You Are Mine, Viona : The Revenge

Bertemu Fernando



Bertemu Fernando

0Adam dan Steffi akhirnya pergi meninggalkan desa Elora menuju kota, mereka harus membeli obat-obatan untuk di klinik. Pasalnya beberapa cadangan obat sudah habis, karena Adam adalah satu-satunya dokter di desa Elora ia sangat dihormati oleh penduduk desa. Bersama dengan Steffi yang merupakan suster dan asisten pribadinya ia mengendarai mobil menuju kota, saat akan berangkat ia sudah memberikan obat anti nyeri haid pada Viona.      
0

"Kau kenapa Adam?" tanya Steffi pelan pada Adam yang terlihat tak fokus mengendarai mobil.     

"Anji…     

"Anji, kenapa dengannya?" tanya Steffi memotong perkataan Adam.     

"Ini tanggal 16 Steffi," jawab Adam singkat.     

Pada awalnya Steffi tak mengerti dengan arah pembicaraan Adam, namun tak berapa lama kemudian ia akhirnya paham dengan arah pembicaraan Adam. Raut khawatir bergambar diwajah Steffi, ia pernah sekali melihat Viona menggila saat sedang datang bulan dua bulan lalu ketika ia tak sengaja datang ke panti asuhan untuk mencari Adam karena di klinik sudah banyak pasien yang menunggu.     

"Ya Tuhan aku hampir lupa, apa kita membatalkan saja perjalanan ini dok ?" tanya Steffi dengan nada meninggi.     

"Kita tak bisa menunda Steff, obat-obatan di klinik sudah habis. Tak mungkin aku mengorbankan nasib banyak orang Steff," jawab Adam dengan suara parau, walaupun ia berkata seperti itu namun hatinya tetap tak tenang karena memikirkan Viona yang sedang kesakitan.     

"Iya aku tau, memang pilihan yang berat. Kalau aku yang berangkat sendiri ke rumah sakit itu bagaimana?" tanya Steffi kembali.     

"Kau tak mengenal dokter-dokter disana Steff, akan sulit bagimu untuk masuk. Ya sudah kita lanjutkan saja perjalan ini, tadi sebelum berangkat aku sudah memberikan obat untuk Anji. Aku harap ia akan baik-baik saja setelah minum obat itu," jawab Adam datar.     

"Amin," sahut Steffi dengan cepat.     

Adam tersenyum mendengar perkataan Steffi, ia lalu menambah kecepatan mobilnya supaya cepat sampai di kota. Pada bulan pertama ia melihat Viona kesakitan Adam sangat khawatir, pasalnya selama ia jadi dokter belum pernah ia melihat seorang wanita kesakitan seperti Viona saat sedang datang bulan. Karena tak tega melihat Viona kesakitan Adam akhirnya mengajak Viona pergi ke sebuah rumah sakit yang ada di kota kecil yang terdekat dengan desa Elora, Adam mengajak Viona untuk melakukan USG untuk mengecek kondisi rahimnya untuk mencari tau apa penyebab ia kesakitan seperti itu. Namun setelah melakukan pengecekan tak ditemukan keanehan apapun di rahim Viona, semua terlihat baik-baik saja dan normal. Adam yakin apa yang terjadi pada Viona saat ini ada hubungannya dengan keguguran yang ia alami, Adam menebak bahwa Viona mengalami trauma psikis yang membuatnya kembali merasakan sakit yang luar biasa sama seperti saat ia keguguran padahal ia hanya sedang datang bulan biasa.     

Setelah berkendara selama hampir tiga jam mobil sederhana milik Adam sampai di kota, ia terus memacu mobilnya menuju sebuah rumah sakit terbesar dan paling terkenal di kota. Dimana ini adalah kali pertama ia datang ke rumah sakit itu untuk mengambil pasokan obat, rumah sakit tujuannya adalah rumah sakit Global Bros. Steffi yang belum pernah melihat rumah sakit Global Bros nampak terkagum-kagum melihat bangunan rumah sakit yang sangat indah dan besar.     

"Pasti dokter-dokter yang bekerja di rumah sakit ini keren-keren ya," ucap Steffi dengan cepat.     

"Keren bagaimana maksudmu?" tanya Adam pelan.     

"Lihat saja bangunan rumah sakit ini dok, rumah sakit sangat besar dan mewah. Pasti dokter-dokter disini kehidupannya terjamin dan memiliki gaji yang tinggi dan fasilitas yang mewah," jawab Steffi sambil tersenyum lebar.     

Adam tersenyum mendengar perkataan asistennya itu, ia lalu memarkirkan mobilnya dengan apik di tempat parkir khusus tamu. Tak lama kemudian ia keluar dari mobilnya begitu juga dengan Steffi yang masih tak bisa mengusai dirinya, ia masih terkagum dengan kemegahan rumah sakit Global Bros.     

"Apa yang kau lihat bagus belum tentu dengan penilaian orang lain Steff, ya sudah ayo masuk. Aku tak mau membuat profesor William menunggu lebih lama," ucap Adam mengajak Steffi untuk masuk.     

"Baik dok," jawab Steffi penuh semangat.     

Adam mengajak Steffi untuk mengisi buku tamu dimeja resepsionis terlebih dahulu sebelum para resepsionis itu mengkonfirmasi pada profesor William perihal kedatangan mereka berdua, tak lama kemudian seorang resepsionis mengajak Adam dan Steffi masuk ke ruang khusus dimana profesor William akan menemui mereka. Saat melangkah masuk Steffi tak henti-hentinya memuji rumah sakit Global Bros, ia benar-benar terpukau dengan interior rumah sakit.     

