You Are Mine, Viona : The Revenge

Mencari silsilah keluarga



Mencari silsilah keluarga

0Saat Professor Frank masih ada di dalam ruang operasi secara tak sengaja Justin melihat Profesor William menitikan air mata, sudah mengenal profesor William lebih dari sepuluh tahun baru kali ia melihat dokter pribadi Fernando itu menangis.      
0

"Sekarang apa yang harus aku lakukan? Aku bingung bagaimana caranya menjelaskan semua ini kepada ayah mertuaku, aku takut dia akan marah padaku karena dianggap tak dapat menjaga Aurelie dengan baik. Ayah mertuaku sangat menginginkan bayi ini melebihi apapun, aku benar-benar tak bisa membayangkan apa yang akan dia lakukan saat mengetahui kalau cucunya sudah tidak ada lagi di rahim Aurelie. aku bingung aku tak bisa berpikir dengan jernih saat ini Justin," ucap Profesor William perlahan dengan suara parau.     

Justin yang mendengar perkataan Profesor William hanya bisa diam membisu, begitu pula dengan Harry yang saat ini duduk di sebelah profesor Dexter yang juga sedang berduka.      

"Bagaimana kalau ayah mertuaku itu mengajak istriku kembali ke Meksiko lagi, aku tak bisa hidup tanpa Aurelie..aku tak mungkin bisa melewati semua ini tanpa kehadiran istriku…"      

"Sabar Prof, Tuan Luther pasti akan paham dan mengerti apa yang terjadi saat ini. Karena ini adalah sebuah musibah yang tidak bisa kita duga atau kita cegah, jadi aku yakin Tuan Luther pasti akan memahami semuanya dan tidak mungkin melakukan hal-hal yang seperti kau katakan sebelumnya tadi itu Prof," sahut Justin dengan cepat memotong perkataan profesor William yang sedang sangat hancur.     

"Kau tak tau siapa dia Justin, alasannya menikahkan aku dengan Aurelie adalah karena Aurelie hamil. Sekarang karena bayi yang sangat ia inginkan itu sudah tidak ada lagi, aku yakin dia pasti akan membawa pergi Aurelie dari sisiku," ucap profesor William kembali.     

Justin yang ingin menenangkan sang dokter pribadi tuannya itu nampak bingung, ia tak tau harus bicara apa lagi. Ia takut salah bicara, pasalnya tanpa diberitahu oleh profesor William ia juga tau siapa tuan James Luther itu. Pemimpin mafia yang disegani Fernando karena dikenal sebagai pria tanpa belas kasih jika sedang melakukan aksinya, Fernando yang sudah memilih pensiun dari dunia gelap sejak mengenal Viona merasa sungkan dengan James Luther.      

"Tenanglah Will, aku akan membantumu bicara dengan pria Mexico itu. Kau tak usah khawatir, selama Aurelie memutuskan untuk tetap bersamamu aku yakin James Luther itu tak akan memisahkan kalian," jawab profesor Dexter pelan, meskipun sedang berduka karena kehilangan bayinya profesor Dexter masih bisa memberikan nasehat pada sahabat baiknya itu sembari melingkarkan tangannya ke pundak profesor William yang duduk disebelah kanannya.     

"Semoga saja Dexter, aku takut kalau Aurelie pergi dariku Dexter." Profesor William bergumam pelan merespon perkataan teman baiknya.      

Harry yang duduk di sebelah kiri profesor Dexter nampak memberikan kode kepada Justin yang duduk di sebelah kanan profesor William, ia mengangkat tangannya ke udara bertanya kepada Justin apalagi yang harus dilakukan selanjutnya. Pasalnya ia sendiri sangat tak tau apa yang harus dilakukan karena benar-benar bingung, melihat dua orang pria yang sedang berduka karena kehilangan bayinya membuatnya dejavu dan mengingatkan kembali kejadian buruk yang menimpa Fernando satu tahun yang lalu. Dimana mereka melihat betapa hancurnya Fernando kalau itu saat mengetahui bahwa Viona adalah korban dari kejahatan Amelia Smith bukan kesengajaan seperti yang dituduhkan Fernando pertama kali pada Viona.     

Justin yang juga tak tau harus berbuat apa hanya menggeleng pelan merespon kode yang diberikan oleh rekan kerjanya itu, baru kali ini ia tak memiliki jalan keluar apapun selama ia bekerja sebagai tangan kanan Fernando. Sebagai seorang pria yang belum menikah dan berkeluarga hal ini benar-benar tak ia mengerti. Harry yang melihat kode dari Justin hanya menghela nafas panjang sambil memijat keningnya yang terasa sakit, ada diantara kedua orang pria yang sedang sedih membuatnya ikut terbawa perasaan.      

