sambil memperlihatkan surat perjanjian antara Fernando dengan lima puluh orang detektif swasta yang gagal melakukan tugasnya.     

Harry menelan salivanya perlahan membaca isi surat perjanjian itu, ia kemudian menatap Justin dengan tatapan bingung.     

"Tahan sampai besok, tunggu suasana hati tuan baik. Kau tenang saja proyek di Perancis akan terus berjalan. Percaya padaku," ucap Justin pelan memberikan semangat pada Harry.     

"Tapi tuan Xavier menunggu kabar dariku secepatnya Justin," sahut Harry dengan cepat.     

"Percaya saja, tak ada proyek yang gagal ditangan tuan. Apalagi proyek ini adalah...     

"Heh jangan bicara itu, kau tau bukan kalau putra mahkota sudah tak ada," ucap Harry pelan sambil menutup mulut Justin menggunakan tangannya.     

Justin yang hampir keceplosan menganggukkan kepalanya perlahan, ia lalu mengajak Harry untuk segera pergi dari depan ruangan Fernando. Mereka lalu kembali fokus dalam pekerjaannya kembali supaya tak membuat sang tuan marah, proyek yang ada di Perancis sebenarnya tinggal menunggu tanda tangan Fernando saja untuk mulai dijalankan karena tuan Xavier sebagai investor sudah setuju dan sudah mengirimkan dananya untuk mulai melakukan proyek. Akan tetapi karena masalah besar yang terjadi alhasil Harry harus mencari cara untuk memberi alasan pada tuan Xavier di Perancis.     

Di dalam ruanganya Fernando masih memejamkan kedua matanya, ia mencoba untuk tidur agar ingatan kejadian yang terjadi tiga hari lalu menghilang dari otaknya. Akan tetapi semakin ia mencoba melupakan, ingatan itu semakin bercokol di memorynya. Kata-kata kasarnya untuk Viona kembali terngiang-ngiang dalam benaknya.     

"Kau dimana sayang, berilah aku kesempatan untuk minta maaf padamu, " ucap Fernando pelan sambil menggengam liontin kalungnya yang terbuat dari cincin pernikahan Viona, ia sengaja menjadikan cincin pernikahan Viona sebagai liontin kalungnya agar cincin itu terus menempel dekat jantungnya dengan harapan Viona akan merasakan kerinduannya.     

Tanpa Fernando bisa tahan buliran air keluar dari kedua mata indahnya membasahi wajah tampannya saat mengingat Viona, pertemuan terakhirnya dengan Viona, ucapan terakhirnya untuk Viona. Ia menyesali semua itu dan ingin menghapusnya jika bisa, rasa penyesalan benar-benar menyiksa batinnya. Kehilangan anak yang dikandung Viona tak sesakit saat ini, rasanya kali ini dadanya benar-benar seperti sedang diikat oleh rantai besar sehingga ia tak bisa bernafas dengan lega.     

LOS ANGELES, USA     

Di sebuah kamar hotel bintang lima nampak seorang wanita tidur tanpa pakaian diatas ranjang hotel yang super empuk, ia kelelahan setelah bercinta dengan suaminya. Melayani suaminya memang sudah tugasnya akan tetapi entah mengapa setelah menikah keinginannya untuk bercinta justru berkurang, tidak seperti sewaktu sebelum menikah. Akan tetapi beda halnya dengan sang suami yang tak pernah bosan untuk bercinta.     

Sementara itu didalam kamar mandi sang suami yang tak lain adalah Franklin sedang berendam di bathup sambil menikmati segelas wine mahal, setiap ia bercinta ia akan merilekskan tubuhnya dengan berendam air hangat supaya energinya cepat kembali.     

