You Are Mine, Viona : The Revenge

Tikus Vs Rubah



Tikus Vs Rubah

0Para pelayan yang baru masuk itu kaget mendengar perkataan Shane, selama bekerja dirumah duda tanpa anak itu mereka tak pernah sekalipun mendengar ia bicara dengan suara keras.     
0

"Apa yang kalian lakukan pada Maria sampai kepalanya terluka seperti ini?"hardik Shane kembali dengan penuh emosi.     

"Jawab!!!"     

Olivia dan para pelayan yang lain tak bisa bicara, wajah mereka pucat dengan keringat dingin yang membasahi kening mereka masing-masing.      

Nessi yang sedang dipeluk Shane tersenyum tipis, ia kini semakin yakin kalau Shane benar-benar sudah tergila-gila padanya.      

"Shane…"     

Merasa namanya dipanggil Shane langsung menatap Nessi dengan pandangan penuh iba. "Ya Maria, apa kepalamu sakit sekali?"     

"Jangan marahi mereka, mereka tak bersalah Shane. Tadi itu karena kecerobohanku sendiri Shane,"jawab Nessi memelas.     

Shane mengernyitkan keningnya. "Apa maksudmu?"     

Nessi menarik nafas panjang dan mulai bicara dengan nada manja, ia bahkan sesekali menyentuh dada Shane saat bercerita. Kedua mata Nessi juga beberapa kali menatap Olivia penuh arti, ia seakan sedang menunjukkan pada pelayan itu posisinya saat ini dimata pria yang ia inginkan. Dan apa yang dilakukan Nessi berhasil, pasalnya Olivia semakin dibakar api cemburu. Tangannya terkepal di samping tubuhnya dan hampir membuka mulutnya untuk merespon perkataan Nessi, akan tetapi para pelayan yang lain menenangkannya berkali-kali sehingga akhirnya Olivia pun berhasil menahan dirinya.      

"Jadi semua ini salahku Shane, aku yang bodoh tak melihat pintu karena sibuk menatap ponselku untuk membaca pesan dari guru disekolah,"ucap Nessi pelan mengakhiri ceritanya.      

Shane tersenyum, ia kemudian menyentuh kening Nessi yang sedikit merah. "Gadis bodoh, jangan ulangi lagi. Pesan itu bisa dibaca saat kau sudah duduk, jangan dibaca ketika berjalan Maria."      

"Hu'um aku tahu, maafkan aku yang ceroboh ini dan...untuk kalian semua maafkan aku, aku gak bermaksud untuk membuat Shane bicara seperti tadi. Shane hanya salah paham saja,"ucap Nessi dengan suara yang cukup keras meminta maaf pada para pelayan, ia bahkan juga menundukkan kepalanya yang menunjukkan kalau ia benar-benar sangat menyesal saat ini.      

Melihat attitude Nessi yang sangat sopan dan anggun Shane semakik tergoda, ia hampir memeluk dan mencium Nessi saat itu juga kalau tak mengingat keberadaannya saat ini.      

"Tidak Nona, kami tidak apa-apa. Anda jangan sungkan seperti itu Nona."     

"Iya Nona, anda tak perlu meminta maaf Nona."     

"Betul Nona."     

Para pelayan itu saling bersahutan menjawab perkataan Nessi, mereka bersikap sopan seperti itu karena ada Shane sang tuan disamping Nessi saat ini. Bahkan Olivia yang diketahui menyukai Shane pun juga sempat membuka mulutnya, meskipun tak ada suara yang benar-benar keluar dari bibirnya. Dan dari jauh Nessi bisa tahu kalau Olivia tak benar-benar meminta maaf padanya, karena itu Nessi tiba-tiba memiliki rencana baru untuk membuat gadis itu semakin panas.     

"Pelayanmu baik-baik semua Shane, aku suka,"bisik Nessi pelan pada Shane yang masih melingkarkan tangan di pinggang.      

Shane menurunkan wajahnya, mendekati telinga Nessi dan berkata, "Kau yang terlalu baik, mereka hanya pelayan. Kau tak perlu sebaik itu pada mereka Maria, supaya saat nanti kau sudah resmi menjadi nyonya dirumah ini mereka tak membantah padamu Maria."     

Nessi memukul dada Shane dengan manja secara perlahan. "Jangan terus memberikan harapan palsu padaku Shane, kau tahu kan kalau aku…"     

Cup     

Secara tiba-tiba Shane memberikan sebuah kecupan di bibir Nessi dihadapan semua pelayannya yang sontak membuat Olivia yang berdiri diantara para pelayan itu bertambah gila.      

"Shane kau nakal,"pekik Nessi pura-pura marah sambil menutupi bibirnya menggunakan satu tangan ketika Shane sudah berdiri dengan tegak.     

