You Are Mine, Viona : The Revenge

Senyum pertama



Senyum pertama

0Ibu Debora tersenyum mendengar Viona dan Fernando menjawab ucapannya secara bersamaan, ia semakin yakin bahwa putri tercintanya itu masih sangat mencintai suaminya. Bukan hanya hanya ibu Debora yang tersenyum tapi kedua asisten terbaik Fernando juga terlihat menahan tawa ketika melihat tingkah sang tuan dan nyonya. Hanya Adam satu-satunya orang yang tak tau apa-apa diruangan itu, ia pun menggandeng Fernando menuju meja makan untuk makan malam bersama seperti ajakan sang ibu sebelumnya.     
1

Setelah Adam pergi ke meja makan bersama Fernando ibu Debora pun menyusulnya bersama ibu Agnes yang baru saja datang dari dapur, tinggal Viona yang masih berdiri di ruang tamu sendirian setelah Justin dan Harry pergi keruang makan.     

"Anji ayo sini sayang," panggil ibu Debora setengah berteriak.     

"Iya bu," sahut Viona dengan cepat.     

Dengan langkah gontai Viona berjalan menuju ke ruang makan, ia semakin kaget saat melihat tempatnya yang disediakan. Dimana hanya ada satu kursi kosong yang ada disebelah Fernando, pasalnya semua kursi sudah diisi.     

"Ayo duduk sayang, ini ibu menyediakan satu kursi untukmu nak," panggil ibu Agnes lembut sambil melambaikan tangannya pada Viona yang masih berdiri didepan pintu ruang makan.     

"Iya bu terima kasih," jawab Viona pelan, dengan langkah ragu Viona berjalan mendekati kursinya yang ada disamping Fernando.     

Jantung Fernando berdetak sangat cepat saat Viona duduk disampingnya, rasa rindunya pada sang istri yang sudah ia cari selama sepuluh bulan itu hampir tak terbendung lagi. Ingin rasanya ia memeluk Viona dan mengatakan pada semua orang yang ada diruangan makan kalau ia adalah suaminya , namun semua hasrat dan niatnya itu ia tahan mengingat saat ini Viona sangat tak bersahabat padanya.     

Selama makan pun Viona yang bisanya cerewet mendadak pendiam. Ia  tak menyentuh makanannya yang ada dipiring bagian kanan karena tak mau bersinggungan tangan dengan Fernando yang duduk disebelah kanannya, ia bahkan makan menggunakan tangan kirinya padahal ia tidak kidal.  Ibu Debora menghela nafas panjang melihat penolakan Viona pada Fernando, namun ia sudah cukup senang dengan kondisi saat ini dimana Viona bisa duduk bersebelahan dengan Fernando. Baginya ini sudah lebih dari cukup, ia tak mau memaksakan terlalu jauh pada Viona karena takut membuat Viona curiga.     

"Saya sangat berterima kasih karena diterima dipanti ini dokter Adam," ucap Fernando pelan sambil menyalami tangan Adam dengan erat.     

"Seharusnya yang berkata seperti itu saya tuan, saya yang sangat beruntung anda mau berkunjung ke panti kami. Ini adalah sebuah kehormatan bagi kami tuan, mengingat kondisi panti kamu yang tak terlalu baik dan nyaman," jawab Adam pelan, ia merasa tak enak pada Fernando karena harus duduk di sofa yang sudah keras dan using tadi diruang tamu.       

"Saya senang ada dipanti ini dok, suasananya sangat menyenangkan dan penuh kehangatan keluarga," ucap Fernando singkat.     

"Kami harap anda tak kapok berkunjung ke panti kami tuan Fernando,"imbuh ibu Debora tiba-tiba.     

"Tentu saja tidak bu, saya pasti akan sering datang ke desa indah ini terutama ke panti ini," jawab Fernando dengan cepat sambil menggenggam tangan ibu Debora menggunakan kedua tangannya.     

"Baguslah kalau begitu, maafkan kalau sambutan kami kurang menyenangkan anda tuan," ucap ibu Debora pelan.     

Fernando menggelangkan kepalanya perlahan merespon perkataan ibu Debora, ia lalu memeluk wanita tua itu dengan erat. Ibu Debora membalas pelukan Fernando sambil menepuk-nepuk punggung Fernando seperti sedang memberikan semangat agar tak menyerah untuk meraih hati dan kepercayaan Viona lagi.  Tak lama kemudian Fernando dan orang-orangnya akhirnya pergi meninggalkan panti asuhan kasih, senyum lebar tersungging di wajah Fernando. Ini adalah pertama kalinya setelah sepuluh bulan ia tersenyum kembali, rasanya taka da hari yang lebih membahagiakan baginya selain hari ini.     

Justin dan Harry yang duduk di belakang Fernando pun ikut bahagia melihat sang tuan kembali tersenyum, mereka tau betul bagaimana kondisi Fernando selama sepuluh bulan ini dibanding orang lain. Perjalanan dari Elora ke Ottawa terasa sangat cepat bagi Fernando, ia akhirnya tiba di apartement mewahnya. Senyumnya perlahan memudar ketika melihat profesor Dexter dan profesor William berdiri didepan apartemennya, sudah hampir dua jam mereka menunggu Fernando pulang.     

