You Are Mine, Viona : The Revenge

Sama



Sama

0Langkah Fernando terhenti saat masuk ke dalam ruangan kerja sang adik yang sudah berantakan, di lantai nampak berserakan pecahan kaca dari figura foto yang sudah berhamburan. Mata elang Fernando berhasil menemukan sang adik yang sedang terduduk di pojok ruangan yang gelap itu, sambil memeluk sebuah figura foto pernikahannya dengan Louisa yang kacanya sudah hancur. Sehingga membuat lengan dan tangannya mengeluarkan banyak darah, terkena goresan pecahan kaca yang masih tertinggal di figura foto yang ada di pelukannya.      
0

"Franklin Justin Willan brengsek!!!"teriak Fernando dengan keras ketika melihat kondisi sang adik yang sudah sangat berantakan.      

Sementara itu Viona yang masih berdiri di belakang Fernando nampak menutup mulutnya, karena tak percaya melihat sang adik ipar yang terkenal sangat berhati dingin itu sedang meratapi kepergian sang istri dengan kondisi tangan berceceran darah. Kesadaran Viona akhirnya datang ketika mendengar sang suami memanggilnya dengan keras, dengan cepat Viona berlari menuju tempat sang suami yang sedang berusaha melepaskan figura yang sedang dipeluk oleh Franklin.      

Bagi Fernando yang bertubuh besar tidaklah sulit untuk menggendong sang adik menuju ke dalam kamarnya, sementara itu Viona terlihat pergi menuju dapur untuk mencari air bersih untuk membersihkan luka Franklin dengan membawa satu kotak peralatan P3K yang ia temukan di ruang sang adik ipar yang sudah seperti kapal pecah itu. Dengan membawa mangkuk yang berisi air hangat dan handuk kecil Viona menyusul sang suami menuju kamar  Franklin dan Louisa, Viona menghentikan langkahnya tepat di depan pintu saat melihat Fernando sedang berusaha melepaskan semua pakaian Franklin yang sudah kotor dan berbau alkohol itu.      

Walaupun ia seorang dokter namun tetap saja Viona tak mau melihat tubuh pria lain yang bukanlah pasiennya, apalagi pria itu adalah Franklin yang sudah menyatakan cinta berkali-kali kepada dirinya. Dari balik pintu Viona tersenyum ketika melihat sang suami dengan telaten membuka seluruh pakaian Franklin dan membersihkan tubuhnya menggunakan handuk dan air yang ia bawa, Fernando terlihat cepat saat memakaikan pakaian tidur untuk sang adik. Walaupun mereka berdua sering bertengkar dan berselisih paham namun Fernando tetap menyayangi adik kandung satu-satunya itu.      

"Aku sudah selesai babe, sekarang giliranmu untuk merawat lukanya," ucap Fernando pelan membuyarkan lamunan Viona.     

"Oh ok," jawab Viona tergagap sambil melangkah masuk ke dalam kamar.     

Senyum Viona mengembang saat melihat kondisi Franklin yang sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya. Aroma alkohol dari tubuhnya yang tadi tercium sangat pekat dan kuat kini sudah hilang, karena sepertinya Fernando benar-benar membersihkan tubuh Franklin dengan sangat baik. Viona pun tak mengalami kesulitan yang berarti saat mengobati luka-luka yang ada di kedua tangan adik iparnya itu, pasalnya peralatan yang ada di kotak P3K milik Franklin sangat lengkap.      

"Apa lukanya tidak kau jahit babe?" tanya Fernando setengah berbisik di belakang Viona.     

"Ini hanya luka luar, jadi tidak perlu sampai dijahit," jawab Viona sambil tersenyum.     

"Tapi tadi saat aku membersihkan tubuhnya sepertinya ia mengeluarkan banyak darah, aku khawatir kalau pembuluh darahnya juga ikut terkena babe," ucap Fernando kembali.      

"Jangan khawatir pembuluh darahnya baik-baik saja, ia benar-benar hanya mengalami luka ringan saja disekitar kulitnya. Sehingga aku tak perlu menjahit lukanya," jawab Viona pelan sambil menunjukkan luka luka di tangan Franklin yang sudah berhasil ia bersihkan menggunakan cairan antiseptik.     

Fernando membuka kedua matanya lebar-lebar untuk melihat luka di tangan Franklin yang ditunjukkan oleh sang istri, tak lama kemudian sebuah senyum tersungging di wajahnya saat sudah yakin bahwa luka-luka yang ada di tubuh sang adik bukanlah sebuah luka yang besar. Tak lama kemudian Viona pun selesai merawat luka yang ada di tubuh adik iparnya, ia lalu merapikan kotak P3K kembali dan bangun dari ranjang menuju ke sofa dimana Fernando sedang duduk sambil melipat kedua tangannya di dada.      

