You Are Mine, Viona : The Revenge

Rasa takut



Rasa takut

0Setelah menempuh perjalanan selama hampir kurang lebih 8 jam, pesawat jet pribadi milik Fernando yang dikendarai oleh Pedro dan Aaric akhirnya mendarat dengan mulus di Kanada.      
0

"Aku akan langsung pulang, thanks Pedro,"ucap Aaric pelan sambil bergegas turun dari kursi co-pilot.      

"Apa anda tak mau istirahat dulu tuan?"     

"Aku akan istirahat dalam taksi saja Pedro, aku harus segera sampai di rumah sekarang,"jawab Aaric dengan cepat sambil meraih tas kecil yang ia bawa dari apartemen.      

Pedro hanya diam mendengar perkataan Aaric, ia tak berani banyak bertanya lagi pada anak tuannya itu. Karena sepanjang perjalanan Aaric sudah mengatakan tujuan sebenarnya ia pulang kali ini.      

"Hati-hati tuan, pastikan anda mengamankan barang-barang anda terlebih dahulu sebelum beristirahat di taksi nanti,"ucap Pedro dengan setengah berteriak pada Aaric yang sudah mulai meninggalkan pesawat.     

Aaric mengangkat jempolnya ke udara merespon perkataan Pedro, karena sudah tak sabar ingin segera pulang Aaric lantas memilih berlari menuju ke lobby bandara. Padahal saat itu banyak sekali orang yang berlalu lalang di bandara, namun dengan lincah Aaric berhasil menghindari orang-orang yang berjalan di hadapannya itu. Dari atas pesawat Pedro menggelengkan kepalanya, meskipun kedua anak Fernando kembar identik namun Pedro merasa kalau tuan muda keduanya itulah yang mirip sang ayah. Meski banyak orang yang mengatakan kalau Abby lah yang mirip dengan Fernando, namun untuk orang-orang yang lebih mengenal Aaric akan tahu kalau sebenarnya Aaric yang jauh lebih mirip dengan Fernando baik dari cara berpikirnya ataupun cara bertindaknya yang tanpa pikir dua kali.      

Pedro akhirnya meninggalkan pesawat dan menuju bandara untuk melakukan registrasi, pesawat jet tuannya pun juga harus melakukan pengisian bahan bakar  masuk ke tempat parkir khusus pesawat jet pribadi.      

Sementara itu Aaric yang sudah mendapatkan taksi langsung duduk di bangku belakang dengan tenang, karena perjalanan dari bandara menuju rumahnya cukup memakan waktu Aaric memutuskan untuk tidur. Akan tetapi sebelum tidur ia menyebut nama sang ayah berkali-kali ketika berbicara melalui ponselnya dengan dirinya sendiri alias berpura-pura menghubungi seseorang, hal itu terpaksa ia lakukan agar sang supir taksi tak berbuat macam-macam ketika ia akan tidur nanti.      

"Jadi anda putra Tuan Fernando Grey Willan tuan,"tanya sang supir taksi pada Aaric ketika Aaric menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku bajunya.      

"Iya, aku anak keduanya. Sebenarnya bukan anak kedua juga si, aku hanya lima menit lebih lambat diangkat dari perut ibuku saat ia menjalani operasi caesar ketika melahirkan aku dan saudara kembarku,"jawab Aaric dengan santai.      

"Oh begitu, pantas saja saya tak asing dengan wajah anda. Anda sangat mirip dengan tuan Willan,"ucap sang supir taksi kembali pura-pura tenang walaupun sebenarnya ia sangat gugup saat ini, membawa anak dari seorang Fernando Grey Willan merupakan beban besar baginya.      

"Bukan hanya aku yang mirip Daddy, saudara kembarku juga. Oh ya anda sudah tahu tempat tinggal kami kan? Aku mau tidur, jadi kau tak perlu bertanya lagi dimana tempat tinggalku,"tanya Aaric pelan sambil menutup mulutnya karena menguap.      

"Su-sudah, tapi apakah taksi bisa masuk ke istana tuan Willan nanti tuan muda?"tanya balik sang supir taksi gugup.     

Aaric tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan sang supir taksi. "Pak, aku juga seorang Willan. Anda tak mungkin lupa kan."     