"Apa yang terjadi, kenapa dua orang itu tampak tak bersahabat sekali kelihatannya," tanya Fernando pelan pada Justin.     

"Mereka sepertinya…aduh tuannnn…maaf aku lupa, hari ini seharusnya anda ada acara di rumah sakit Global Bross untuk memberikan penghargaan pada para dokter  yang sudah bekerja selama lebih dari sepuluh tahun tuan," jawab Justin terbata, ia juga baru ingat dengan jadwal Fernando hari ini saat melihat profesor Dexter dan profesor William.     

"Oh acara itu, ya ya ya aku baru ingat," ucap Fernando tanpa rasa bersalah.     

"Sepertinya kedua profesor itu marah tuan," imbuh Harry pelan, ia bisa melihat aura kemarahan dari dua orang petinggi rumah sakit Global Bross yang sedang berdiri menatap mobil yang mereka tumpangi tanpa berkedip.     

"Kalian lupa sedang bersama siapa ya, aku adalah Fernando dan mereka berdua adalah orangku tenang saja. Tak akan ada yang berani memarahi kalian selama ada aku," sahut Fernando sambil tersenyum, ia tau kalau kedua asistennya itu sedang takut kalau dimarahi profesod Dexter dan profesor William seperti yang sudah-sudah kalau mereka lupa mengingatkan tentang jadwal Fernando yang ia hadiri.     

Saat mobil berhenti Fernando turun dari mobil dengan tersenyum lebar, pertemuannya denagn Viona hari ini membawa perubahan yang sangat besar pada moodnya. Tanpa merasa bersalah Fernando berjalan mendekati dua sahabatnya yang sedang menatapnya tajam tanpa berkedip itu.     

"Selamat malam, apa ada yang  bisa dibantu kakak Dexter dan kakak William?" tanya Fernando pelan pada profesor Dexter dan profesor William, dari mereka bertiga memang Fernandolah yang usianya paling muda. Ia sengaja berkata seperti itu untuk menggoda kedua sahabatnya itu dengan mengingatkan usia yang berbeda diantara mereka.     

"Keparat kau Fernando!!!" sengit profesor Dexter kesal.     

"Jangan bahas umur sialan!!" ucap profesor William tak mau kalah.     

Fernando tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan kedua sahabatnya itu, rencanany membuat kedua sahabatnya melunak berhasil. Ia lalu merangkul pundak kedua sahabatnya itu dengan bersamaan sambil tersenyum lebar.     

"Hari ini Tuhan sangat baik padaku, jadi aku tak mau merusak moodku. Lebih baik kalian berdua ikut aku ke atas, ada hal penting yang ingin aku katakan pada kalian berdua," ucap Fernando penuh semnangat sambil mengeratkan pelukannya pada profesor William dan profesor Dexter.     

"Sakit, lepaskan brengsek!!" jawab profesor Dexter kesal sambil berusaha melapaskan tangan Fernando yang melingkar di lehernya.     

"Diam saja atau aku akan mematahkan lehermu Dexter,"sahut Fernando ketus.       

Perkataan Fernando memang hanyalah sebuah gurauan semata akan tetapi tetap saja membuat profesor Dexter takut, ia tau segila apa sahabatnya itu. Oleh karena itu ia tak menjawab lagi perkataan Fernando dan akhrinya hanya bisa mengalah tanpa bisa melawan. Begitu pula dengan profesor William yang sedari tadi hanya bisa pasrah dirangkul Fernando, tujuan mereka untuk memarahi Fernando justru berbalik dan membuat mereka berdua menjadi bulan-bulanan Fernando.     

Saat Fernando akan masuk ke dalam lift pribadinya ia baru teringat dengan kedua asisten pribadinya yang masih berdiri didepan mobil, ia lalu berhenti  dan menoleh ke arah Justin dan Harry sambil tersenyum.     

"Pulanglah  kalian dan beristirahatlah kalian, besok pagi jadwal kita akan lebih padat dari hari ini," ucap Fernando singkat.     

"Baik tuan kami mengerti," sahut Justin dan Harry kompak, setelah berkata seperti itu kedua pemuda itu lalu meninggalkan apartemen mewah Ferando menggunakan mobilnya menuju ke apartemen masing-masing.     

Di dalam lift Fernando akhirnya melepaskan pelukannya pada profesor Dexter dan profesor Wiliam, ia memilih berdiri sambil melipat tangannya di dada tanpa bicara apa-apa.     

"Sejak tadi kau tertawa sendiri, sebenarnya ada apa?" tanya profesor William penasaran, ia tak tahan melihat sikap aneh Fernando.     

"Aku sedang gila Will…aku benar-benar gila," jawab Fernando singkat sambil tersenyum.     

"Apa maksudmu???....     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.