You Are Mine, Viona : The Revenge

Viona rejection



Viona rejection

0Perhatian Viona langsung tertuju pada sebuah benda dingin yang melingkar di jari manisnya, kedua matanya langsung berkaca-kaca melihat cincin pernikahannya sudah terpasang kembali di jari manisnya pasca sepuluh bulan lalu ia lepas dan ia letakkan diatas surat cerai yang sudah ia tandatangani.     
0

"Apa maksudmu ini…     

"Aku hanya mengembalikannya kepada tuannya," ucap Fernando pelan memotong perkataan Viona sambil mengeluarkan kalungnya yang tergantung cincin pernikahan miliknya yang ia jadikan liontin.     

Viona hanya diam ketika melihat Fernando menunjukkan cincin pernikahan miliknya, hatinya sedikit bergetar ketika melihat apa yang dilakukan oleh Fernando.     

"Ini bukan milikku lagi aku tak berhak memakainya…     

"Itu adalah milikmu sampai kapanpun babe…     

Ceklek     

Pintu ruang ICU dimana ibu Debora dirawat terbuka dari dalam secara tiba-tiba sehingga membuat Fernando yang sedang berlutut dihadapan Viona langsung bangun, begitu juga dengan Viona. Ia tak jadi melepaskan cincin pernikahannya dan membiarkan cincin itu tetap ada dijari manis tangan sebelah kirinya, Adam keluar sambil menutup mulutnya karena mengantuk efek obat yang ia terima pasca ia dirawat oleh beberapa orang suster yang merawat lukanya. Viona yang berdiri sangat dekat dengan Fernando terlihat bingung, ia lalu berjalan mendekati Adam dengan cepat.     

"Bagaimana dengan ibu kak? Apa kondisinya baik-baik saja…apa ibu..     

"Anji…kenapa bibirmu berdarah?" tanya Adam khawatir sambil menyentuh bibir Viona dengan cepat tanpa bisa dihindari oleh Viona.     

"Tak apa-apa kak, ini hanya luka kecil," jawab Viona pelan sambil melepaskan tangan Adam yang masih menyentuh bibirnya.     

"Kau ini selalu saja membuatku khawatir, bukankah aku sudah sering bilang padamu. Kalau bibirmu kering pakailah pelembab jangan biarkan sampai bibirmu sobek seperti ini Anji, pasti rasanya sangat perih bukan?" tanya Adam kembali.     

Viona hanya menggelengkan kepalanya perlahan merespon perkataan Adam sambil tersenyum lebar sehingga deretan giginya yang rapi terlihat jelas .     

"Dasar nakal," ucap Adam gemas sambil mengacak-acak rambut Viona.     

"Kakak…rambutku berantakan!!!" sahut Viona kesal, ia paling benci kalau rambutnya sudah diacak-acak oleh Adam.     

Fernando yang sedang berdiri dibelajang Viona nampak mengepalkan kedua tangannya, rahangnya tiba-tiba mengeras yang menunjukkan kalau ia sedang menahan emosinya yang sang besar saat ini. Ia melihat dengan jelas semua yang dilakukan Adam pada Viona mulai dari ia menyentuh bibir Viona dan mengacak-acak rambut Viona.     

"Bagaiamana keadaan ibu Debora dokter Adam?" tanya Fernando tiba-tiba menyadarkan Adam dan Viona yang masih bergurau.     

"Ya Tuhan tuan Fernando….!!!" Jerit Adam keras, ia lalu berjalan melewati Viona menuju ke tempat Fernando berdiri lalu tanpa ijin dengan cepat ia memeluk Fernando dengan mata berkaca-kaca. Adam mengingat saat-saat terakhir tadi dimana semua alat bantu kehidupan ibu Debora hampir dilepas oleh asisten dokter Paul.     

"Saya tak tau harus berkata apalagi pada anda tuan, anda benar-benar penyelamat hidup saya tuan. Seandainya tadi mereka sempat mencabut selang ibuku mungkin saat ini ibu sudah…     

"Jangan bicara seperti itu dok, yang penting saat ini ibu baik-baik saja," ucap Fernando pelan memotong perkataan Adam.     

Adam melepaskan pelukannya pda Fernando saat mendengar perkataan Fernando, ia lalu meraih tangan Fernando dan menggengamnya dengan erat.     

"Anda orang baik tuan, anda sangat baik. Hanya Tuhan yang bisa membalas semua kebaikan anda," ucap Adam dengan suara bergetar.     

"Semoga saja, semoga saja Tuhan mendengarkan permintaan terbesarku itu dok," sahut Fernando lirih sambil melirik kea rah Viona.     

"Pasti tuan, Tuhan pasti akan mengabulkan permintaan orang seperti anda. Aku juga pasti mendoakan untuk kebahagiaan anda tuan, semoga anda dan istri anda bisa disatukan kembali," jawab Adam dengan penuh semangat, ia tak tau kalau yang sedang dibicarakan Fernando adalah Viona.     