"Iya Tuan, hanya saja saya takut. Yang saya dengar dari rekan-rekan supir taksi yang lain adalah penjagaan yang sangat ketat di depan pintu gerbang istana, karena itulah tadi saya bertanya seperti itu pada anda tuan muda,"jawab sang supir taksi ketakutan.     

"Begini saja, nanti saat kau sampai di pintu gerbang dan para penjaga itu tak menginginkan kau masuk. Maka kau buka saja kaca belakang dan biarkan para penjaga itu melihatku sendiri, aku benar-benar sangat lelah dan mengantuk. Duduk di kokpit selama lebih dari 8 jam membuatku sangat lelah,"ucap Aaric pelan, kedua matanya benar-benar sudah merah sekali saat ini karena menahan kantuk yang luar biasa.      

"Duduk di kokpit...an-anda mengendarai pesawat tuan?"tanya sang supir taksi spontan.     

"Iya, pesawat jet Gulfstream G550 milik Daddy yang diberikan padaku,"jawab Aaric dengan suara yang hampir tak terdengar karena ia sudah mulai memejamkan kedua matanya.      

Sang supir taksi pun menelan ludahnya dengan cepat, ia benar-benar akan mendapatkan masalah besar jika berbuat buruk atau mengecewakan penumpang yang sedang ia bawa. Karena itulah supir taksi itu pun memilih untuk mempercepat laju mobilnya dan memilih jalan yang ramai supaya tak mendapat masalah di jalan, pasalnya penumpang yang ia bawa saat ini taruhannya adalah nyawa dirinya sendiri beserta seluruh keluarganya.      

Perjalanan selama 1 jam 56 menit terasa sangat lama bagi supir taksi yang sedang membawa Aaric ke tempat tinggalnya, tak sulit bagi dirinya untuk menemukan dimana tempat tinggal pemuda itu. Karena hampir semua orang tahu di mana tempat tinggal seorang Fernando Grey Willan bersama keluarganya saat ini.      

"Tuan muda, bangun tuan. Kita sudah sampai,"ucap sang supir taksi pelan membangunkan Aaric  yang tertidur pulas di kursi belakang ketika ia akan mampir tiba di pintu gerbang istana Fernando, ia memutuskan untuk membangunkan Aaric agar tak mendapatkan masalah ketika berhadapan dengan sekitar 10 orang pria berbadan besar yang sedang berjaga di gerbang utama.      

"Tuan Willan…"     

"Hmmm...apa kita sudah sampai?"tanya Aaric lirih.      

"Iya Tuan, sepuluh meter lagi kita sampai di pintu gerbang,"jawab sang supir taksi dengan suara sedikit bergetar karena sudah merasa takut, pasalnya para penjaga di depan pintu gerbang saat ini sudah berdiri dan menatap ke arah mobilnya secara bersamaan dan hal itu membuatnya gugup.      

Aaric membuka kedua matanya secara perlahan, meskipun masih sangat mengantuk namun ia paksakan untuk terjaga karena tak tega pada sang supir taksi yang ketakutan. Sambil menguap Aaric pun duduk kembali dengan tegak, saat sudah hampir tiba di pintu gerbang perlahan ia menurunkan kaca jendela yang ada di sampingnya dan langsung menyapa para penjaga yang sudah menghampiri sang supir taksi yang sudah sangat pucat pasi itu.      

"Tuan muda kedua!!"pekik seorang bodyguard dengan cepat saat berhasil mengenali Aaric.      

"Iya ini aku, buka pintu gerbangnya. Oh ya apakah Daddy dan Mommy ada dirumah?"tanya Aaric pelan sambil menguap.      

"Ada tuan, semuanya ada dirumah dan.. "     

"Dan apa?"Aaric langsung memotong perkataan bodyguard yang berdiri di hadapannya itu dengan cepat, perasaannya tiba-tiba tidak enak saat ini.      

"Dan ada Tuan Tobias Dante bersama anak buahnya, sudah hampir lima jam mereka didalam tuan."     

Deg...Deg...Deg…     

Jantung Aaric berpacu dengan sangat cepat, perasaannya pun semakin kacau saat ini.      

"Cepat buka pintu gerbang, aku harus masuk sekarang juga!!"teriak Aaric panik, sang supir taksi pun langsung menginjak gas mobilnya untuk segera masuk ke wilayah hutan pribadi milik Fernando dimana istananya berada di bagian dalam.      

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.