You Are Mine, Viona : The Revenge

Marahnya sang tuan baik hati



Marahnya sang tuan baik hati

0Nessi hampir saja berteriak saat mendengar lamaran dari Shane Williams, duda kaya yang membuatnya lupa pada Fernando sejenak.      
0

"Kau jangan bergurau Shane, ini tak lucu sama sekali,"ucap Nessi pelan dengan memasang ekspresi sendu, meskipun dalam hatinya ia sedang berteriak-teriak kegirangan.     

Shane tak menjawab perkataan Nessi, ia kemudian kembali memasang sabuk pengamannya dan kembali memacu mobilnya meninggalkan tempat sekolah Nessi menuju jalan raya. Nessi yang bingung berusaha bertanya pada Shane, namun Shane mengacuhkan dirinya. Pria itu lebih memilih untuk fokus pada kemudi mobilnya menuju ke sebuah tempat yang tak lain adalah rumahnya yang berada di kawasan yang cukup private, melihat kawasan rumah Shane kedua mata Nessi membulat sempurna. Ia tak percaya ternyata mangsa barunya itu adalah benar-benar orang kaya, memasuki kawasan rumah Shane yang memiliki penjagaan cukup ketat itu Nessi kembali teringat akan istana Fernando. Tempat dimana ia tinggal bertahun-tahun, pasca Natasya dicampakkan oleh Fernando sebelum akhirnya Viona datang. Wanita yang ia anggap sebagai penyihir kecil karena sudah merebut apa yang seharusnya ia miliki.      

Setelah mobilnya berhenti Shane pun bergegas turun dan berlari ke sisi lain untuk membuka pintu untuk Nessi, begitu pintu mobil terbuka Nessi pun melangkahkan turun dari mobil Shane dan berdiri dengan anggun. Mengikuti sekolah kepribadian membuatnya pintar dalam bersikap saat ini dan membuat Shane makin terpikat.      

"Ayo masuk,"ajak Shane lembut.     

"Aku takut,"jawab Nessi singkat.     

Shane menaikkan satu alisnya. "Takut? Takut kenapa?"     

"Aku takut pada orangtuamu, aku tak siap berhadapan dengan mereka,"jawab Nessi kembali.     

Plak      

Shane memukul kepalanya perlahan menggunakan telapak tangannya.      

"Aku lupa, maafkan aku belum mengatakannya padamu. Orangtuaku sudah meninggal berpuluh-puluh tahun yang lalu Maria, aku tinggal seorang diri di rumah ini,"ucap Shane lembut.     

"Se-seorang diri?"tanya Nessi pelan mengulangi perkataan Shane.     

"Yes, tapi itu tak akan lama. Karena setelah ini kau akan menjadi nyonya rumah ini Maria,"jawab Shane kembali.     

Wajah Nessi langsung memerah seketika, hatinya mendadak dipenuhi oleh bunga-bunga yang membuatnya sangat bahagia. Ia senang sekali mendengar perkataan Shane, namun tiba-tiba ia sadar. Tujuannya adalah memanfaatkan Shane, Nessi pun langsung bersikap seperti biasa.      

"Apa kau tak menyesal memilih aku Shane?"     

"Gadis bodoh, mana mungkin aku menyesal. Dari awal aku sudah menyukaimu, aku sudah yakin kau adalah jodohku. Jadi mana mungkin aku menyesal, ya sudah ayo masuk. Aku akan membuktikan semua kata-kataku tadi padamu,"jawab Shane kembali sambil meraih tangan Nessi, menggenggamnya erat dan mengajaknya masuk ke dalam rumah besarnya.      

Beberapa pelayan yang sedang membersihkan rumah terlihat kaget melihat tuannya pulang dengan membawa seorang wanita cantik, seorang pelayan yang masih muda bahkan terlihat mengepalkan tangannya ketika Shane dan Nessi lewat dihadapannya. Ia yang sudah menyukai Shane bertahun-tahun merasa cemburu dan marah saat melihat pria yang ia impikan ternyata membawa seorang wanita asing, Nessi yang sudah terlatih langsung menolehkan wajahnya saat merasa ada bahaya mengancam. Pelayan muda yang sedang cemburu itu pun sontak menundukkan kepalanya, menghindari kontak mata dengan Nessi.     

"Ada apa?"tanya Shane pelan pada Nessi yang tiba-tiba menghentikan langkahnya.     

Nessi menggelengkan kepalanya. "Aku sedang mengagumi keindahan taman dirumahmu ini Shane,"jawab Nessi berbohong.     

"Rumah kita, ingat itu,"sahut Shane dengan cepat.      

"Shane…"     

"Hahaha, baik-baik maafkan aku. Aku lupa, ya sudah ayo masuk,"ucap Shane kembali mengajak Nessi untuk meneruskan langkahnya, masuk kedalam rumah.      

