You Are Mine, Viona : The Revenge

D12P



D12P

0Meskipun tak mengerti dengan apa yang dikatakan sang tuan namun Loren tetap menunggu dengan patuh tanpa bertanya di samping sang tuan muda yang sedang bermain game online, mereka menunggu didepan ruang perawatan Diego Perry yang baru. Pasalnya saat ini beberapa orang dokter tengah menemui sang ahli zoologi yang sudah sadar untuk memberitahukan perkembangan kondisinya.     
0

"Tuan…"     

"Oh, anda sudah selesai dok,"ucap Aaric spontan saat mendengar kode dari Loren yang memberitahunya bahwa dokter yang memeriksa sang ahli zoologi sudah keluar dari ruang rawatnya.     

"Iya tuan, kami juga sudah memberitahukan pasien mengenai kondisinya. Saat ini emosinya sudah jauh lebih stabil, apa anda ingin menjenguknya?"tanya sang dokter ramah, ia sudah tahu siapa sosok pemuda tampan yang kini berdiri di hadapannya itu.     

"Apakah bisa?"tanya balik Aaric penuh harap.     

Sang dokter menganggukan kepalanya. "Bisa tuan, kondisinya sudah jauh lebih stabil."     

"Baiklah kalau begitu, saya akan masuk dan terima kasih atas bantuannya dokter,"ucap Aaric sopan.     

"Ini sudah menjadi tugas kami Tuan, silahkan masuk dan kami permisi Tuan." Pamit sang dokter sambil tersenyum.     

Aaric membalas senyuman dokter yang baru saja membantunya itu, tak lama setelah dokter dan para perawat pergi Aaric lalu melangkahkan kakinya masuk kedalam ruang perawatan sang ahli zoologi.      

"Siapa anda?"tanya Diego Perry spontan penuh waspada saat melihat Aaric masuk ke dalam ruangannya, ia menduga Aaric sebagai salah satu orang bar yang menginginkan kematiannya seperti yang dikatakan para polisi yang menghajarnya tadi.      

Aaric menghentikan langkahnya dan tersenyum. "Oh maaf saya lupa memperkenalkan diri saya, nama saya Aaric. Saya…"     

"Kau yang ada di kantor polisi tadi bukan? Kau yang sudah menyelamatkan aku dari para polisi itu kan?"Diego Perry langsung memotong perkataan Aaric dengan cepat saat ia berhasil mengingat suara Aaric.      

Aaric menipiskan bibirnya sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Saya tak menolong siapa-siapa, yang saya lakukan itu hanya sebuah kewajiban. Kewajiban menolong orang yang mendapatkan ketidakadilan karena tuduhan yang tidak beralasan."     

"Apa kau tahu siapa mereka?"tanya Diego Perry serius, meskipun seluruh tubuhnya terasa remuk namun rasa ingin tahunya akan diri Aaric membuat Diego bisa berbicara banyak.      

"Aku tak tahu siapa mereka, yang jelas para oknum polisi itu bersalah karena melakukan tindakan yang seharusnya tak mereka lakukan,"jawab Aaric pelan, ia tak mau bicara panjang lebar menceritakan apa yang sudah ia ketahui terlebih dahulu sebelum benar-benar yakin pada sosok Diego.     

Diego terdiam beberapa saat, ia lalu menatap Aaric kembali dengan tajam.      

"Terima kasih sudah menolongku Tuan Aaric, saya tak tahu apa yang akan terjadi padaku kalau anda tak datang tadi. Mungkin saya sudah terbujur kaku di ruang mayat atau mungkin tubuh saya sudah menjadi makanan buaya seperti yang mereka katakan tadi,"ucap Diego Perry tulus.     

"Jangan berterima kasih seperti itu tuan…"     

"Diego, nama saya Diego Perry,"sahut Diego dengan cepat memperkenalkan dirinya pada Aaric.     

"Akh ia tuan Diego, ya sudahlah lupakan apa yang sudah terjadi tadi. Aku yakin sekali anda pun pasti tak nyaman bukan kalau hal itu terus dibahas, kalau begitu lebih baik anda beristirahat. Saya pamit pulang kalau begitu." Aaric mencoba berpamitan pada Diego untuk memastikan sesuatu.      

Diego diam beberapa saat mendengar perkataan Aaric, ia terlihat berpikir keras setelah Aaric selesai bicara. Karena Diego tak merespon perkataannya, Aaric pun membalikkan tubuhnya dan bersiap untuk keluar dari ruang perawatan Diego. Akan tetapi baru dua langkah tiba-tiba Diego memanggil namanya kembali.     

"Tunggu Tuan Aaric,"     

Aaric tersenyum, ia senang Diego memakan umpan yang ia letakkan. Perlahan Aaric memutar tubuhnya kembali dan menatap Diego yang masih berbaring di ranjang.     

"Iya Tuan, apa ada lagi yang ingin anda bicarakan?"tanya Aaric pelan.     

