You Are Mine, Viona : The Revenge

Marahnya Fernando



Marahnya Fernando

0Langkah Fernando terhenti saat ia melihat profesor William sedang terduduk dilantai sambil memegang kepalanya yang tertunduk, melihat profesor William seperti itu membuat Fernando menghela nafas panjang. Ia tahu kalau saat ini profesor William benar-benar sangat tak tenang karena mertuanya sedang dalam perjalanan menuju Ottawa setelah diberi tahu tentang peristiwa berdarah yang menimpa Aurelie.      
0

"Are you ok?"Fernando bertanya pelan sambil ikut duduk disebelah profesor William.     

Profesor William yang sedang tertunduk langsung mengangkat wajahnya ketika mendengar suara Fernando yang sudah sangat ia hafal itu, tak ada senyum ataupun sapaan yang terlontar dari bibir pucat profesor William ketika melihat sahabatnya duduk disampingnya. Ia benar-benar sangat kacau saat ini dan membuat Fernando merasa sedih karena profesor William harus ikut mengalami peristiwa yang pernah ia alami satu tahun yang lalu saat kehilangan anak pertamanya.      

Fernando mengulurkan tangannya ke arah pundak profesor William dan menepuk-nepuknya secara perlahan."Semuanya akan baik-baik saja kau tak usah khawatir,"ucapnya pelan.     

"Taylor James Luther yang tidak baik-baik saja Fernando, kau tahu kan pria seperti apa dia,"sahut profesor William lirih.      

"Aku tahu, dia memang seorang pria yang mengerikan tapi percayalah selama istrimu masih mau bersamamu aku yakin ayah mertuamu itu takkan bisa memisahkan kalian."Fernando menyahut dengan cepat perkataan sang sahabat.      

Profesor William tersenyum kecut mendengar perkataan Fernando, ia tahu saat ini Fernando sedang berusaha menenangkan dirinya agar tidak sedih atas apa yang menimpa dirinya dan Aurelie. Akan tetapi tetap saja ia masih takut kalau ayah mertuanya membawa istrinya.      

"Aku belum pernah sedalam ini mencintai seorang wanita Fernando, semua kisah cintaku pasti hancur dalam waktu singkat karena aku terlalu banyak mengurusmu,"ucap profesor William jujur.     

"Brengsek, kenapa jadi aku yang disalahkan!!"sengit Fernando kesal, ia tak terima disebut sebagai penyebab kegagalan kisah asmara profesor William selama ini.     

"Memangnya selama ini kau tak ingat apa yang sudah kau lakukan padaku Fernando? Kau sudah merusak waktu kencanku dengan para mantan kekasihku dulu, apa kau tak ingat saat kau bertengkar dengan Viona dan kau datang ke apartemenku begitu saja tanpa permisi disaat aku sedang…"     

"Hahahaha, itu adalah sebuah ketidaksengajaan brengsek. Memangnya kau pikir aku mau melihatmu bercinta dengan kekasihmu waktu itu? Tidak Will, lebih baik aku melakukannya sendiri dengan Viona daripada melihatmu bercinta dengan kekasihmu."Fernando memotong perkataan profesor William tanpa rasa bersalah.      

"Dasar menyebalkan!!"sengit profesor William kesal.     

Fernando tersenyum melihat profesor William sudah mau bicara dan berdebat dengannya lagi, tak seperti saat ia datang pertama kali tadi yang hanya diam sambil terduduk. Fernando paling tidak suka melihat sahabatnya bersedih seperti itu, karena itulah ia rela berbicara seperti tadi agar profesor William tidak berlarut-larut dalam kesedihannya.     

"Waktu cepat sekali berlalu Will, padahal aku merasa baru seperti kemarin kita bertemu di kampus,"ucap Fernando sambil menyandarkan kepalanya ke dinding.     

"Itu menurutmu, tidak bagiku. Terus bersamamu membuatku cepat tua, aku yakin orang tak akan ada yang mengira kalau usiaku aku lebih muda darimu. Mereka pasti akan mengira kalau kita seumuran."profesor William menyanggah perkataan Fernando dengan cepat.      

"Kau ini benar-benar menyebalkan sekali, aku jadi menyesal datang ke rumah sakit sekarang,"sahut Fernando ketus.      

Profesor William menghela nafas panjang beberapa saat, ia kemudian mengikuti apa yang Fernando lakukan. Menyandarkan seluruh tubuhnya di dinding dan memejamkan kedua matanya, kejadian hari ini benar-benar membuatnya hampir gila.      

