You Are Mine, Viona : The Revenge

Call me Alex



Call me Alex

0Seoul, Korea Selatan     
0

Aaric, Loren dan Bruce akhirnya tiba di negara tempat mereka akan tinggal beberapa tahun kedepan, kesan pertama tiba di negara itu sungguh menarik untuk Aaric. Sang ayah hanya memberikan uang yang jumlahnya tak banyak, karena itu Aaric memutuskan untuk membeli sebuah apartemen kecil tipe loft dan sebuah mobil SUV biasa saja. Dan uang sisa dari ayahnya itu hanya akan mampu menopang hidupnya selama enam bulan kedepan saja, itu pun ia harus mengatur pengeluarannya dengan sangat baik supaya uang itu cukup untuk hidup bertiga dengan Loren dan Bruce di Seoul yang terkenal dengan kota yang memiliki biaya hidup yang mahal.     

"Apa ini cukup untuk anda tuan?"tanya Loren pelan saat melihat apartemen yang akan menjadi tempat tinggal mereka.     

"Cukup, kita hanya bertiga. Aku akan tidur diatas dan kalian dibawah,"jawab Aaric datar sembari menatap tempat tinggal barunya tanpa berkedip.     

Bruce yang selama ini tinggal berpindah-pindah karena selalu menjadi buronan merasa tempat tinggal barunya cukup nyaman, tanpa diperintah ia pun langsung menggulung pakaiannya untuk membersihkan apartemen yang masih kosong itu meninggalkan Loren dan Aaric yang masih berdiri didepan pintu.      

"Silahkan tuan Alex, ini adalah tanda bukti bahwa apartemen ini menjadi milik anda mulai sekarang."     

Aaric yang sedang melamun akhirnya tersadar, ketika menyadari dibelakangnya saat ini masih ada agen apartemen yang membantunya mendapatkan apartemen barunya itu.      

Tanpa bicara Aaric yang memutuskan menggunakannya nama Alex lalu menerima tanda bukti kepemilikan apartemen dari sang agen, ia juga membubuhkan tanda tangan di atas bukti transaksi jual beli sebagai penguat.      

"Terima kasih Mr Kim,"ucap Aaric pelan sambil tersenyum.      

"Sama-sama Mr Alex, baiklah kalau begitu saya permisi. Sampai jumpa, kalau ada yang ingin ditanyakan kembali jangan sungkan untuk menghubungi saya,"jawab sang agen yang bernama Kim Ji Hyun itu.      

Setelah sang agen pergi, Aaric pun masuk ke dalam apartemen barunya yang sedang dibersihkan oleh Bruce itu. Beruntung selama ini ia selalu diajari sang ibu untuk menabung dan uang itu saat ini cukup untuk menopang hidupnya dan kedua anak buahnya selama dua tahun kedepan dengan nyaman, Aaric yakin sekali sang ayah tak mengetahui soal tabungan ini. Pasalnya selama ini ia tak pernah mengatakan pada siapapun kalau ia memiliki tabungan termasuk sang ibu, orang yang memintanya untuk menyisihkan uang jajan.      

"Cukup Bruce, ayo pergi. Kita ke toko perlengkapan rumah, kita harus mengisi tempat tinggal kita yang baru ini,"ucap Aaric pelan menghentikan Bruce yang akan naik tangga ke lantai dua.     

"Ke toko? Itu pasti mahal bos, kenapa kita tidak cari di pasar loak saja. Biasanya disana akan tersedia banyak sekali barang-barang bagus yang masih bisa digunakan,"jawab Bruce penuh semangat.      

Alis Aaric terangkat satu saat mendengar perkataan Bruce, selama hidupnya ia tak pernah memakai barang bekas. Semua barang-barang yang ia pakai selalu serba baru dan yang pasti paling terbaik dikelasnya, maka dari itu ketika mendengar pasar loak Aaric merasa sedikit tidak nyaman.      

Loren yang sangat mengetahui bagaimana mewahnya kehidupan tuannya sejak kecil itu mendadak membatu, ia tak menyangka Bruce akan mengajak seorang Alarick Alexander Willan ke tempat barang-barang bekas.      

"Hmm apa aku salah bicara?"tanya Bruce bingung, ia tak mengerti kenapa Loren dan bosnya tiba-tiba mengunci rapat bibirnya.     