"Aku tak tahan melihatmu yang menggemaskan ini,"jawab Shane dengan cepat.      

"Ada pelayanmu Shane, apa kau tak malu?"tanya Nessi dari balik tangan yang masih ia gunakan untuk menutupi mulutnya dengan kedua mata yang terbuka lebar, Nessi pura-pura marah sehingga memasang ekspresi seperti itu.      

Shane yang sudah dibutakan akan kecantikan Nessi tak bisa berkata-kata lagi saat melihat ekspresi wajah Nessi yang menggemaskan, tanpa bicara lagi Shane lalu mengajak Nessi naik ke lantai dua tempat dimana ia biasa menghabiskan waktunya jika tak sedang dikantor. Dimana lantai dua adalah tempat terlarang yang tak semua pelayan bisa injak tanpa sepengetahuan Shane, bagi pelayan yang melanggar akan langsung dipecat saat itu juga karena memiliki kamera CCTV yang terpasang di sekitar lantai dua.      

Para pelayan itu semakin terkejut saat melihat tuan mereka mengajak seorang wanita naik ke lantai terlarang, terutama Olivia. Ia yang sudah dibakar api cemburu bahkan sampai tak bisa berkata-kata karena semua suaranya tercekat di tenggorokan, saat Olivia sedang menatap Shane dan Nessi yang sedang menaiki tangga tiba-tiba Nessi yang merasa sedang diperhatikan para pelayan itu menoleh dan mengerlingkan satu matanya kearah Olivia. Nessi semakin tertantang untuk menggoda Olivia karena tahu kalau Olivia menyukai Shane yang sudah tergila-gila kepadanya.      

"Fuck!!! Kalian lihat kan apa yang dilakukan pelacur itu!!"ucap Olivia dengan penuh kebencian.     

"Kenapa Oliv?"tanya seorang pelayan yang berdiri tepat disamping Olivia.     

"Wanita sialan itu, tadi dia mengeringkan satu matanya padaku. Dia sengaja melakukan itu semua, dia sengaja membuat Tuan marah kepada kita dengan berpura-pura terantuk pintu. Aku yakin semua itu hanyalah akting yang ia buat untuk mencari simpati Tuan Shane saja,"jawab Olivia tanpa jeda dengan nafas naik turun yang menandakan kalau saat ini ia sangat marah sekali.      

Seorang pelayan yang berdiri didepan Olivia langsung menoleh dan memeluk Olivia, ia mencoba untuk menenangkan Olivia yang sedang sangat murka. "Sabar Oliv, kau jangan terpancing. Kalau memang ini hanyalah akting wanita itu kita lihat saja, aku yakin Tuan Shane akan tahu dan menyadari semuanya. Tuan Shane adalah pria yang pintar, ia tak mungkin tergoda oleh wanita seperti itu. Kau tenang Oliv, kami semua akan mendukungmu untuk bersama tuan Shane."     

"Aku tahu Tuan akan memilihku, aku yakin itu. Hanya saja pelacur itu sangat menganggu sekali, aku murka Helen,"jawab Olivia pelan, suaranya sudah terdengar lebih tenang saat ini setelah dipeluk seperti itu oleh Helen salah satu pelayan yang sangat dekat dengannya itu.      

"Iya aku tahu, tapi kau harus kuat. Jangan terpancing olehnya, tunjukkan pada Tuan Shane bahwa kau adalah wanita yang hebat. Aku yakin tuan Shane pasti akan segera sadar kalau wanita yang sedang bersamaan itu adalah rubah,"imbuh Helen kembali.      

"Iya benar Oliv, kau harus kuat."     

"Kami mendukungmu Oliv."      

"Betul Oliv, kau pasti bisa."     

Olivia menatap rekan-rekan seprofesinya dan tersenyum kembali, ia senang karena mereka mendukung dirinya untuk mendapatkan Shane Williams si pria tampan berwajah teduh itu.      

"Terima kasih semuanya, aku sudah tenang sekarang karena kalian semua. Akan aku buktikan kalau hanya akulah yang pantas menjadi Nyonya Williams, kalian tenang saja. Rubah betina itu pasti akan kusingkirkan bagaimanapun caranya,"ucap Olivia penuh tekad dengan tangan terkepal menatap ke lantai dua, dimana Shane dan Nessi sudah tak terlihat lagi.     

"Cih, dasar kalian para tikus got. Teruslah bermimpi, aku akan melihatnya." Nessi yang ternyata masih berdiri dibalik dinding yang ada disamping tangga bisa mendengar semua perkataan para pelayan yang berbicara di lantai satu. "Akan kubuat kalian saling menggigit satu sama lain, lihat saja nanti."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.