"Selama bertahun-tahun aku berkarir menjadi seorang dokter baru kali ini aku merasa sangat lelah, aku benar-benar tak membayangkan harus melihat Aurelie seperti ini. Tak pernah terlintas dalam pikiranku sekalipun harus melihatnya tersiksa dan terluka seperti ini karena kecerobohanku, seandainya saja aku melarangnya untuk ikut ke rumah sakit tadi pagi mungkin hal ini tidak akan terjadi dan anak kami pasti masih ada di dalam perutnya saat ini,"ucap profesor William pelan dengan suara parau, kesedihan benar-benar sangat terdengar jelas dari suaranya.      

"Will, semua yang terjadi adalah bagian dari takdir Tuhan. Mau seperti apa kau melarangnya datang ke rumah sakit, seandainya Tuhan sudah menetapkan kalau anak kalian memang harus berumur pendek pasti hal semacam ini akan terjadi entah bagaimana cara Tuhan mengambil anak kalian. Jangan pernah sesali apa yang sudah terjadi Will, yang harus saya lakukan saat ini adalah berusaha untuk menjaga dan menenangkan Aurelie. Kau boleh bersedih atas kepergian anakmu, akan tetapi kau tak bisa berlarut-larut seperti ini. Kau harus memberikan dukungan dan support kepada Aurelie yang masih sangat membutuhkan kehadiranmu, kalau misalkan kau terus terpuruk seperti ini lalu siapa yang akan mendukung Aurelie? Orang yang paling menderita saat ini adalah istrimu bukan kau Will,"sahut Fernando dengan cepat.     

"Kenapa kau jadi sebijak ini? Ini seperti bukan kau Fernando,"celetuk profesor William tanpa rasa bersalah.      

"Sialan, kenapa jadi kau mengejekku. Akh aku benar-benar menyesal sekarang datang ke rumah sakit, lebih baik aku tadi dirumah saja dengan istriku,"sengit Fernando kesal.     

Sebuah senyuman kecil tersungging di wajah lelah profesor William, ia tahu meskipun Fernando berbicara seperti itu akan tetapi ia yakin kalau sahabatnya itu hanya bergurau saja tanpa ada maksud apa-apa bicara seperti itu.      

Saat profesor William dan Fernando duduk dilantai mereka dikejutkan dengan kehadiran Taylor James Luther bersama anak buahnya yang baru saja datang ke rumah sakit Global Bros sambil berlari-lari karena khawatir dengan kondisi putri semata wayangnya, kedua mata pria berkewarganegaraan Meksiko itu terlihat merah menahan amarah dan kesal saat melihat ke arah profesor William sang menantu yang terlihat justru duduk dilantai sambil bergurau dengan Fernando.      

"Brengsek kau William, bisa-bisanya kau duduk bersantai di sini dengan Fernando sementara anakku menderita kesakitan di dalam seorang diri. Aku benar-benar menyesal sudah menikahkannya denganmu William, kau adalah seorang pria yang tak dapat dipercaya." Taylor James Luther bicara dengan suara keras sambil berkacak pinggang tepat di hadapan profesor William dan Fernando yang sedang duduk di lantai.      

Profesor William dan Fernando langsung bangun dari lantai begitu melihat sang pemimpin mafia Mexico itu marah-marah, profesor William pun langsung berusaha mendekati ayah mertuanya itu dengan penuh sesal. Namun pada saat hampir sampai tiba-tiba tamparan yang cukup keras mendarat di wajah profesor William, Fernando yang melihat adegan cepat itu sangat kaget. Ia tak menyangka Taylor James Luther akan menampar sahabatnya seperti itu.      

Amarah Fernando makin memuncak saat melihat profesor William hanya diam saja dan tak merespon apapun yang dilakukan oleh ayah mertuanya itu, ia hanya diam tanpa suara sambil menundukkan kepalanya.      

"Taylor stop!!! Kalau kau berani menyentuh William kembali dengan tangan kotormu itu, maka jangan salahkan aku jika kau akan mendapat masalah." Fernando berteriak dengan keras ketika melihat Taylor Luther bersiap kembali memukul profesor William.      

Taylor Luther menoleh ke arah Fernando dengan penuh amarah, ia lalu berjalan mendekati Fernando dan mencengkram kuat kerah pakaian Fernando."Memangnya apa yang bisa kau lakukan Fernando Willan? Kau hanya anak Jacob Willan, kau tak ada apa-apanya dengan Jacob. Jadi jangan pernah mengancamku, aku tak pernah takut dengan bocah kecil sepertimu!!!     

Mendengar perkataan Taylor James Luther membuat emosi Fernando membuncah, tanpa pikir panjang ia kemudian melayangkan pukulannya ke perut Taylor Luther yang akhirnya membuat pria itu jatuh tersungkur.      

"Jangan panggil aku Fernando Grey Willan kalau aku tak bisa memberikanmu pelajaran Taylor Luther,"pekik Fernando penuh emosi, kedua matanya memerah karena merasa diremehkan oleh Taylor James Luther.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.