Pelayan muda yang bernama Olivia itu terlihat sangat marah sekali setelah mendengar perkataan Shane, rasa cemburu dan irinya semakin membuncah. Rekan kerjanya yang lain pun langsung mengerubuti Olivia untuk menenangkan pelayan yang paling cantik diantara yang lain itu.      

"Tenang Oliv, kau tahu kan Tuan tak pernah serius. Jadi kau jangan khawatir, wanita itu pasti hanya wanita panggilan seperti yang lainnya. Jadi kau tak perlu cemas."     

"Iya Oliv, kau saat ini sudah sangat dekat dengan Tuan. Jadi jangan terlalu menunjukkan kemarahanmu, jangan rusak rencanamu ini hanya karena wanita itu."     

"Betul Oliv, kau yang pantas menjadi Nyonya Williams. Bukan wanita itu, kecantikanmu natural. Tak seperti wanita itu, entah mengapa aku merasa tubuh wanita itu adalah hasil karya dokter. Karena rasanya tak mungkin sekali ada perempuan yang memiliki tubuh sesempurna itu."      

"Iya kau benar, wanita itu terlalu sempurna. Payudara, pinggang dan panggulnya terlalu indah. Rasanya manusia biasa tak akan mungkin bisa mempunyai tubuh seindah itu kalau bukan campur tangan dokter."     

Mendengar perkataan rekan kerjanya senyum Olivia kembali terlihat, rasa percaya dirinya datang lagi. Menanti Shane selama bertahun-tahun membuatnya tetap bertahan menjadi pelayan meskipun ia memiliki pendidikan yang cukup tinggi.      

"Terima kasih teman-teman, aku tenang karena kalian. Aku percaya, kalau wanita itu hanya teman biasa tuan Shane. Hanya aku yang pantas menjadi Nyonya Williams, wanita itu bukan levelku,"ucap Olivia penuh percaya diri.      

"Nah begitu, ini baru namanya Oliv."     

"Iya betul, ya sudah ayo kita cuci tangan dan lanjutkan kembali pekerjaan kita. Jangan sampai Tuan marah."     

"Iya ayo, semangat semuanya."      

Tak lama kemudian enam pelayan yang masih muda-muda itu pun pergi dari halaman depan kediaman Shane Williams, mereka melanjutkan pekerjaannya kembali. Dan tanpa sepengetahuan para gadis muda itu, Nessi mendengar semua perkataan mereka. Nessi yang beralasan ingin mencari ponselnya dimobil pada Shane lalu berdiri dibalik pintu dan mendengarkan perkataan para pelayan yang melihatnya dengan sinis itu, senyum Nessi pun tersungging lebar.      

"Manusia-manusia rendahan itu, kurang ajar sekali mulutnya. Memangnya kau kira aku ini siapa, kenapa aku tak pantas dengan Shane? Aku cantik, sempurna, kaya. Kalian lah yang tak sepadan denganku, beraninya bicara seperti itu padaku,"ucap Nessi penuh emosi, ia kesal sekali pada pelayan yang dipanggil Oliv itu. Karena tak melihat wajah mereka dengan jelas Nessi hanya bisa menghafal satu nama saja.     

Mendengar langkah sepatu Shane yang semakin mendekat membuat Nessi panik, ia pun berbuat hal gila dengan membenturkan kepalanya ke dinding sebanyak dua kali dan membuatnya langsung mendapatkan luka memar yang sempurna. Dengan menambahkan akting Nessi berjalan sempoyongan menuju tangga, tangannya kanannya ia gunakan untuk memegangi kepalanya yang baru saja ia benturkan ke tembok.      

Shane yang baru saja dari kamarnya karena mengambil berkas pribadinya terlihat sangat terkejut saat melihat Nessi berjalan sempoyongan sambil menunduk.      

"Maria, apa yang terjadi padamu!!"pekik Shane dengan keras, ia pun langsung mempercepat langkah kakinya menuruni anak tangga untuk menghampiri Nessi.      

Nessi mengangkat wajahnya saat menyadari Shane semakin dekat dengannya.      

"Sakit Shane, kepalaku sakit,"rintih Nessi memelas dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca.      

Shane langsung memeluk Nessi dengan cepat, raut kekhawatiran pun sangat terlihat jelas di wajahnya.     

"Kau kenapa Maria?"tanya Shane kembali.     

Nessi mengangkat satu tangannya ke arah pintu, dimana saat ini para pelayan yang sebelumnya membicarakannya masuk kembali kedalam rumah setelah menyelesaikan pekerjaan mereka.      

"Olivia!!! Katakan apa yang kalian lakukan pada calon istriku!!!"hardik Shane dengan suara keras yang terdengar di semua ruangan rumah besar itu.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.