"Apa yang mengganggu pikiranmu?" tanya Viona pelan pada Fernando yang terlihat tak berkedip saat melihat Franklin yang sedang terlelap di atas tempat tidur.      

"Ternyata tumbuh besar tanpa mendapatkan kasih sayang kedua orang tua yang utuh benar-benar sangat menyedihkan," jawab Fernando lirih.     

"Apa maksudmu bicara seperti itu lagi babe, bukankah aku sudah bilang padamu untuk tak membahas itu lagi," sahut Viona ketus.     

"Aku tidak sedang membicarakan masa kecilku akan tetapi sedang membicarakan tentang Franklin, walaupun selama ini Frank selalu mencari masalah denganku namun tetap saja aku tak bisa marah kepadanya karena dia seperti itu karena tak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibu kami. Jangankan sebuah kecupan penuh cinta seperti yang diberikan oleh ibu-ibu yang lain kepada anaknya, mendapatkan setetes air susunya saja pun Franklin tidak pernah. Dulu saat aku belum mengetahui tentang kenyataan pahit yang disembunyikan oleh Daddy selama bertahun-tahun itu, aku selalu menganggap Frank sebagai musuh. Karena Frank selalu ingin mendapatkan apa yang aku miliki, namun setelah kejadian Miranda akhirnya aku tau semua apa yang menyebabkan Frank selalu menginginkan apa yang aku miliki. Seandainya saja kami berdua tumbuh di keluarga yang penuh cinta mungkin saja kami tidak akan seperti ini, terjebak dalam pertikaian yang tidak pernah ada habisnya saling melukai satu sama lain dan…"     

"Dan apa?" tanya Viona dengan cepat memotong perkataan Fernando.      

"Dan mungkin kami tidak akan terjebak dalam dunia yang dipenuhi wanita seperti saat ini, beruntung akhirnya aku menemukanmu yang membuatku akhirnya berhenti untuk menikmati tubuh banyak wanita di atas tempat tidurku. Namun sepertinya hal itu tidak terjadi pada Franklin, sepertinya ia masih belum menemukan cinta sejatinya seperti aku menemukanmu,"jawab Fernando menatap lurus ke arah Franklin yang masih memejamkan kedua matanya.     

"Dia sudah menemukan cinta sejati namun masih belum menyadarinya babe," sahut Viona pelan sambil tersenyum.     

"Profesor Frank sepertinya sudah jatuh cinta kepada dokter Louisa, namun karena ia tidak tau apa arti cinta yang sebenarnya makanya ia masih bersikap seperti ini. Namun aku yakin sekali kalau sebenarnya Profesor Frank sangat mencintai istrinya," imbuh Viona lembut sambil duduk di samping Fernando.      

Fernando terdiam mendengar perkataan sang istri ia berusaha mencerna perkataan Viona yang sangat tidak masuk akal itu, pasalnya ia sangat tau sekali siapa Franklin yang sebenarnya.     

"Kenapa kau yakin sekali kalau Frank sudah mencintai Louisa?" tanya Fernando tiba-tiba memecah keheningan.     

"Apa kau tidak familiar dengan kondisi adikmu saat ini?" tanya balik Viona kepada Fernando.     

"Maksudmu apa aku tak mengerti babe," jawab Fernando bingung, ia benar-benar tak mengerti dengan arah pembicaraan sang istri.     

"Bukankah kau juga seperti ini saat di Perancis, meratapi aku sambil memeluk fotoku," ucap Viona dengan cepat sambil tersenyum lebar.     

Glek, Fernando menelan salivanya perlahan mendengar perkataan sang istri.     

"Tunggu, darimana kau tau kalau…"      

"Coba tebak, dari mana aku bisa tau?" tanya Viona dengan cepat memotong perkataan Fernando tanpa rasa bersalah.     

"Brengsek!!!! pasti kedua anak itu yang sudah…"     

Cup      

Fernando tak dapat menyelesaikan perkataannya karena Viona sudah mendaratkan sebuah kecupan di bibirnya.     

"Jangan salahkan mereka, mereka hanya menjawab pertanyaanku saja. Harry dan Justin adalah anak buah terbaikmu, justru aku sangat berterima kasih padanya. Karena dari mereka akhirnya aku tau bahwa kau benar-benar mencintaiku dengan tulus," ucap Viona lirih sambil memegang kedua pipi Fernando dengan tatapan penuh cinta.     

"Babe…"     

"Karena itulah kini aku sangat yakin kalau sebenarnya Franklin sudah jatuh cinta kepada Louisa, aku rasa kalian berdua memang benar kakak adik yang sesungguhnya. Kalian berdua bisa melakukan hal yang sama persis ketika sedang patah hati ha ha ha, " imbuh Viona pelan menggoda Fernando sambil tertawa lebar.      

"Jangan memprovokasiku babe atau kau akan menyesal karena…"     

"Lou... Louisa.."     

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.