"Barang bekas? Kau pikir tuan muda itu.."     

"Apakah di tempat seperti itu kita akan menemukan barang-barang bagus?"Aaric langsung memotong perkataan Loren karena penasaran.     

Loren pun langsung menoleh ke arah sang tuan muda. "Anda serius Tuan, bagaimana kalau seandainya nyonya…"     

Perkataan Loren terhenti saat merasakan aura hitam penuh kemarahan dari Aaric, ia pun langsung menyadari kalau ia sudah salah bicara.      

"Mulai sekarang jangan panggil aku tuan muda lagi Loren, jangan sebut ayah atau ibuku. Dan panggil aku dengan nama Alex, aku tak mau ada yang tahu kalau aku adalah anak Fernando Grey Willan. Apa kau mengerti."     

Blar     

Jantung Loren langsung berdetak dengan cepat saat mendengar perkataan sang tuan, dengan perlahan ia menganggukkan kepalanya tanpa bicara. Begitu juga dengan Bruce yang berdiri di belakang Loren, meski tak tahu apa penyebab sang tuan tak mau ada orang lain lagi yang tahu identitas aslinya kedua pria itu pun langsung mengiyakan perkataan sang tuan tanpa berani banyak berkomentar lagi dan berjanji tak akan membongkar identitas asli sang tuan pada siapapun.      

Setelah berkata seperti itu Aaric yang memilih dipanggil Alex kemudian keluar dari apartemen, melihat sang tuan pergi Bruce dan Loren pun langsung mengekor di belakang. Seperti yang dikatakan oleh Bruce sebelumnya, Aaric pun meminta kedua anak buahnya itu menemaninya pergi ke pasar loak. Dia penasaran dengan tempat itu dan ingin mencari tahu seperti apa suasana di tempat jual beli barang-barang bekas yang ada di Seoul, meskipun sudah membeli mobil SUV namun karena ia baru tiba tadi malam di Seoul akhirnya mobil itu belum bisa diantar ke apartemen yang baru ia datangi beberapa saat yang lalu setelah tadi malam menginap di hotel yang ada di bandara. Maka dari itu Aaric memutuskan untuk naik kendaraan umum menuju ke pasar loak, bermodalkan Google translate Loren dan Bruce pun meminta sang supir taksi untuk mengantar mereka.      

"Baik saya akan mengantar anda semua ke tempat itu,"ucap sang supir sambil tersenyum, kedua matanya menatap Aaric dan kedua anak buahnya tanpa berkedip mulai dari kepala sampai ujung kaki.      

"Terima kasih,"jawab Loren terbata, berbicara dengan bahasa Korea benar-benar sangat menyulitkan dirinya. Karena itulah ia menggunakan kecanggihan teknologi untuk membantunya berbicara dengan penduduk setempat, begitu pula dengan Bruce yang sibuk menatap ponselnya untuk mencari beberapa barang rekomendasi yang yang masih bagus di pasar loak yang akan mereka kunjungi saat ini.      

Sementara itu Aaric yang menyadari ada yang tak beres langsung siaga, meskipun tidak terlalu lancar menggunakan bahasa Korea namun ia bisa mengerti apa yang diucapkan oleh lawan bicaranya. Karena itulah ia diminta sang ayah untuk pergi ke Korea, karena ayahnya tahu ia mampu menggunakan bahasa itu begitu pula dengan Abby yang diminta pergi ke Italia karena ia mampu berbicara menggunakan bahasa Italia dan Spanyol selain bahasa Inggris tentunya. Seorang Fernando Grey Willan tak mungkin memerintahkan putranya pergi ke sebuah negara yang putranya itu tak kuasai bahasanya, maka dari itu tanpa ragu Aaric dan Abby menyetujui permintaan sang ayah untuk pergi ke negara-negara yang sudah ditetapkan oleh ayahnya itu.      

"Hehe...cepat ikuti aku dibelakang, aku dapat mangsa baru. Turis-turis kaya."     

Sang supir taksi tiba-tiba berbicara dengan seseorang melalui earphone yang terpasang di telinganya dengan suara yang hampir tak terdengar, namun meski begitu Aaric yang duduk di belakangnya bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh supir taksi yang sedang membawanya itu.      

"Cih, tikus-tikus ini berani macam-macam padaku."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.