You Are Mine, Viona : The Revenge

Lawan tak seimbang



Lawan tak seimbang

0Setelah berusaha sekuat tenaga menahan rasa kantuknya selama 5 jam berada di kelas, akhirnya Abby bisa terbebas dari semua penderitaannya karena perkuliahan hari itu sudah berakhir. Dengan menggunakan sisa-sisa tenaga terakhirnya Abby memasukkan laptop dan buku catatannya kedalam tas, melihat Abby yang sudah sangat lemas Natalie yang duduk disamping Abby pun berinisiatif untuk membantu.      
0

"Tak usah Nate."     

"It's ok, ini hanya pekerjaan ringan Abby,"jawab Natalie singkat dengan senyum mengembang.     

"Terima kasih Nate, sejak pagi kau sudah banyak membantuku,"ucap Abby jujur.      

"Jangan begitu Abby, aku benar-benar tulus membantumu,"sahut Natalie dengan pipi bersemu merah.     

Dari tempat duduknya Khalisa terlihat memainkan jemarinya saat melihat Abby bercengkrama dengan Natalie, hari ini ia tak duduk disamping Abby karena kursinya di tempati Natalie. Karena itulah Khalisa tak fokus sama sekali dengan pelajaran yang ia terima, bahkan saat ini ketika jam perkuliahan selesai ia masih tak tenang. Pasalnya Khalisa baru saja mendengar info yang mengancam jiwa Abby, karena tak bisa diam begitu saja Khalisa kemudian memberanikan dirinya mendekati Abby dan Natalie dengan membawa ponselnya yang menunjukkan berita terbaru di forum kemahasiswaan.      

"Ba-baca ini,"ucap Khalisa terbata saat meletakkan ponselnya diatas meja Abby.     

Abby yang sedang bercengkrama dengan Natalie sangat kaget ketika melihat Khalisa meletakkan ponsel di hadapannya, saat Abby akan bertanya apa maksudnya tiba-tiba Khalisa pergi begitu saja. Gadis itu memilih menjauh dari hadapan Abby karena tak suka melihat Natalie yang terus menerus menyentuh tubuh Abby, dadanya terasa sesak melihat Abby disentuh wanita lain.     

Natalie yang ikut bingung dengan sikap Khalisa lalu melihat ke arah ponsel Khalisa yang sedang menunjukkan percakapan para mahasiswa senior di sebuah postingan foto Abby yang diikuti para gadis saat akan pergi ke toilet sebelumnya.     

"Abby ini."     

Abby menoleh ke arah Natalie yang memanggil namanya, pada saat membuka mulutnya Abby dikejutkan dengan Natalie yang mengarahkan ponsel Khalisa padanya.      

"Baca ini Abby,"ujarnya pelan.     

Tanpa bertanya Abby lalu menerima ponsel Khalisa yang diberikan Natalie, kedua matanya menyipit saat membaca tulisan-tulisan yang ada di fotonya yang diunggah oleh akun tanpa nama yang menggunakan foto profil kartun sailormoon.     

"Maniak, tak tahu diri, punya kelainan orientasi seks, penyuka hardcore, perusak hubungan orang."      

Abby membaca beberapa tulisan yang mengomentari fotonya di depan toilet bersama para gadis.      

"Abby ini.."     

"Tenanglah, aku tidak bersalah. Jadi tak perlu takut,"jawab Abby singkat memotong perkataan Natalie.     

"Tapi orang-orang yang berkomentar ini adalah pada kekasih gadis-gadis yang ada di foto ini Abby, bagaimana kalau mereka menyerangmu Abby,"ucap Natalie khawatir.      

Abby hanya tersenyum mendengar perkataan Natalie, ia justru terus mengamati komentar-komentar yang masuk di postingan akun tanpa nama itu. Abby memperhatikan satu demi satu orang-orang yang meninggalkan komentar pada foto yang diambil secara diam-diam itu, meskipun saat ini sudah hampir ada sekitar 100 komentar jelek yang mengumpat dirinya namun Abby tidak gentar sama sekali. Tak ada ekspresi ketakutan sedikitpun pada wajah Abby, meskipun pada komentar-komentar itu sudah terlihat jelas kalau mereka mengancam keselamatan nyawa Abby.      

"Kau pulang denganku saja Abby, aku akan meminta supir ayahku menjemput kita. Jadi kau tak akan bisa bertemu dengan mereka,"ucap Natalie panik, ia takut terjadi hal-hal yang diinginkan pada Abby.      

Abby menoleh dan menatap Natalie dengan sebuah senyum di wajahnya. "Laki-laki itu menghadapi masalah, bukan menjauhi masalah."      