Ceklek      

Pintu ruang operasi terbuka dari dalam dan keluarlah profesor Frank yang masih memakai baju khusus ruangan operasi, tanpa bicara ia langsung duduk diantara profesor William dan profesor Dexter.      

"Masuklah, lihatlah istri kalian dan jangan membuat suara apapun." Profesor Frank bicara pelan sambil melepas masker bedah yang terpasang di wajahnya.     

Tanpa bicara profesor William dan profesor Dexter langsung bangun dari kursi, mereka berdua lalu masuk ke dalam ruang operasi untuk melihat istri masing-masing dengan panduan dokter Cecilia yang bertanggung jawab atas ketiga wanita malang itu.     

Andrew yang sejak tadi hanya bersandar di dinding sambil melipat tangannya didada, hanya bisa tersenyum melihat kedua profesor itu saling berebut masuk ke dalam ruang operasi. Dimana tadi mereka berdua sempat dimarahi oleh dokter Cecilia agar bisa masuk dengan tertib, setelah pintu ruang operasi kembali tertutup Andrew kemudian berjalan dan mendekati Profesor Frank yang sedang duduk tanpa bicara.      

"Are you ok?"tanya Andrew pelan.     

"Yes," jawab profesor Frank singkat.     

"Sabar, walaupun aku tak ada diposisimu aku bisa tau bagaimana rasanya kehilangan," ucap Andrew kembali sambil menepuk paha profesor Frank.     

Profesor Frank hanya diam saat ia diperlakukan seperti itu oleh Andrew, padahal selama ini mereka sangat bermusuhan sejak kematian adik Andrew puluhan tahun lalu.     

"Kau sudah tak marah padaku?"tanya profesor Frank datar.     

"Marah kenapa?"tanya Andrew bingung.     

"Tentang peristiwa yang terjadi puluhan tahun itu," jawab profesor Frank lirih, mengingat adik Andrew yang meninggal karena diperkosa oleh bodyguardnya membuat profesor Frank merasa sedikit bersalah.      

Andrew terdiam mendengar pertanyaan dari profesor Frank, diingatkan kembali tentang peristiwa yang merenggut nyawa adiknya membuat Andrew nampak gelisah. Namun karena ia sadar kalau peristiwa itu sudah terjadi puluhan tahun yang lalu dimana penyebab  adiknya meninggal bukan profesor Frank, Andrew berusaha untuk tetap tenang.     

"Fernando membuatku akhirnya bisa menerima kenyataan, jadi aku kini sudah tak mengingat-ingat lagi peristiwa yang sudah berlalu itu. Lagi pula kalau misalkan aku masih marah padamu itu hanyalah sebuah kesia-siaan saja, karena adik ku tak akan bisa hidup kembali jika aku marah padamu. Aku sudah melupakannya dan mencoba untuk merelakan apa yang yang terjadi pada adikku, aku yakin apa yang terjadi pada adikku adalah takdir Tuhan yang tak bisa di elak," jawab Andrew panjang lebar.     

"Karena Fernando? Apa hubungannya dengan si brengsek itu?"tanya profesor Frank bingung.     

"Kekalahanku dari Fernando untuk mendapatkan hati Viona membuatku sadar, bahwasanya Viona memang sejak awal tak mempunyai perasaan apapun padaku. Meskipun aku lebih dulu mengenal Viona ketimbang Fernando namun takdir Tuhan mengatakan bahwa Viona adalah jodoh Fernando begitu pula sebaliknya, karena itulah aku kini berusaha untuk melupakan apa yang sudah terjadi di masa lalu dan menjalani apa yang sedang aku jalani saat ini. Begitu pula dengan kita Frank, meskipun dulu kita saling membenci dan bermusuhan karena peristiwa mengenaskan itu. Namun kini aku berusaha untuk berdamai dengan diriku sendiri untuk tak mengingat hal itu lagi, karena aku yakin adikku saat ini sudah bahagia disisi Tuhan dia sudah tidak kesakitan lagi dan menderita lagi. Jadi aku yang masih hidup ini berusaha untuk menjalankan kehidupan dengan sebaik-baiknya agar adikku tidak merasa sedih jika melihat kakaknya masih bermusuhan denganmu,"jawab Andrew panjang lebar.     

Profesor Frank terdiam mendengar perkataan Andrew, senyumnya mengembang tipis dengan perlahan.      

"Apa kau tau silsilah keluargaku Andrew?" tanya profesor Frank tiba-tiba.     

"Apa maksudmu?"tanya balik Andrew bingung.     

"Silsilah keluarga Willan, apa kau tau silsilah keluargaku?"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.