Fernando hanya tertawa mendengar perkataan Adam, ia lalu mengajak Adam untuk duduk karena merasa kasian saat melihat Adam yang mempunyai luka memar diwajahnya pasca terkena tendangan salah satu suster yang sudah dibawa ke kantor polisi tadi saat mencoba menghalangi tujuan mereka untuk mencabut selang ibu Debora. Setelah berbicara panjang lebar mengenai kondisi  ibu Debora yang sebenarnya pada Fernando yang kini menanggung semua biaya pengobatan sang ibu Adam kemudian pamit untuk berisirahat sebentar, efek mengantuk dari obat yang ia minum tadi sudah tak bisa ia tahan. Fernando dengan senang hati mempersilahkan Adam untuk istirahat, karena itu artinya waktunya bersama Viona akan lebih banyak tanpa pengganggu. Banyak hal yang ingin ia katakana pada istri yang sangat ia rindukan itu.     

"Aku antar kakak ke ruangan untuk istirahat ya," ucap Viona pelan mencoba untuk mencari alasan untuk menjauhi Fernando.     

"Jangan Anji, kau jaga ibu ya. Aku hanya sebentar, nanti aku akan gantikan lagi," sahut Adam cepat menolak permintaan Viona.     

"Tapi kak aku…     

"Lebih baik kau jaga ibu Debora disini, bukan begitu dokter Adam?" tanya Fernando pada Adam memotong perkataan Viona.     

"Apa yang dikatakan tuan Fernando benar Anji, kau disini saja ya. Aku tak lama, aku hanya perlu menghilangkan efek obat ini Anji," jawab Adam merespon perkataan Fernando sambil meraih tangan kanan Viona dan menggenggamnya erat.     

"Baiklah kalau begitu , sebentar saja ya kak," ucap Viona mengalah.     

Adam tersenyum menderngar perkataan sang adik, ia lalu berjalan menuju ke sebuah ruang perawatan bersama seorang suster meninggalkan Fernando bersama Viona di depan ICU dimana ibu Debora dirawat. Melihat Adam pergi membuat Fernando tak menahan dirinya lagi, dengan cepat ia meraih tangan Viona dan mengajaknya ke sebuah wastafel yang ada diujung lorong. Viona yang ditarik Fernando pun tak bisa melawan karena tenaganya tak sebanding dengan tenaga Fernando, sesampainya di depan wastafel Fernando meminta Viona untuk mencuci wajahnya.     

"Kenapa aku harus mencuci wajahku Fernando?" tanya Viona bingung untuk yang ketiga kalinya.     

"Cuci saja dan jangan banyak tanya Vio!!" jawab Fernando dengan suara  meninggi mencoba menahan emosi.     

"Tapi aku …     

Fernando yang tak sabar langsung menyalakan keran air dan menggunakan tangannya untuk menadah air dan mengusapkan air yang ada ditangannya itu ke wajah Viona dengan perlahan. Ia melakukan itu sampai tiga kali, Viona yang malas berdebat hanya bisa diam. Ia takut Fernando tak akan mungkin bisa macam-macam karena mereka sedang ada dirumah sakit saat ini, setelah merasa cukup Fernando lalu meraih tissue wajah yang ada didekat wastafel. Dengan perlahan ia mengeringkan wajah Viona tanpa bicara menggunakan tangan kanannya sedang tangan kirinya sudah melingkar di pinggang Viona menahan Viona supaya tak pergi.     

"Aku tak mau ada bekas sidik jari pria lain di tubuhmu,"ucap Fernando dingin sambil menatap tajam Viona.     

"Pria lain siapa?"tanya Viona tak mengerti.     

"Adam," jawab Fernando singkat sambil menatap tajam pada Viona.     

"Dia kakakku bukan pria lain…     

"Dia orang lain, kau tak ada hubungan darah dengannya jadi kau tak bisa menyebutnya sebagai kakak," ucap Fernando ketus memotong perkataan Viona.     

Viona tersenyum mendengar perkataan Fernando, perlahan ia melepaskan tangan Fernando yang masih melingkar di tubuhnya.     

" Kenapa memangnya aku tak boleh dekat dengan kak Adam? Dia bukan pria penindas dan arogan sepertimu Fernando, dia mempunyai hati yang lembut dan satu lagi dia bukan tipe pria yang tega mengumbar kemesraan dengan wanita lain dihadapan istrinya yang sedang hamil," ucap Viona dingin sambil menatap tajam mata Fernando.     

Deg     

Fernando memundurkan kakinya kebelakang saat mendengar Viona berkata seperti itu, ia merasa sosok Viona yang ada dihadapannya bukan Viona yang ia kenal dulu. Perkataan yang keluar dari bibir Viona berasa sangat tajam menusuk jantungnya.     

"Kenapa..itulah kau Fernando, jadi jangan menilai orang lain lebih buruk darimu jika kau sendiri ternyata lebih buruk dari orang yang paling buruk didunia ini. Satu-satunya orang yang patut disalahkan atas meninggalnya anakku adalah kau…kau lah pembunuh anakku yang sebenarnya," ucap Viona kembali tanpa jeda disertai tatapan dingin penuh kebencian pada Fernando.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.