"Silahkan anda berdua tunggu disini, sebentar lagi profesor William akan datang," ucap sang resepsionis dengan lembut mempersilahkan Adam dan Steffi duduk di ruangan rapat.     

"Terima kasih nona," jawab Steffi dan Adam bersamaan.     

"Kalau begitu saya permisi,"pamit sang resepsionis dengan lembut.     

Adam dan Steffi menganggukan kepalanya perlahan merespon perkataan sang resepsionis, mereka lalu duduk dengan baik di kursi yang ada di ruangan rapat itu. Adam tak bisa menyalahkan Steffi kalau asistennya itu mengngangumi rumah sakit yang sedang mereka datangi itu, karena memang rumah sakit Global Bross sangat megah. Beberapa kali Adam melihat pada dokter lalu lalang melewati ruang rapat, ia terpesona dengan pada dokter yang sedang sibuk itu. Semua dokter yang ia lihat sangat cantik namun lagi-lagi kecantikan para dokter yang baru ia lihat itu masih belum ada apa-apanya dibanding dengan Viona yang ada di rumah, Viona sangat cantik tanpa menggunakan make up apapun. Bibirnya yang berwarna pink terlihat sangat alami dan makin mempesona dengan wajah putih bersihnya yang mirip dengan wanita Asia apalagi rambut hitamnya yang sangat membuatnya terlihat sangat cantik bak boneka, tiba-tiba wajah Adam memerah saat mengingat kecantikan Viona. Ia pun juga merasa sedikit kepanasan padahal AC di ruangan dapat sangat dingin, Adam kemudian berjalan menuju ke tempat sampah untuk meredakan panas di tubuhnya.     

Tak lama kemudian Profesor William terlihat memasuki ruangan seorang diri, senyum ramahnya tersinggung ketika melihat Adam.      

"Selamat datang dokter Adam, sudah lama saya ingin bertemu langsung dengan anda," ucap Professor William ramah sambil mengulurkan tangan ke arah Adam.     

"Saya yang sangat beruntung bisa bertemu anda dok eh maaf profesor," jawab Adam tergagap.     

"Ha ha ha...anda panggil saya dokter juga tak masalah dok, gelar profesor saya memang masih baru. Saya pun lebih nyaman dipanggil dok ketimbang prof," sahut profesor William sambil tertawa lebar, dokter William mendapatkan gelar profesor selama dua bulan ini setelah ia sempat menolaknya beberapa kali namun kali ini ia akhirnya mengalah dan mau menerima gelar itu yang memang pantas ia sandang.     

Adam tersenyum lebar mendengar perkataan profesor William, ia yang awalnya takut bertemu dengan dokter hebat di rumah sakit Global Bros kini merasa nyaman. Pasalnya profesor William sangat baik dan bersahabat.     

"Jadi hanya ini obat-obatan yang anda perlukan dok?" tanya profesor William pelan sambil membaca daftar obat yang ditulis Adam sebelumnya.     

"Iya prof, karena klinik saya kecil jadi tak perlu terlalu banyak prof," jawab Adam lirih.     

"Anda jangan sungkan dok, klinik anda sekarang ada dibawah naungan management rumah sakit kami jadi anda tak perlu malu atau takut. Karena percayalah rumah sakit kami sangat mendukung dokter muda berbakat seperti anda dokter," sahut profesor William dengan cepat.     

"Iya prof saya mengerti, saya benar-benar beruntung anda mau merespon permintaan saya. Padahal awalnya saya tak mengira kalau permintaan saya akan di approve pasalnya sudah beberapa rumah sakit di kota menolak permintaan saya sebelumnya prof," ucap Adam jujur.     

Profesor William tersenyum mendengar perkataan dokter berbakat di hadapannya itu dengan perlahan, ia lalu menepuk pundak Adam dengan penuh rasa bangga.     

"Justru kami yang beruntung karena diberikan kesempatan untuk menjadi penyuplai obat anda dok, rumah sakit kami sangat membuka lebar kesempatan bagi para dokter berbakat yang mengabdikan diri di pedesaan seperti anda. Jadi anda tak perlu merasa sungkan dok, sekali lagi kami lah yang beruntung bisa bertemu dokter berhati mulia seperti anda," sahut profesor William dengan sungguh-sungguh.     

"Terima kasih prof, saya sangat beruntung sekali…     

Adam tak dapat menyelesaikan perkataannya karena tiba-tiba pintu ruangan rapat terbuka lebar dari luar dan tak lama kemudian masuklah seorang pria gagah dengan pakaian mahalnya menuju ke tempat profesor William berada.      

"Kau kapan kau pulang?" tanya profesor William tak percaya ketika melihat sahabatnya ada dihadapannya.     

"Apakah aku tak boleh pulang ke negaraku sendiri?" tanya balik pria itu yang tak lain adalah Fernando dengan suara lantang.     

"Dasar brengsek, aku rindu padamu," jawab profesor William dengan cepat sambil memeluk Fernando yang baru datang itu.     

"Aku juga rindu, dan tolong lepaskan pelukanmu lihatlah kedua tamumu ini melihat ke arah kita," bisik Fernando lirih, ia merasa tak nyaman dipeluk profesor William dihadapan orang asing.     

Profesor William langsung melepaskan pelukannya dari Fernando dengan cepat, ia jadi salah tingkah karena bertindak sembrono.     

"Oh iya dokter Adam kenalkan ini tuan Fernando Grey Willan pemilik rumah sakit ini," ucap profesor William memperkenalkan Fernando pada Adam.     

"Senang bertemu anda tuan…     

"Fernando call me Fernando," sahut Fernando memotong perkataan Adam sambil menjabat tangan Adam dengan cepat.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.