Drrttt     

Drrttt     

Suara ponsel diatas nakas yang ada didalam kamar berdering dengan keras, karena tak kunjung berhenti dengan cepat Frank menyambar baju mandinya dan memakainya dengan cepat. Ia kemudian berjalan pelan menuju kekamar, langkahnya terhenti ketika melihat tubuh seksi istrinya nampak terpampang nyata tanpa tertutup selimut. Dengan perlahan ia mendekati ranjang dan menyelimuti tubuh istrinya itu dengan perlahan supaya sang istri tidak terbangun, ketika ia sangat dekat dengan tubuh sang istri senyumnya mengembang saat mencium aroma yang sangat khas.     

"Heii bangunlah sayang, tubuhmu penuh dengan spermaku. Mandilah lebih dulu baru tidur lagi," bisik Frank pelan menggoda sang istri.     

"Aku sangat lelah, tenagaku habis. Sepuluh menit lagi Frank," sahut Louisa pelan sambil memejamkan kedua matanya.     

"Baiklah kalau kau tak mau mandi, aku akan tetap memaksamu bercinta walau tubuhmu penuh dengan spermaku. Aku tak masalah, aku justru...     

"Baik...baik aku mandi," teriak Louisa panik, ia lalu bangun dan langsung melompat dari atas tempat tidur menuju kamar mandi dengan tanpa menggunakan apapun.     

Melihat tingkah sang istri membuat Franklin tertawa, menjadi suami Louisa selama tiga hari membuatnya merasa senang. Pasalnya Louisa dengan senang hati melayani kebutuhan sex-nya yang menggila, Louisa tak pernah menolak jika ia minta untuk bercinta. Selama tiga hari pula ia tak keluar dari kamar hotelnya, ia berniat akan terus menerus bercinta dengan istrinya selama satu minggu bulan madu mereka di Los Angeles.     

Suara ponsel yang bergetar diatas nakas membuat Frank sadar dengan tujuannya keluar dari kamar mandi, ia kemudian meraih ponselnya itu dengan cepat. Saat menatap sebuah nomor tanpa nama muncul dilayar ponselnya satu alisnya terangkat, ia merasa aneh pasalnya tak semua orang tau nomor ponselnya.  Karena penasaran Frank menerima panggilan masuk itu.     

"Halo...     

"Hi master, bagaimana bulan madumu? Apa Louisa bisa memuaskanmu seperti aku memuaskanmu dulu?" tanya Amelia Smith alias dokter Ammy dengan suara parau menggoda Franklin.     

"Ammy...mau apa kau menelfonku, ingat aku sudah menikah!!" sahut Franklin dengan ketus.     

"Ha ha ha...kau baru menikah master, masih banyak orang yang menikah bisa cerai buktinya kakakmu itu master," jawab dokter Ammy dengan manja.     

Deg     

Jantung Franklin berdetak dengan cepat mendengar perkataan dokter Ammy.     

"Apa maksudmu Ammy?!" tanya Franklin dengan suara meninggi.     

"Ha ha ha ha...makanya anda cepat pulang master, jangan terlalu lama bulan madu. Jangan sampai nanti anda kaget saat melihatku menjadi nyonya Willan yang baru, menjadi kakak iparmu master ha ha ha ha ...     

"Shit jaga bicaramu Ammy....hallo halloooo...Fuck, dia menutup teleponnya," umpat Franklin penuh emosi.     

Louisa yang baru keluar dari kamar mandi kaget ketika melihat suaminya marah-marah, dengan perlahan ia mendekati suaminya itu dan memeluknya dari belakang.     

"Ada apa?" tanya Louisa pelan.     

"Something bad happen with Fernando," jawab Franklin singkat.     

Louisa kaget mendengar perkataan sang suami, ia lalu melepaskan pelukan pada suaminya karena suaminya berputar badannya dan menatapnya secara intens.     

"Kita harus segara kembali ke Ontario Louisa," ucap Franklin dingin sambil menatap tajam ke arah mata Louisa.     

"Ok," jawab Louisa dengan cepat .     

Bersambung       


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.