"Iya tapi ini situasinya tak seperti yang kau bayangkan Abby, mereka adalah para pria yang sedang dibakar api cemburu dan kau bisa terancam Abby. Aku tak mau terjadi hal buruk padamu, aku gak mau kau terluka Abby,"imbuh Natalie kembali.      

"Tenanglah, semua akan baik-baik saja. Ya sudah ayo keluar, aku ingin pulang. Aku sudah mengantuk dan lelah sekali."      

Natalie terkejut mendengar perkataan Abby, ia tak menyangka Abby justru mengajaknya pulang saat ini juga. Padahal di luar jelas-jelas para mahasiswa senior sedang menunggu kedatangan Abby, mereka sudah bersiap untuk memukuli Abby karena dianggap sudah berani menggoda para gadis di kampus.      

"Ayo pulang, apa kau masih mau di kampus?"     

"Ten-tentu saja aku mau pulang,"jawab Natalie tergagap.      

Melihat Natalie yang langsung bangun dari kursinya Abby pun bergegas keluar dari kelas, ia sudah mengamankan perlengkapan kuliahnya dengan baik di dalam tas. Jadi misalkan ada perkelahian semua barang-barang itu akan aman, baru saja Abby menginjakkan kakinya di depan kelas sepuluh orang mahasiswa senior sudah menatapnya tanpa berkedip.      

"Ikut kami!!"hardik seorang mahasiswa senior dengan keras.     

Natalie yang tak siap mendengar perkataan itu nampak terkaget, ia bahkan sampai memegangi dada karena jantungnya berpacu dengan sangat cepat. Melihat Natalie seperti itu Abby tidak tega, ia kemudian menatap tajam ke arah senior yang baru saja membentaknya.      

"Ini bukan hutan atau pun gurun, tak perlu bicara sekeras itu. Aku dan semua orang yang ada di sini masih bisa mendengarmu,"ucap Abby dingin dengan tanpa mengalihkan pandangannya pada mahasiswa senior yang membentak dirinya.      

Meskipun Abby masih menggunakan kacamata akan tetapi tatapan tajamnya masih mampu membuat mahasiswa senior yang berada di hadapannya terpundur tanpa sadar, ia merasa tekanan Abby begitu besar saat ini.      

"K-kau ikut kami,"ujar mahasiswa senior itu kembali mengulang perkataannya dengan suara yang lebih rendah.     

"Untuk apa kami ikut kalian? Kami mau pulang!!"sahut Natalie dengan cepat setengah berteriak.      

Para mahasiswa itu pun langsung menoleh ke arah Natalie secara bersamaan. "Maaf nona Natalie, ini bukan untuk anda. Ajakan kami untuk anak ini."     

Greb      

Natalie langsung memeluk lengan kekar Abby secara tiba-tiba."Tidak, Abby pulang bersamaku. Kami ada tugas yang harus disediakan bersama,"ucapnya asal bicara, memberi alasan agar Abby bisa pulang bersamanya     

Abby tersenyum mendengar perkataan Natalie ia kemudian meraih tangan gadis yang sedang berada di tangannya itu.      

"Aku akan baik-baik saja,"bisik Abby sambil tersenyum.     

"Tapi Abby…"     

"Trust me."      

Karena Abby sudah bicara seperti itu akhirnya Natalie pun patuh, ia kemudian melepaskan tangannya dari tubuh Abby dan membiarkan Abby pergi begitu saja mengikuti para senior yang menggiringnya ke sebuah tempat dimana sudah banyak orang lagi yang menunggu kehadirannya.     

Langkah Abby tenang sekali, ia tak terlihat gentar ataupun takut dan justru ketenangan Abby itu membuat para mahasiswa yang membawanya pergi ke lapangan merasa tertekan. Mereka merasakan hawa dingin yang tak tahu dari mana asalnya secara tiba-tiba.       

Ketika Abby tiba di tempat eksekusi semua orang yang menunggunya langsung menatapnya tajam dengan pandangan penuh kebencian, sementara itu Abby terlihat sangat tenang menghadapi sekitar 50 orang yang tengah berdiri di hadapannya saat ini. Karena menyadari akan terjadi perkelahian Abby kemudian melepas kacamata dan menyimpannya di dalam tas.     

"Kau tahu apa yang menyebabkan kau dibawa ketempat ini hah?"hardik Martin Kane pada Abby memulai provokasi.      

"Aku tak tahu, para senior ini tak mengatakan apapun padaku,"jawab Abby tenang sambil menunjuk para mahasiswa senior yang berada di samping kanan dan kirinya.     

"Fuck... sudah lah jangan basa basi, langsung saja ke inti kita beri pelajaran anak tidak tahu diri ini."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.