"Wanita malang itu, dia meninggal karena terkena racun yang terbuat dari bisa ular taipan yang sangat beracun itu. Aku yakin si pelaku hanya salah sasaran, aku yakin tujuannya bukan wanita itu. Luka goresan di tubuh wanita itu yang menjadi awal mula racun itu masuk menunjukkan kalau sang pelaku tak sengaja melukainya, aku yakin anda ingin tahu tentang informasi ini bukan,"jawab Diego dingin tanpa mengalihkan pandangan tajamnya sedikitpun dari Aaric.     

Aaric tertawa mendengar perkataan Diego, ia sudah menduga Diego tak sebodoh penampilannya yang terlihat kuno. Ahli zoologi ini cerdas, itulah satu kalimat yang terlintas dalam pikiran Aaric pertama kali saat melihatnya. Dengan perlahan Aaric berjalan menuju ke sudut ruangan untuk mengambil kursi yang berada di tempat itu dan membawanya ke depan ranjang Diego lalu duduk dengan tenang menghadap Diego yang juga sedang menatapnya tanpa berkedip.      

"Baiklah karena kau tahu tujuanku yang sebenarnya sepertinya aku tak usah basa-basi lagi, aku perkenalkan diriku secara resmi sekarang. Namaku Alarick Alexander, tapi kau bisa memanggilku Aaric. Saat ini aku adalah salah satu mahasiswa di sebuah universitas ternama di Paris, aku berasal dari Kanada dan orang tuaku tinggal di sana bersama kakakku. Sebenarnya awal tujuanku datang ke bar adalah ingin memuaskan diri seperti yang lain, menikmati musik,  minuman dan melakukan hal lain seperti yang dilakukan oleh orang-orang ketika sedang berada di bar. Namun setelah melihat kejadian yang cukup mengejutkan itu tujuanku pun berubah, aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam bar itu. Apalagi saat aku melihatmu yang sangat berpegang teguh pada pendirian seperti tadi disaat kondisimu sedang terjepit seperti itu, aku pun semakin yakin ingin mengajakmu bekerja sama,"ucap Aaric jujur sambil tersenyum.      

"Mengajakku bekerja sama? Apa tidak salah Tuan? Aku hanya pengunjung seperti yang lain dan apa yang aku lakukan tadi di kantor polisi adalah sebagai bentuk perlindungan diri yang terakhir seperti yang dilakukan banyak orang disaat tak bisa melakukan apa-apa, selain tetap tak mengakui tuduhan yang mereka berikan tadi. Jadi sebenarnya aku tak memiliki apapun yang bisa dibanggakan Tuan, aku tak memiliki kemampuan apapun yang bisa diperhitungkan sehingga anda salah jika mengajakku bekerja sama dengan anda," jawab Diego dengan cepat menolak ajakan kerjasama Aaric dengan halus.     

Aaric tersenyum, ia lalu meraih sebuah kertas dari dalam saku bajunya. Dimana dalam kertas itu sudah ia tuliskan nomor ponselnya, perlahan Aaric bangun dan meletakkan kertas itu di ranjang Diego.      

"Sayang sekali anda menolak ajakan saya, padahal saya sangat tertarik sekali mengajak anda bekerja sama agen D12P. Mantan mata-mata sebuah organisasi di Rusia yang pernah tertangkap di Amerika dan dianggap sebagai pengkhianat negara, lalu dipenjara selama beberapa tahun di sebuah pulau kecil di dekat perbatasan Mexico. Sampai akhirnya dibebaskan oleh pemerintahan Rusia dan sampai saat ini masih sering melakukannya pelarian karena masih diburu beberapa orang, hmmmm rasanya dengan latar belakang yang sangat menarik seperti ini banyak sekali orang yang ingin merekrut mu bukan. Tapi kalau kau memang tak bersedia menjadi orang ku aku tak memaksa, namun satu hal yang harus kau ingat agen D12P. Aku bisa memberikan identitas yang baru padamu dan sebuah kehidupan yang baru juga tentunya, sehingga orang-orang tidak akan bisa mengenalimu lagi sebagai ahli zoologi yang sangat mematikan dan diburu oleh orang-orang dari dua negara adidaya yang bermusuhan sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu,"ucap Aaric sambil tersenyum penuh kemenangan.      

Wajah Diego Perry memucat, ia tak menyangka kalau pemuda yang tengah berdiri dihadapannya ini mengetahui identitasnya yang sebenarnya.      

"Aku akan memberikan waktu untuk berpikir, tapi ingat keberadaanmu di rumah sakit ini juga tidak aman. Aku tak bisa menjamin keselamatanmu setelah aku pergi meninggal kan di rumah sakit ini, jadi fikirkan kembali tawaran yang aku berikan sebelumnya kepadamu tadi itu. Baiklah kalau begitu aku akan…."     

"A-aku terima!!"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.